Pages

Selasa, 04 Oktober 2016

Menyegarkan kehidupan doa dalam keluarga

Suatu hari ada seorang penggembara melewati sebuah gereja kecil di satu desa, di kaki gunung. Tetapi, ia merasa heran melihat ada sekelompok roh jahat sedang asyik tiduran di atap gereja kampung itu.


Musafir itu melanjutkan perjalanannya, sampailah di sebuah rumah di mana ada satu keluarga yang sedang tekun berdoa, memuji dan bersyukur kepada Tuhan. lalu ia melihat di sekitar rumah itu banyak roh jahat yang berjaga-jaga dan berusaha menyerang anggota keluarga itu. 



Melihat pemandangan itu, pengembara tidak dapat menahan rasa herannya. Maka, ia menghampiri sekelompok roh jahat itu dan bertanya kepada pemimpinnya: “Mengapa tadi saya melihat ada roh-roh jahat yang tidur di atap gereja, sedang di sini hanya rumah biasa, bukan gereja. Tetapi roh-roh jahatnya kelihatan begitu aktif dan beringas?” 

Pemimpin roh itu tersenyum, jawabnya: “Tidakkah kau lihat bahwa di gereja yang tadi engkau lihat itu umatnya semua tidak berdoa dengan sungguh-sungguh? Mereka masuk ke gereja hanya karena kewajiban, dan mereka ingin cepat-cepat pulang karena kepanasan, di gereja tidak ada AC-nya. 

Dan, jika mereka tidak berdoa, berarti telah menjadi bagian dari kami. Maka, terhadap umat seperti itu, roh-roh jahat santai-santai saja

Tetapi di dalam rumah ini semua anggota keluarganya berdoa dengan tekun. Dan Yesus sudah berkata: ‘Jikalau ada dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.’ 

Rumah ini merupakan ancaman yang sangat serius bagi kerajaan setan. Maka aku mengirim pasukan yang terkuat dan terbaik, agar iman keluarga itu lemah. Dan yang aku serang, yang paling kuat imannya, yang paling dominan doanya. Sebab mereka yang tekun berdoanya mempunyai kuasa yang jauh lebih besar dari seluruh umat yang tidak berdoa. Karena Yesus berada di tengah-tengah mereka”

Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita (Mrk 9:40)

Dalam perjalanan selanjutnya, Musafir tadi menghampiri setiap keluarga yang menerima dia, dan mengingatkan betapa pentingnya doa bersama dalam keluarga.

Inilah kiat doa dalam keluarga yang diberikan oleh sang Musafir

Luangkan beberapa menit secara teratur setiap hari bagi anggota keluarga anda untuk hanya berpikir dan mengingat Tuhan. 

Berdoalah secara lisan, spontan dan gunakan kata-kata sederhana, lugas, wajar dan jujur sesuai suara hati. 

Janganlah berdoa hanya meminta, melainkan juga memuji dan bersyukur atas segala kebaikan Tuhan atas keluarga anda. 

Doakan mereka yang telah berjasa bagi keluarga, siapapun, entah dalam peristiwa kecil atau besar, baik di masa lalu atau sekarang. 

Buatlah daftar orang yang ingin didoakan dalam keluarga anda. Semakin banyak keluarga anda berdoa untuk orang lain, khususnya mereka yang tidak berhubungan langsung dengan keluarga anda, semakin banyak hasil doa akan kembali kepada anda. 

Berdoalah untuk orang-orang yang kurang berkehendak baik atau mereka yang memperlakukan anggota keluarga anda secara kurang baik, bahkan buruk. 

Nyatakan dalam doa tentang kesediaan anggota keluarga untuk selalu bersikap terbuka menerima kehendak Tuhan. 

Tempatkan doa untuk diri sendiri dari masing-masing anggota keluarga anda, sesudah mendoakan orang-orang lain di luar keluarga anda. 

Hadirkan Kitab Suci dalam keluarga anda, setiap hari, meski hanya satu ayat. Lalu, ungkapkan dalam bentuk doa sebagai tanggapan sabda Tuhan yang dibacakan. 

Pada akhir doa nyatakan kehangatan kasih dan hormat dalam bahasa tubuh, misalnya pelukan, ciuman, bersalaman, dsb. 

Ketika Musafir itu lewat di desa yang dahulu dia lalui, ia tak lagi melihat roh jahat berkeliaran di sana. Yang dia temukan, bahwa keluarga-keluarga di desa itu semua tekun, bersatu dalam doa dan hidup mereka berlimpah-limpah.

Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka (Mat 18:18-20).

Dunia diciptakan demi kemuliaan Allah. Satu-satunya Allah yang benar ini telah mencipta dalam kebaikan-Nya dan ‘kekuatan-Nya yang mahakuasa’ – bukan untuk menambah kebahagiaan-Nya, juga bukan untuk mendapatkan kesempurnaan, melainkan untuk mewahyukan kesempurnaan-Nya melalui segala sesuatu yang Ia berikan kepada makhluk ciptaan ... (KGK 293: DS 3025; 3002).

Tuhan menciptakan segala sesuatu “bukan untuk menambah kemuliaan-Nya, melainkan mewartakan dan menyampaikan kemuliaan-Nya (St. Bonaventura)

Dari segala ciptaan yang kelihatan, hanya manusia itu ‘mampu mengenal dan mencintai Pencipta-Nya: ialah “yang di dunia merupakan satu-satunya makhluk, yang Allah kehendaki demi dirinya sendiri; hanya dialah yang dipanggil, supaya dalam pengertian dan cinta mengambil bagian dalam kehidupan Allah (KGK 356: GS 12,3; 24,3) .

Tuhan menciptakan segala sesuatu untuk manusia (Kej 1:28 – penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ...), tetapi manusia itu sendiri diciptakan untuk melayani Allah, untuk mencintai-Nya dan untuk mempersembahkan seluruh ciptaan kepada-Nya (KGK 358). 

Artinya, Allah menciptakan manusia agar manusia memuji, memuliakan, mengasihi dan menghormati-Nya dan juga sebagai patner-Nya dalam sejarah keselamatan.

Tetapi ada banyak manusia yang tidak mengerti tujuan Allah ini, sehingga dia

· Memuji Allah ~ agar Allah mencurahkan berkat-Nya.
· Memuliakan Allah ~ agar hidupnya baik.
· Mengasihi Allah ~ bukan pribadi Allah, tetapi apa yang Allah punya. 
· Menghormati Allah ~ agar Allah tidak marah pada dia.

Jadi, kita harus menjaga hati kita dengan baik supaya tidak sarat dengan pesta pora, kemabukan dan kepentingan-kepentingan duniawi. Karena semuanya itu akan menjadi jerat bagi kita, ketika Tuhan datang dengan tiba-tiba (Luk 21:34-36).

Sehingga tergenapilah firman “apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga” (Mat 18:18). 

Pesta pora artinya mempertahankan sesuatu yang tidak baik di mata Allah, sehingga kita terikat akan sesuatu. Misalnya: kesombongan, tidak mau mengampuni dll.

Bagaimana caranya agar kita dapat berdiri di hadapan Yesus ketika Dia datang untuk kedua kalinya? Ubahlah pola pikir kita agar hati kita dimurnikan oleh Tuhan.

Ingatlah! Bagi Allah, segala berkat itu adalah mainan. Dialah pemilik-Nya, kita hanya pengelolanya. Berkat itu hanya sebagai sarana untuk memuji, memuliakan, mengasihi dan menghormati Dia

Jika kita tidak memiliki hati yang murni dalam melayani Dia, Dia akan mengambil berkat-berkat itu dalam sekejap mata.

Jadi, ubahlah pola pikir kita ketika Tuhan mengizinkan kita mengalami suatu penderitaan. Karena di sana Dia hadir untuk mengajarkan sesuatu pada kita.

Pada saat kita mampu bersyukur, penderitaan itu diubah-Nya menjadi sebuah rahmat. Jadi, milikilah mata kontemplatif (mata visioner), mata yang mampu memandang jauh ke depan, mata yang mampu melihat bahwa apa yang kita alami sekarang ini adalah rencana Allah yang membuat hidup kita menjadi baik di kemudian hari sehingga kita layak memakai baju kekudusan yang telah dianugerahkan kepada kita.

Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada (Luk 12:34)

Yesuslah pokok anggur yang benar, kitalah ranting-ranting-Nya. Jika kita melekat dengan benar maka

1. Kita akan mendapat suplay makanan, sehingga segala berkat Allah yang telah ditentukan dalam Kristus menjadi bagian kita.

Berkat itu tidak selalu uang, tetapi dapat juga berupa: damai sejahtera, merasakan suka cita, mendapat kesehatan yang baik dll.

2. Dapat bertumbuh dan berbuah, sehingga kita mampu menyalurkan berkat yang telah kita terima dari Allah kepada orang-orang di sekeliling kita. Buahnya dapat dinikmati banyak orang, kehidupan kita menjadi berkat bagi orang lain.

Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Pada saat kita minta dan doa, percayalah bahwa kita telah menerimanya. Karena Yesuslah yang dilihat Bapa, bukan kita (Yoh 15:7; Mrk 11:22-24). 

Ironisnya kalau kita berbicara mengenai pokok anggur yang benar, kita hanya terfokus pada satu akses saja yaitu menerima berkat dari Allah, tanpa menyalurkannya.

Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak. Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Yesus hidup (Yoh 15:5; 1 Yoh 2:6)

Ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur. Di luar Yesus kita tidak dapat berbuat apa-apa, sehingga ranting kita menjadi kering dan akan dicampakkan ke dalam api.

Golongan orang yang akan dicampakkan ke dalam api:

1. Melekat pada pokok anggur yang lain, yaitu: dunia dan dosa.

Orang-orang dunia yang tidak hidup dalam pertobatan, melekat pada hal-hal duniawi, tidak akan pernah mengalami kuasa penyertaan Allah dan pelayanaannya tanpa kebangunan rohani, dia hanya melakukan berbagai macam kegiatan rohani saja (kanak-kanak rohani).

Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jika orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya (1 Yoh 2:15-17).

Kamu telah ditebus bukan dengan barang yang fana, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus. Maka janganlah seperti anjing kembali ke muntahannya (1 Ptr 1:18-19; Ams 26:11). 

2. Melekat pada pokok anggur yang benar tetapi tidak menyatu, ketika ada angin ribut, dia akan terlepas dari pokok anggur.

Orang-orang yang merasa cukup menjadi orang Kristen biasa-biasa saja (suam-suam kuku, tidak dingin dan tidak panas - Why 3:16). 

Orang-orang yang rajin beribadah dan pelayanan, tetapi motivasi mereka salah, yaitu: tidak mengasihi Yesus tetapi mengasihi apa yang ada pada Yesus. Ingatlah! Kita melayani dan melakukan apa saja bukan untuk diberkati oleh Allah tetapi karena kita mau membalas kasih Allah.

Orang-orang yang melekat pada pelayan-pelayan Tuhan (pastor-pastor, hamba-hamba Tuhan), mereka hanya berada di sekitar Yesus. Pada saat pelayan-pelayan Tuhan itu mengecewakan hatinya, maka dia akan mogok karena kecewa kepada Allah. 

Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar (Yoh 15:6)

(Sumber: Warta KPI TL No. 69/I/2010 » Renungan KPI TL Tgl 10 & 17 Desember 2009, Dra Yovita Baskoro, MM).