Setelah berdoa/mengikuti persekutuan (melakukan kegiatan rohani), tiba-tiba mereka bisa marah seperti srigala karena hal-hal yang kecil.
Mengapa ini bisa terjadi? Karena dalam menghadapi masalah mereka selalu menunjuk/menuntut orang lain sehingga membuat keadaan tidak menjadi lebih baik.
Dalam doa pun mereka selalu ingin pegang kendali sendiri (hanya memohon dan memohon), tidak pernah bersyukur kepada Sang Pencipta.
Seharusnya dalam segala perkara kita mengandalkan Tuhan (membuka tangan, tidak mengandalkan diri sendiri; berserah, bukan pasrah/loyo). sehingga Dia dapat menuntun dan mengatur kita sekehendak hati-Nya.
Jika kita selalu mengandalkan-Nya, maka kita akan berubah menjadi manusia baru dan dapat menghasilkan buah Roh (kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri - Gal 5:22-23).
Akhirnya ... Allah sungguh hadir dan berkarya dalam hati kita, sehingga hati kita yang membatu diubahkan-Nya menjadi hati yang rela dibentuk; hati kita mudah tersentuh dan kita tidak lagi bertindak berdasarkan akal budi.
Marilah kita belajar dari orang Samaria yang murah hati (Luk 10:25-37)
Ada seorang yang turun dari Yerusalemn ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi juga memukulnya dan sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan
» kadangkala kita menuntut dan kecewa terhadap seorang imam, karena dia tidak memberi keteladanan hidup yang benar. Tetapi kalau kita mau berusaha memahami dan berpikir menggunakan otak, imam pun adalah seorang manusia biasa.
Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan
» idem seorang imam.
Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan ....
» meskipun orang Samaria dianggap orang berdosa, tetapi dia memiliki sudut pandang yang berbeda sehingga hatinya tersentuh, lalu berbuat sesuatu menjadi manusia baru.
(Sumber: Warta KPI TL No. 76/VIII/2010 » Renungan KPI TL tgl 10 Juni 2010, Rm Kes).