Sejak dibaptis, kita dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus oleh Allah (Rm 1:7; 6:22; Ef:1:1; 1 Kor 1:2).
Kita dibenarkan karena iman dalam Yesus Kristus, kita sungguh-sungguh dijadikan anak-anak Allah dan ikut serta dalam kodrat ilahi (Rm 3:22, 28; Gal 3:26).
Jadi ada sesuatu yang suci dan ilahi yang tersembunyi dalam hal-hal yang wajar. Roh Kuduslah yang diutusnya untuk menggerakkan hati kita untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi, dan dengan segenap kekuatan kita (Mrk 12:30).
Dan saling mengasihi seperti Kristus telah mengasihi kita (Yoh 13:34; 15:12).
Hal ini bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan rencana dan rahmat-Nya (Rm 9:11). Maka dengan bantuan Allah, kita wajib mempertahankan dan mengembangkan dalam hidup kita kesucian yang telah kita terima.
Kesucian hidup tidak untuk orang-orang tertentu saja, tetapi kita semua dipanggil untuk hidup kudus.
Contoh:
Contoh:
* Awam yang tidak hidup di biara: Paulus (Flp 1:21 – “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” – semuanya dilakukan untuk kemuliaan Allah, kesenangan/impian pribadi sudah tidak ada lagi (1 Kor 10:31).
* Awam yang menjadi suci sebagai martir: Santo Tomas Becket (abad ke 13); Santo Tomas Morus (abad ke 16) dll.
* Awam yang bukan martir: Raja Louis IX (Raja Perancis pada abad ke 13); Federik Ozaman (dibeatifikasi oleh JP II pada bulan Agustus 1997) dll.
Sayangnya perkembangan dan kesadaran akan tugas mensucikan diri ini berkurang dalam dunia modern.
Karena mereka berpikir:
Karena mereka berpikir:
* Orang suci itu adalah orang-orang yang berdoa. Orang berdoa pun bisa berbuat dosa (Mat 7:21 - Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: “Tuhan, Tuhan! Akan masuk Kerajaan Sorga.”).
Jadi, periksalah motivasi kita dalam berdoa “apakah kita merasa terpaksa/kewajiban atau ada kesenangan/kerinduan atau supaya rejeki datang.
Jadi, periksalah motivasi kita dalam berdoa “apakah kita merasa terpaksa/kewajiban atau ada kesenangan/kerinduan atau supaya rejeki datang.
* Orang suci adalah orang yang keramat (Mat 7:21-22 - bernubuat, mengusir setan, banyak mengadakan mujizat). Para kudus tidak ada yang keramat.
* Kesucian hidup sering disamakan dengan “keaktifan kehidupan sosial” (sering datang ke persekutuan). Tidak!
* Kesucian hidup menjadi monopoli kaum biarawan/wati. Pada tahun 1928 di Spanyol, ada tradisi kaum awam untuk hidup membiara jika sudah lansia - laki-laki menjadi imam dan perempuan menjadi suster.
Jadi, janganlah memaksakan kehidupan ala biara ke dalam kehidupan kita. Yang dilihat Tuhan ketulusan hati dan ketulusan cinta yang menyertai karya itu bukan besarnya karya (Mrk 12:41-44; Mat 7:21-23).
Engkau memiliki kewajiban untuk menyucikan dirimu. Siapakah yang berpikir bahwa itu adalah kewajiban khusus bagi imam-imam dan biarawan/wati saja? Kepada setiap orang tanpa kecuali, Allah kita berkata: “Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yg di Sorga adalah sempurna” (St Escriva, Jalan 291).
Krisis dunia ini adalah krisis orang-orang kudus, krisis iman. Karena itu Allah membutuhkan sejumlah orang-orang ‘milik-Nya’ dalam setiap kegiatan manusia.
Misalnya: di laboratorium, di panggung teater, di militer, di universitas, di bengkel, di rumah, dan di banyak tempat di mana Tuhan menempatkan kita.
Jadi, jika melakukan sesuatu, lakukanlah semuanya itu untuk Tuhan (1 Kor 10:31). Misalnya: Pelajar - belajar sungguh-sungguh selama 1 jam = berdoa selama 1 jam.
Motivasi belajar bukan suatu kewajiban, tetapi untuk kemuliaan Tuhan, yang berakibat naik kelas; Ibu rumah tangga - mengurus rumah dan anak-anak; pedagang - melayani para pelanggan dengan baik; pekerja di laboratorium - memeriksa dan membuat laporan dengan benar sehingga para konsumen tidak dirugikan.
Jadi, jika melakukan sesuatu, lakukanlah semuanya itu untuk Tuhan (1 Kor 10:31). Misalnya: Pelajar - belajar sungguh-sungguh selama 1 jam = berdoa selama 1 jam.
Motivasi belajar bukan suatu kewajiban, tetapi untuk kemuliaan Tuhan, yang berakibat naik kelas; Ibu rumah tangga - mengurus rumah dan anak-anak; pedagang - melayani para pelanggan dengan baik; pekerja di laboratorium - memeriksa dan membuat laporan dengan benar sehingga para konsumen tidak dirugikan.
Teori ini kelihatannya gampang tetapi prakteknya susah. Mengapa? Karena dunia menyediakan kenikmatan, maka seringkali jiwa hanya mencari kenikmatan dunia saja; lebih senang menjadi pendengar tanpa mau menjadi pelaku firman.
Contoh: dalam hal “memberi” - Jika tidak ada dorongan dari dalam, hanya memberi ala kadarnya, artinya: aktifitas luar (kegiatan rohani) tidak dapat bertumbuh tanpa aktifitas dari dalam (rohani spiritual).
Jadi, aktifitas dari dalam harus dikembangkan lebih dulu, baru dapat melakukan secara jasmani.
Contoh: dalam hal “memberi” - Jika tidak ada dorongan dari dalam, hanya memberi ala kadarnya, artinya: aktifitas luar (kegiatan rohani) tidak dapat bertumbuh tanpa aktifitas dari dalam (rohani spiritual).
Jadi, aktifitas dari dalam harus dikembangkan lebih dulu, baru dapat melakukan secara jasmani.
Sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran (Kol 3:12) supaya kita menghasilkan buah Roh yang membawa kepada kesucian (Gal 5:22-23; Rm 6:22).
Kesempurnaan jiwa tidaklah terdiri dari karunia-karunia istimewa, atau dalam penglihatan-penglihatan (visi) atau dalam kemampuan bernubuat.
Kekudusan jiwa terletak dalam menjadikan kemauan kita bersatu dengan kemauan Tuhan sedemikian rupa sehingga apa yang kita inginkan, adalah juga yang Dia inginkan menerima dengan gembira apa yang manis dan apa yang pahit.
Kekuatan itu datang dari cinta kasih ... ( Santa Tereisa dari Avila; Mat 7:21).
Semua orang Kristiani, bagaimana status atau corak hidup mereka, dipanggil untuk mencapai kepenuhan hidup Kristini dan kesempurnaan cinta kasih.
Untuk memperoleh kesempurnaan ini, Tuhan Yesuslah Guru dan Teladan ilahi segala kesempurnaan. Ikutilah jejak-Nya dengan melaksanakan kehendak Bapa.
Untuk memperoleh kesempurnaan ini, Tuhan Yesuslah Guru dan Teladan ilahi segala kesempurnaan. Ikutilah jejak-Nya dengan melaksanakan kehendak Bapa.
Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna. Kesucian umat Allah akan bertumbuh dan menghasilkan buah berlimpah. Dengan kesucian itu, cara hidup masyarakat di dunia ini menjadi lebih manusiawi (LG 40; Mat 5:48).
Marilah kita meneladan Guru Agung kita, meskipun Dia ditolak, dihina, dianggap enteng, Dia tidak pernah terluka batinnya.
Buktinya:
Dia mampu berdoa dan menerima apa yang sudah ditetapkan Allah dengan sukacita, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki. (Mat 26:39).
Dia mampu berdoa: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk 23:34).
Mengapa Dia dapat berbuat seperti itu? Karena dalam diri-Nya memiliki kasih yang berlimpah-lembah.
Sedangkan manusia memiliki karakter dosa (kehilangan perasaan berdosa dan kasihnya pas-pasan) sehingga mudah terluka batinnya.
Contoh: mereka membunuh jiwa orang lain dengan kata-kata; membunuh rohnya dengan pergi ke orang pintar/percaya dengan ramalan.
Sedangkan manusia memiliki karakter dosa (kehilangan perasaan berdosa dan kasihnya pas-pasan) sehingga mudah terluka batinnya.
Contoh: mereka membunuh jiwa orang lain dengan kata-kata; membunuh rohnya dengan pergi ke orang pintar/percaya dengan ramalan.
Apapun yang kita lakukan karena motivasi cinta kepada Tuhan nilainya besar dihadapan Tuhan. Maka akan terwujudlah ‘pax Christi in regno Christi’ – damai Kristus di dalam kerajaan Kristus! (St. Josemaria Escriva, Jalan No. 301)
Cara untuk mencapai kesucian hidup di tengah dunia
• Harus memiliki pengetahuan iman yang dalam sehingga memiliki iman yang teguh.
• Hidup selalu dalam hadirat Tuhan, baik ketika berdoa maupun ketika bekerja.
• Membina kehidupan sakramental.
• Membina kehidupan devosi yang teguh.
• Membina berbagai kebajikan dalam hidup (Yak 4:17- jika seseorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa. Jadi, tubuh kita harus dipaksa untuk melakukan kebajikan).
• Mengerjakan segala suatu demi kemuliaan Tuhan (1 Kor 10:31).
• Menyebarkan cinta Tuhan kepada teman-teman.
Jika seseorang suam-suam kuku, penyembahannya akan ditarik Iblis untuk menyembah dia.
Jadi, marilah kita memohon pada Allah agar Dia mencurahkan rahmat-Nya kepada kita, sehingga kita mampu hidup kudus di tengah dunia yang sedang sakit ini. Karena hanya orang-orang yang kudus saja yang dapat bersatu dengan Allah Bapa di sorga.
Jadi, marilah kita memohon pada Allah agar Dia mencurahkan rahmat-Nya kepada kita, sehingga kita mampu hidup kudus di tengah dunia yang sedang sakit ini. Karena hanya orang-orang yang kudus saja yang dapat bersatu dengan Allah Bapa di sorga.
(Sumber: Warta KPI TL No. 74/VI/2010 » Renungan KPI TL tgl 18 Maret 2010, Dra Yovita Baskoro, MM).