Pages

Minggu, 16 Oktober 2016

Kasih yang sempurna

Allah adalah kasih (1 Yoh 4:8, 16), kasih itu tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Perintah Yesus tentang “kasih” (Yoh 15:9-17) merupakan intisari dari sepuluh perintah Allah dan hukum yang terutama (Mat 22:34-40). Perintah baru ini (Yoh 13:34) seharusnya merupakan identitas diri bagi setiap pengikut Kristus. Agar kita mampu melaksanakan perintah Yesus untuk saling mengasihi sama seperti Yesus mengasihi kita, maka kita harus belajar karakteristik kasih Yesus

1. Kasih Yesus tulus tanpa pamrih

Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian? (Mat 5:46-47) <> Pemberian seharusnya tidak mengharapkan balasan. Pemberian jika disertai dengan keinginan untuk mendapatkan balasan, maka pada saat yang sama, nilai kasih itu akan hilang. Jadi kita harus melepaskan egoisme/kepentingan pribadi agar dapat menumbuhkan keikhlasan dan ketulusan dalam setiap bentuk pemberian. 

Inilah kasih yang diajarkan oleh Yesus:

- Melakukan kebaikan kepada orang yang membenci kita; kebencian dan kejahatan jangan dibalas dengan cara yang sama dengan cara-cara dunia, tetapi pakai cara-cara Allah (Mat 5: 39-44; Luk 6:27-29).

- Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu (Luk 6:30).

- Sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian kepada mereka (Luk 6:31).

Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh BapaKu dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diriKu kepadanya (Yoh 14:21).

2. Kasih Yesus tidak pernah ditarik kembali (Luk 6:35 C; Mat 5:45)

Kita diciptakan sebagai makhluk yang mempunyai kehendak bebas, kebebasan itu harus dipergunakan dengan penuh tanggung jawab. Di dalam kebebasan itu terbuka kemungkinan orang untuk melakukan perbuatan baik atau jahat.

Segala perbuatan jahat selalu ada unsur yang mengendalikannya. Jadi kita harus berani berjuang untuk membongkar dan menemukan serta menyadari kendali-kendali tersebut sehingga kita tidak ketakutan dalam mengasihi. Kebebasan yang memerdekakan merupakan langkah awal pertobatan kita. Barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih (1 Yoh 4:18). 

Jangan takut, Roh Kuduslah yang akan mengajarkan segala sesuatu dan akan mengingatkan akan semua yang telah dikatakanNya kepada kita (Yoh 14:26).

3. Kasih Yesus universal, mengasihi tanpa membeda-bedakan (Mat 5:45).

Jika semuanya itu mampu kita lakukan, maka Ia akan menyebut kita sebagai sahabatNya (Yoh 15:14-15). Mari kita berjuang dan memohon rahmat dariNya agar kita bisa memiliki kasih seperti kasih Yesus sehingga kita bisa sempurna sama seperti Bapa di sorga sempurna adanya (Mat 5:48). 

(Sumber: Warta KPI TL No. 83/III/2011» Renungan KPI TL tgl 3 Maret 2011, Dra Yovita Baskoro, MM).