Selasa, 04 Oktober 2016

Indah pada waktunya

Sejak kecil anak laki-laki saya, Daniel bercita-cita menjadi penyanyi. Dia seringkali menang dalam lomba-lomba menyanyi, sehingga dia sekarang tidak boleh ikut lagi lomba-lomba tersebut. Dia memang mempunyai bakat seniman seperti saya. 

Tahun kemarin anak saya gagal UNAS, dia jatuh pada pelajaran matematika. Sebagai orang tua, saya takut sekali dia down. Ternyata, justru dia yang memberi kekuatan pada saya, katanya: “Ma, ini mungkin Tuhan punya rencana lain buat saya.” Akhirnya saya pun tersadar dan berpikiran juga seperti anak saya. 

Maka dia mengejar paket C dan mencoba ke Jakarta untuk mengurus kuliahnya di IKJ (Institut Kesenian Jakarta). Di sana dia diterima. Ternyata, hasil UNAS tidak berpengaruh terhadap penerimaan mahasiswa di IKJ. Dia mengambil jurusan sutradara karena dia merasa materi vokalnya sudah cukup, sewaktu kursus di Surabaya.

Setelah semua proses selesai, Daniel tinggal di rumah ipar saya, di Bogor. Ipar saya berkata kepada saya: “Anakmu ini berbakat di bidang nyanyi, janganlah dihalang-halangi untuk mencapai cita-citanya.” Saya iseng-iseng berkata pada kakak ipar saya : “Gimana, kalau Daniel ke Ahmad Dani?”

Sambil mengurusi kuliahnya, dia diantar sopir ke rumah Ahmad Dani tanpa mau dikawal mamanya. Meskipun Ahmad Dani terkenal arogan, Daniel yang belum mengenalnya diterima dengan baik. Di sana Daniel hanya berbincang-bincang, tidak mengatakan bahwa dia ingin menjadi penyanyi.

Beberapa hari kemudian kakak ipar saya berkata pada Achmad Dani: “Dan, kapan itu keponakanku ke sana, keponakanku itu suaranya enak ...” Dani langsung menjawab: “Mbak, tolong take vokal dulu, nanti aku dengarkan dulu.”

Mendengar itu saya bingung, karena saya berada di Bogor dan tidak tahu tempat studio rekaman suara. Tetapi Tuhan itu sungguh baik, Dia mengingatkan saya bahwa adik saya yang di Jakarta mempunyai alat-alat untuk merekam. Jadi, Daniel langsung diantar sopir ke Jakarta untuk take vokal.

Karena ada urusan di Surabaya, saya pulang. Di Surabaya saya menunggu kabarnya, sampai jam satu malam belum ada kabarnya, maka saya menelponnya. Saya merasakan hatinya begitu riang dan tanpa beban ketika menjawab telpon, katanya: “Belum selesai ma. Rencananya aku nyanyi tiga lagu, satu slow, middle dan rancak.” 

Besok paginya hasil take vokal dibawa ke rumah Ahmad Dani. Di sana dia ditemui oleh managernya. Dan managernya membuat janji untuk bertemu dengan Ahmad Dani tanggal 28. Ternyata tgl itu Dani harus mengantar keluarganya ke Bangkok.

Sekarang dia sedang mempersiapkan album perdananya.

Dari peristwa ini saya menyadari bahwa ada rencana Tuhan yang lebih baik bagi anak saya. Andaikata dia tidak gagal UNAS, kemungkinan besar dia tidak kuliah di IKJ, sehingga cita-citanya tidak dapat terealisasi.

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai terakhir (Pkh 3:11)

(Sumber: Warta KPI TL No. 67/XI/2009)