Selasa, 04 Oktober 2016

Rencana Allah dalam hidupku

Ada sebuah keluarga muda yang sudah bertahun-tahun merindukan mempunyai sebuah mobil lagi, karena suami istri ini bekerja di tempat yang berbeda.


Setiap Jumat, rekan-rekan sekantor Bapak muda ini (A) pergi ke luar untuk beribadah. Pada suatu hari, hatinya tergerak untuk mengumpulkan rekan-rekannya yang Kristiani untuk mengadakan persekutuan doa di kantornya.

Setelah berjalan beberapa kali, akhirnya tinggal empat orang yang tetap bertahan.

Ketika KPK mengaudit Departemen Pertanian, ternyata di sana ada korupsi, sehingga semua pimpinannya masuk penjara. Setelah selesai mengaudit, rekan-rekan bisnis Departemen Pertanian juga dipanggil KPK, “Apakah ada kolusi dari perusahaan supleyer”. Ketika mengetahui hal itu, pimpinan perusahaan A sangat panik dan berpesan kepada empat orang itu agar tetap setia berdoa kepada Tuhan, memohon Tuhan menyelesaikan masalah itu. Mereka merasa doanya sia-sia, karena Tuhan tidak segera menjawab doa-doanya. 

Ternyata dua tahun kemudian KPK menyatakan bahwa perusahaan ini tidak terlibat. Kepala cabangnya begitu senang, sehingga ketika pertemuan cabang di seluruh Indonesia, dia memberitahu bahwa hal ini terjadi karena ada empat orang yang dengan setia berdoa di kantornya. Itulah penghiburan yang diberikan Tuhan kepada empat orang tersebut.

A tinggal di komplex perumahan menengah ke bawah. Meskipun keluarga ini mempunyai banyak pergumulan, mereka juga mengadakan persekutuan doa di rumahnya. Dalam persekutuan itu, A berusaha memberi renungan sendiri. 

Setelah beberapa kali pertemuan, banyak sekali pertanyaan masalah ekonomi, kata mereka “kami sudah ikut persekutuan, sudah memberkati rumah Tuhan, sudah berusaha menjalankan firman Tuhan, tapi masalah kok nggak selesai-selesai.” 

Mendengar itu A bingung, lalu dia ke pimpinan gerejanya yang lebih pintar. Tetapi ternyata pimpinan gerejanya menolak dengan alasan jadwalnya padat. Dan dia dapat memakluminya.

Beberapa tahun kemudian, di seberang komplex rumahnya dibangun komplex perumahan mewah. Dia sangat marah ketika mendengar pimpinan gerejanya datang ke komplex tersebut, karena selama ini setiap pimpinan gerejanya diundang ke persekutuannya tidak pernah datang. Katanya: “Saya ke luar dari gereja itu! Dan akan saya bubarkan persekutuan ini!” 

Pada waktu emosinya sudah reda, Roh Kudus mengingatkan “kalau persekutuan ini kamu bubarkan, siapa yang ngurusi orang-orang miskin ini?” Akhirnya dia tersadar, dan sampai sekarang persekutuan itu masih tetap ada di rumahnya.

Setelah mengalami proses Tuhan selama lima tahun, Tuhan mengabulkan doanya dengan cara ...

Istri A sebagai seorang psikolog mendapatkan job dari perusahaan yang berbeda. Sehingga mereka dapat membayar uang muka untuk sebuah mobil Avanza

Tetapi mereka bingung membayar angsurannya setiap bulan, maka mereka memohon lagi pada Tuhan agar angsuran tersebut jangan diambilkan dari gaji mereka.

Tiba-tiba A dipanggil atasannya, katanya: “Mulai bulan ini kamu mendapat tunjangan jabatan.” Padahal selama bertahun-tahun menjabat sebagai kepala personalia, dia tidak pernah mendapat tunjangan jabatan. 

Meskipun istrinya berada pada perusahaan berbeda, gajinya juga dinaikkan. Sehingga dari hasil tunjangan jabatan dan kenaikan gaji itu mereka dapat mengangsur mobil itu. Allah kita sungguh Allah yang Pemurah. 

Pada waktu lebaran A membawa amplop THR perusahaan. Langsung istrinya berkata: “Untuk kali ini kita tidak usah memberi persembahan ke gereja, karena belakang rumah kita sudah hancur perlu diperbaiki. Uang ini saja nggak cukup.” 

Usul itu langsung ditolaknya, karena mereka sudah berkomitmen untuk mempersembahkan sebagian, apa pun yang mereka peroleh. Meskipun istrinya menggerutu, si A tetap melakukannya.

Allah kita sungguh Allah yang tidak pernah berhutang. Di bulan Desember Dia mengembalikan persembahan itu berlipat-lipat melalui bonus keuntungan perusahaan yang diterima A. Sehingga mereka mempunyai dana yang cukup untuk memperbaiki belakang rumah yang sudah hancur.

Sekarang mereka pun juga memiliki sebuah vila di Malang.

Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Rm 8:28)

Apakah Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan untuk semua orang? Tidak! Allah turut bekerja bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu: yang mendengarkan firman-Nya dan memelihara-Nya (Luk 11:28); yang menuruti firman-Nya (Yoh 14:23).

Ada yang dipanggil untuk:

* Tidak berkeluarga (Bdk. Mat 19:12). Misalnya romo, biarawan-biarawati, kaum awam yang hidup selibat.

* Berkeluarga

Suami - mengasihi istri sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya; harus mengasihi istri sama seperti tubuhnya sendiri (Ef 5:25, 28).

Istri - tunduklah kepada suami dalam segala sesuatu seperti kepada Tuhan (Ef 5:22-24).

Orang tua - janganlah bangkitkan amarah di hati anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasehat Tuhan (Ef 6:4).

Anak - taatilah orang tuamu di dalam Tuhan; hormatilah ayah ibumu supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi (Ef 6:1-3).

Ada lima rencana Allah dalam hidup kita (Rm 8:29-30):

1. Semua orang yang dipilih-Nya dari semula 

»  100% peranan Allah sebelum dunia dijadikan (Ef 1:4). Jadi kehidupan kita bukanlah suatu kebetulan.

2. Ditentukan untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya 

» Lewat peristiwa Allah ingin memurnikan hidup kita sehingga kita serupa dengan gambar Anak-Nya

Contoh: Yesus adalah kasih; kita adalah orang yang egois, mau menang sendiri. Yesus begitu murah hati, kemana-mana selalu menolong orang; kita suka berhitung dengan orang lain, dan kalau bisa makan kanan, makan kiri. Ketika Yesus disakiti, Dia mengampuni dan mendoakan orang-orang yang menyakiti-Nya; ketika kita disakiti, kita punya kecenderungan mengutuk orang-orang yang menyakiti kita. Ternyata diri kita belum serupa dengan gambar Kristus, tetapi serupa dengan gambar Iblis.

3. Mereka itu juga dipanggil-Nya 

» Ada yang dipanggil: ketika masih bayi, ketika mendengar kesaksian Yesus dan hatinya tergerak, ketika sudah dewasa, ketika mau menikah, ketika berusia lanjut.

Ketika menanggapi panggilan Allah dengan bertobat dan dibaptis, maka darah Yesus akan dicurahkan pada kita dan penebusan itu terjadi pada diri kita. Tetapi jika kita menolak penebusan Yesus, maka kita tetap harus mempertanggung jawabkan segala dosa-dosa kita.

4. Mereka itu juga dibenarkan 

» Ketika kita menanggapi panggilan Tuhan, kita dibenarkan oleh darah-Nya sehingga kita diselamatkan dari murka Alllah (Rm 5:9).

5. Mereka itu juga dimuliakan.

» Di daerah tertentu sebuah pedesaan, tanahnya mengandung logam mulia. Tentu saja pemiliknya tidak melakukan kegiatan yang sama (ketika musim hujan menanam padi, ketika musim kemarau menanam jagung). 

Untuk menghasilkan nilai yang tertinggi, dia membayar harga dengan cara: menggali tanah, mengeluarkan airnya, mengambil gumpalan yang mengandung logam mulia tersebut. Gumpalan tersebut dimasukkan ke dalam tungku api sehingga unsur-unsur yang tidak murni mencair. Gumpalan yang sudah murni ini dibentuk menjadi perhiasan yang indah. Ketika sampai di toko perhiasan, dia mencapai harga yang tertinggi.

Pernahkan kita menyadari bahwa Allah juga sudah merencanakan hal yang sama, yaitu: memuliakan hidup kita seperti emas?

Karena banyak hal-hal yang tidak murni dalam hidup kita, maka Allah mengizinkan persoalan/permasalahan terjadi dalam kehidupan kita

Apakah kita sebagai orang Kristen juga mengikuti cara orang-orang yang belum menerima Kristus? Misalnya: mengandalkan diri sendiri/ mengandalkan rasio, sehingga ketika menghadapi persoalan/permasalahan bertengkar dan adu argumentasi. Kalau tidak bisa mengatasinya, pergi ke psikolog. Bahkan ada yang jiwanya tertekan, sehingga dirawat di rumah sakit jiwa. Atau sudah tidak ada jalan lain dan mengandalkan kuasa-kuasa kegelapan. 

Allah tahu kelemahan kita, maka Dia memberi penolong pada kita, yaitu Roh Kudus (Rm 8:26-27). Izinkanlah Roh Kudus menolong kita dalam seluruh hidup kita sehingga hidup kita tidak akan sia-sia dan kita mendapatkan mahkota kemuliaan.

Gembalakanlah kawanan domba yang ada padamu, janganlah dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah. Maka apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu (1 Ptr 5:2-4)

Pada hari Rabu saya ditelpon oleh suatu perusahaan (B) untuk membawakan suatu renungan pada hari Jumatnya, karena pembawa firmannya berhalangan pada hari itu. Karena jadwal saya kosong, maka saya menyetujuinya. 

Karena sibuk, baru Kamis malam sesudah pelayanan saya membuka catatan. Setelah melihat catatan, saya langsung memutuskan untuk membawakan Firman X. Besok paginya ketika berdoa, hati saya rasanya tidak enak. Setelah selesai berdoa saya berbicara dengan istri saya, tetapi pembawaannya cuma mau bertengkar saja.

Ketika saya bersiap-siap untuk berangkat, Roh Kudus mengingatkan bahwa Firman X sudah pernah dibawakan di perusahaan tersebut. Pikiran saya langsung protes: “Belum pernah! Wong tadi malam sudah dibuka catatannya nggak ada.” Lalu saya diingatkan kesaksian yang pernah saya berikan, Firmannya saya lupa tetapi kesaksian itu saya ingat sekali. Maka saya membuka agenda, ternyata memang ada satu yang kelewatan tidak saya catat. 

Saya bercerita pada istri saya bahwa Firman yang saya persiapkan itu ternyata sudah pernah dibawakan di perusahan itu. Komentarnya: “Kamu ini bagaimana bawakan Firman kok caranya begitu.”

Otak ini inginnya jalan ke depan terus, mengambil alih. Lalu saya memutuskan untuk memberikan renungan enam tahun yang lalu, pikir saya ‘orang-orang di perusahaan itu sudah lupa. Nanti kesaksiannya saya ganti’.

Akhirnya saya pamit pada istri, katanya: “Firman-Nya bagaimana?” Jawab saya: “Ya, terserah Tuhan.” Kata istri saya: “Kamu terlalu percaya diri. Karena kamu terlalu percaya diri maka terjadi suatu masalah.”

Dalam perjalanan ke perusahaan tersebut, otak saya terus berpikir ... tiba-tiba muncul ayat yang lain, bukan ayat yang enam tahun yang lalu. Tetapi ayat itu saya buang dari pikiran. 

Ketika hampir jam dua belas, saya sudah sampai di sana. Di sana hanya ada pemain musik dan WL yang sedang latihan Lalu saya duduk di tempat yang sudah disediakan. 

Di depan saya ada buku nyanyian. Begitu saya membuka buku itu, persis lagu yang sedang dilatih. Begitu melihat itu, saya tahu bahwa Tuhan menginginkan Firman yang tadi muncul di pikiran. 

Begitu saya taat, Roh Kudus memunculkan kesaksian yang cocok dengan firman itu. Karena persekutuan belum dimulai, saya mau belajar nyanyian tersebut. 

Ternyata ... buku nyanyian itu saya bolak-balik, nyanyian tersebut nggak ketemu. Ketika Firman saya berikan, tanggapan mereka luar biasa ... karena Firman itu sesuai dengan kebutuhan mereka.

Karena rutinitas, seringkali dalam kehidupan kita tidak pernah bertanya pada Roh Kudus, ‘manakah yang terbaik bagi kita’. Entah dalam keluarga/pekerjaan/pelayanaan, izinkanlah Roh Kudus menolong kita sehingga waktu dan pikiran kita tidak terbuang sia-sia.

(Sumber: Warta KPI TL No. 68/XII/2009 » Renungan KPI TL tgl 12 November 2009, Bpk Tjendana)