Untuk menjadi pasukan Allah, syarat utamanya harus militan di dalam melakukan firman Allah. Tetapi seringkali pergumulan yang tidak kunjung selesai merupakan penghalang bagi perjuangan kita ... sehingga kita gugur di tengah jalan karena merasa persoalan yang kita hadapi lebih berat daripada sebelum menjadi pasukan Allah.
Ketika kita membangun pasukan untuk berperang, ada tiga macam pengalaman dari orang-orang yang mengikuti peperangan rohani
Kelompok pertama berkata: “Saya sudah ikut berdoa sebulan lebih, tetapi biasa-biasa saja, semuanya baik-baik saja, saya baik-baik saja, keluarga saya baik-baik saja, tak ada banyak perubahan, tak ada hambatan yang berarti. Dan saya mau mengawal mandat dan berkat yang Tuhan berikan dan janjikan dalam hidup saya.”
Kelompok kedua berkata: “Luar biasa Tuhan kita, saya baru berdoa sebulan, Tuhan memberkati saya secara luar biasa. ini baru sebulan lho, tapi berkatnya luar biasa.”
Kelompok ketiga berkata: “Semakin lama ikut berdoa, semakin tidak karuan, kacau semuanya, anak-anak bertengkar, keuangan kacau.”
Kelompok pertama dan kedua menikmati berkat-Nya. Tetapi kelompok ketiga tidak menikmati berkat-Nya, maka seharusnya kita mencari di mana letak kesalahannya.
Di dalam peperangan rohani, kita pasti banyak menghadapi rintangan, baik secara fisik, kejiwaan maupun kerohanian. Itu adalah hal yang biasa.
Jadi, dalam menghadapi setiap peristiwa yang kita alami ada dua pilihan, kita bisa menjadi
1. better (lebih baik) - Memohonlah pada Roh Kudus untuk memberikan pengertian sehingga hati dan pikiran kita terbuka untuk melihat hikmahnya dibalik peristiwa itu.
Mengapa harus demikian? Karena tidak ada satu manusia pun yang mampu introspeksi dirinya sendiri secara sempurna. Jadi, terimalah dengan jujur dan rendah hati koreksi dari Roh Kudus sehingga kita dapat mengerti kehendak Allah.
2. bitter (kepahitan) - Jika kita berhenti mencari Tuhan, maka panah si jahat akan terus-menerus menancap dan kita terkena racun yang mengerikan sehingga kita mengalami kepahitan dan muntaber (mundur tanpa berita dengan alasan yang bermacam-macam - menjadi orang yang kalah).
Pilihan ada di tangan kita! Karena Tuhan sangat menghargai kehendak bebas kita.
Marilah kita belajar dari pengalaman Daud (1 Sam 30:1-31):
Untuk menghindari kejaran Saul, Daud melarikan diri ke negeri orang Filistin. Sesampai di kota Gat, dia meminta kota kepada Akhis bin Maokh, raja kota Gat; maka kota Ziklag diberikan kepadanya
» Pada zaman dulu, kalau seorang pemimpin pergi, maka dia akan membawa seluruh keluarga, seluruh pasukan dan harta bendanya (1 Sam 27:1-4).
Apabila Daud memusnahkan suatu negeri, seorangpun tidak dibiarkannya hidup...; ia merampas kambing domba, lembu, keledai, unta dan pakaian, kemudian pulanglah
» Hukum perang: apabila engkau mendekati suatu kota untuk berperang melawannya ... setelah Tuhan, Allahmu, menyerahkannya ke dalam tanganmu, maka haruslah engkau membunuh seluruh penduduknya yang laki-laki dengan mata pedang. Hanya perempuan, anak-anak, hewan dan segala yang ada di kota itu, yakni seluruh jarahan itu, boleh kaurampas bagimu sendiri ... Tetapi dari kota-kota bangsa itu ... janganlah kaubiarkan hidup apapun yang bernafas, melainkan kautumpas sama sekali ... supaya mereka jangan mengajar kamu berbuat sesuai dengan segala kekejian, yang dilakukan mereka bagi allah mereka, sehingga kamu berbuat dosa kepada Tuhan, Allahmu (Ul 20).
Itulah sebabnya Ziklag menjadi kepunyaan raja-raja Yehuda (1 Sam 27:5-6)
» Sejarah kota Ziklag: Ketika Yosua masuk ke tanah Kanaan, daerah itu dibagi-bagi kepada seluruh seluruh suku Israel, kecuali suku Lewi. Suku Lewi tidak mendapat bagian karena mereka adalah milik Tuhan, Allah Israel (Yos 13:33).
Ziklag adalah salah satu kota milik suku Yehuda (Yos 15:31). Karena suku Simeon belum medapat bagian, maka suku Yehuda yang mendapat bagian yang terlalu besar, membagi sebagian daerahnya ke suku Simeon, salah satunya adalah kota Ziklag (Yos 19:1-9).
Mungkin kota itu kurang menarik, sehingga suku Simeon mengabaikannya dan kota itu direbut oleh orang-orang Filistin. Ketika Daud dikejar-kejar oleh Saul ... kota itu diberikannya kepada Daud.
Kota itu sepertinya piala bergilir, karena ada atmosfir penolakan.
Sejarah kota mempengaruhi dan dipengaruhi oleh atmosfir daripada daerah itu.
Ziklag diserbu oleh orang Amalek, kota itu dibakar habis. Perempuan-perempuan dan semua orang yang ada di sana, tua dan muda, telah ditawan mereka
» Keadaan ini membuat Daud ingat bahwa dia tidak boleh terbawa arus atmosfir dari kota Ziklag tersebut, sehingga kota itu dikawalnya agar berkat-berkat yang sudah disediakan Tuhan baginya tidak terlepas lagi.
Ketika Daud dan orang-orangnya sampai ke kota itu ... menangislah mereka. Seluruh rakyat pedih hati sehingga mereka hendak melempari Daud dengan batu. Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada Tuhan, Allahnya
» Karena mengalami luka batin/kepahitan maka mereka melakukan itu.
Lalu pergilah Daud beserta keenam ratus orang ... Daud melanjutkan pengejaran itu beserta empat ratus orang. Dua ratus orang yang terlalu lelah untuk menyeberangi sungai Besor itu, berhenti di sana
» pasukan yang dipimpin Daud tidak semuanya kuat.
Daud menghancurkan orang-orang Amalek dari pagi-pagi buta sampai matahari terbenam ... Daud melepaskan semua apa yang dirampas oleh orang Amalek itu; juga kedua istrinya dapat dilepaskan Daud. Tidak ada yang hilang pada mereka, dari hal yang kecil sampai hal yang besar, sampai anak laki-laki dan anak perempuan, dan dari jarahan sampai segala sesuatu yang telah dirampas mereka; semuanya dibawa Daud kembali.
Daud mengambil segala jarahan kambing domba dan lembu; semuanya itu digiring mereka di hadapannya, serta berkata: “Inilah jarahan Daud.”
Ketika Daud sampai kepada dua ratus orang yang telah terlalu lelah untuk mengikuti Daud, yang telah dibiarkannya tinggal di dekat sungai Besor, maka keluarlah orang-orang ini menyongsong Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia.
Daud mendekati orang-orang itu dan memberi salam kepada mereka.
Kemudian mulailah semua orang jahat dan dursila berbicara kepada Daud: “Karena mereka tidak ikut pergi bersama-sama dengan kita, janganlah kita berikan kepada mereka apa-apa dari jarahan yang kita selamatkan itu. Kecuali istri dan anak-anaknya.”
» Pada waktu mereka menjarah, nampaklah sifat asli dari orang-orang itu. Mengapa mereka jahat dan dursila? Karena mereka berasal dari orang-orang yang bermasalah; mereka dalam kesukaran, dikejar-kejar tukang piutang dan sakit hati (1 Sam 22:2).
Tetapi Daud berkata: “janganlah kamu berbuat demikian, dengan apa yang diberikan Tuhan kepada kita; sebab Ia telah melindungi kita, dan menyerahkan ke dalam tangan kita gerombolan yang menyerang kita.
Siapa yang mau mendengarkan kamu dalam pekara ini? sebab, bagian orang yang tinggal di dekat barang-barang adalah sama seperti bagian orang yang pergi berperang; itu akan dibagi sama-sama.”
Dan demikianlah halnya sejak hari itu dan seterusnya; hal itu ditentukannya menjadi ketetapan dan peraturan bagi orang Israel sampai sekarang
» Hukum di zaman sebelum Ziklag dibakar oleh orang Amalek: orang-orang yang tidak ikut perang tidak mendapat bagian dari rampasan perang. Dengan sendirinya para istri akan menganjurkan para suaminya untuk ikut berperang guna mendapatkan bagian itu. Akhirnya ... di dalam kota itu tidak ada yang berjaga-jaga sehingga kota itu dibakar dan orang-orang Daud ditawan.
Sejak Ziklag dibakar, Daud menyadari kesalahannya, yaitu: hanya memikirkan perang dan perang tetapi mengabaikan perlindungan atas orang-orang dan barang-barang yang ditinggalkannya ketika mereka pergi berperang.
(Sumber: Warta KPI TL No. 82/II/2011»
(Sumber: Renungan KPI TL tgl 30 September 2010, Dra Yovita Baskoro, MM).