Pages

Rabu, 07 September 2016

Yesus sang penyelamat dalam kehidupan kita

Kehadiran Tuhan Yesus merupakan suatu bukti bahwa Dia amat mencintai kita. Kasih-Nya yang begitu agung diberikan kepada kita melalui penyerahan diri-Nya di atas kayu salib untuk menebus segala dosa kita, untuk menyelamatkan kita dari kuasa maut dan membawa kita kepada suatu kehidupan baru yang penuh damai sukacita. Yesus datang ke dunia sebagai seorang penyelamat bagi seluruh dunia.


Manusia sejak dahulu telah merindukan datangnya Sang Penyelamat. Buktinya orang-orang Yahudi menanti-nantikan kedatangan seorang Mesias, yang akan menyelamatkan mereka.

Namun bukan hanya seperti yang diharapkan oleh orang Yahudi yaitu sekedar menyelamatkan dan membebaskan secara manusiawi dari penjajahan bangsa lain, tetapi lebih dari itu semua, Yesus datang untuk membawakan suatu kehidupan baru yang mengarah kepada kehidupan kekal, yaitu kehidupan persatuan dengan Allah sendiri (menyelamatkan kita dari belenggu dosa, dari ikatan-ikatan kuasa kegelapan dan kuasa maut). 



Dalam Perjanjian Lama, penyelamat (= soter) tertuju pada tokoh-tokoh tertentu. Misalnya: Otniel dan Ehud (Hak 3:9,15); pada zaman nabi Nehemia umat mengenang dan mengingat bahwa Allah telah berjanji kepada umat-Nya untuk mengirim seorang penyelamat akan membebaskan mereka dari kejahatan (Neh 9:27).

Penyelamatan (soteria – bhs Yunani) dimaksudkan sebagai refleksi iman atas penyelamatan yang dikerjakan Allah Pencipta yang sejak semula telah mewahyukan diri sebagai Penyelamat karena kemurahan hati-Nya.

Ini berarti dalam sejarah umat manusia, karya keselamatan ini dilaksanakan oleh Allah Tritunggal dengan penjelmaan Sabda-Nya yang kekal dengan perutusan Roh Kudus-Nya.

Dalam tradisi kristiani, refleksi atas karya keselamatan bersikap rangkap dua, yakni: 

1. Hidup, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus sejauh mendatangkan keselamatan bagi umat manusia. 

2. Keselamatan yang diterima manusia melalui imannya, melalui Roh Kudus. 

Makna keselamatan – keadaan manusia yang baik dan bahagia karena bersatu dengan Allah, setelah dibebaskan dari segala ancaman dan bahaya bahkan dosa, sehingga mampu mengarahkan perhatiannya kepada rahmat Allah yang membenarkan dan menguduskan manusia.

Dalam Perjanjian Lama

Katakeselamatandihubungkan dengan

* Ketentraman, kesejahteraan, damai dan kemakmuran, pembebasan dari situasi yang menyedihkan. Misalnya: ketika Hana mendapatkan anak maka ia bebas dari kemandulan dan ia berbahagia karena keselamatan itu (1 Sam 2:1).

* Pertolongan dalam situasi bahaya dan penuh ancaman, pembebasan dan sekaligus kemenangan. Misalnya: ketika Eleazar memukul mundur bangsa Filistin (1 Taw 11:14); ketika orang Israel dikejar oleh tentara Firaun, Laut Merah terbelah sehingga mereka dapat melewatinya (Kel 14:13; 15:2).

* Pengalaman dosa, pelepasan dari kuasa dosa yang membelenggu manusia (kebebasan dari ancaman kesengsaraan abadi).

Dalam Perjanjian Baru

Yesus disebut dan diakui sebagai Sang Penyelamat karena Ia membebaskan umat dari dosa (Mat 1:21) dan mendekatkan kembali manusia dengan Allah (Ibr 7:25).

Tindakan penyelamatan berhubungan dengan

Penyembuhan dari sakit dan penderitaan. Misalnya: kisah seorang perempuan yang sakit pendarahan selama 12 tahun (Luk 8:43-48); seorang buta di Yerikho (Mrk 10:46-52); hamba seorang perwira Kapernaun (Mat 8:5-13); seorang kerasukan setan/roh jahat di Gerasa (Mrk 5:1-20).

Terhadap orang yang sudah meninggal (diselamatkan dari kematian). Misalnya: membangkitkan Lazarus (Yoh 11:1-44) dan seorang gadis (Mat 9:18-19, 23-26).

Pendosa: menerima karunia keselamatan, pengampunan dan pembebasan dari belenggu serta ikatan dosa. Misalnya: Maria Magdalena (Luk 8:2).

Pada saat Yesus menyelamatkan Petrus yang hampir jatuh tenggelam ketika ia berjalan di atas air (Mat 14:22-33).

Ajaran Paulus

Peristiwa yang dialami dalam perjalanan ke Damsyik mempunyai arti yang mendalam bagi Paulus. Melalui perjumpaan ini, dia memulai hidup yang baru.

Kedatangan Yesus mengajarkan Paulus beberapa hal yang penting mengenai makna keselamatan - bertitik tolak dari manusia jatuh ke dalam dosa.

* Budak dosa

Dosa merupakan bagian dari diri kita. Dengan kata lain, kodrat manusia mempunyai kecenderungan berbuat salah dan jatuh ke dalam dosa dan manusia telah diperbudak oleh dosa. Sehingga manusia kehilangan kemuliaan Allah (Rm 3:23).

Jadi meskipun mengenal Allah, tidak memuliakan Dia sebagai Allah (Rm 1:21). Karena kita telah lupa bahwa sekarang kita bukan lagi hamba dosa, tetapi kita telah menjadi hamba kebenaran/dimerdekakan dari dosa (Rm 6:17-18). 

- Di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melihat hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku (Rm 7:23).

... dengan tubuh insaniku aku melayani hukum dosa (Rm 7:25).

Aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa (Rm 7:14). 

* Daging

Daging jasmani itu lemah dan dapat membawa kepada kelemahan moral (percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya - daging dikuasai dosa (Gal 5:19-21; Rm 8:3).

* Hukum

Hukum Taurat adalah jalan” atau “saranamenuju keselamatan kekal dari Allah dalam Yesus Kristus dan bukan menjadi tujuannya (Rm 3:20; Gal 2:16; 3:21-22).

Apabila hukum Taurat ditafsirkan secara keliru, ia berubah menjadi musuh manusia karena kaitannya dengan dosa (Rm 7:8-11).

* Kematian

Orang-orang kafir memandang kematian sebagai akhir dari segalanya, sedangkan orang beriman memandang kematian dan maut telah dikalahkan oleh kuasa kebangkitan Tuhan Yesus Kristus (1 Kor 15:26).

Ingatlah bahwa persekutuan dengan Adam mendatangkan kematian dunia, sedangkan semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus (1 Kor 15:22).

* Murka Allah

Apabila seseorang berdosa, kelak ia akan mendapat ganjaran. Kita tidak boleh memandang murka Allah (Rm 1:18; 2:5-9; 1 Tes 1:10; Ef 5:6; Kol 3:6; Ef 2:3) sebagai balas dendam.

Akan tetapi murka itu adalah kasih-Nya yang berkobar menjadi kemarahan hebat terhadap segala kejahatan dalam diri orang yang dikasihi-Nya – merupakan permusuhan dari sifat kudus Allah terhadap segala bentuk dosa, Allah secara aktif menentang sepenuhnya setiap bentuk kejahatan.

* Penghakiman

Meskipun keselamatan semata-mata kasih karunia Allah. Penghakiman dan ganjaran kita bergantung pada apa yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari (2 Tim 4:1; Rm 2:3, 16; 1 Kor 4:5 - Setiap orang akan dihakimi baik hidup maupun yang mati). 

* Dunia jahat sekarang ini

Kita harus berhati-hati terhadap filsafat dunia serta tipuan kosongnya (Kol 2:8; Ef 5:6; 1 Kor 3:19). Generasi sekarang ini semakin terpesona dengan berbagai prestasi spektakuler dalam bidang IPTEK, tetapi justru semakin frustasi karena gagal mencapai tujuan utama yakni perdamaian, keadilan, dan pengentasan kemiskinan.

* Salib 

Penyaliban Yesus sangat penting (Gal 3:13). Kematian dan kebangkitan Kristus merupakan satu kesatuan dan membentuk satu tindakan pendamaian ilahi yang kuat.

Kematian merupakan sarana yang dipakai Allah untuk mengalahkan kejahatan. Kebangkitan Kristus mengubah segala-galanya dan mengawali zaman yang baru.

* Pembebasan 

Kematian Kristus telah membebaskan kita dari perbudakan hukum Taurat (Rm 7:4, 6; 10:4; Gal 4:5); menghasilkan pembebasan dari semua kuasa yang memperbudak manusia (Kol 2:15). Kini, musuh itu sudah dikalahkan oleh karya penyelamatan Allah yang luar biasa dalam diri Kristus.

* Pembenaran

Kita telah dibenarkan oleh oleh Allah (Rm 8:33-34; 1 Kor 6:11); oleh kasih karunia-Nya (Rm 3:24; Tit 3:7); oleh darah-Nya (Rm 5:9).

* Pendamaian

Pendamaian bukan berarti perubahan diri kita sehingga tidak bermusuhan lagi, melainkan mengacu kepada suatu keadaan baru dalam berbagai hubungan yang dihasilkan “oleh kematian anak-Nya” (Rm 5:10; 2 Kor 5:19; Ef 2:16; Kol 1:20, 22).

* Kasih

Di dalam kasih itulah Allah mendatangkan keselamatan bagi orang-orang yang sangat membutuhkan kasih (Rm 9:25).

Nama Yesus adalah nama yang mengandung suatu kekuatan besar yang sanggup menyelamatkan. Dengan berseru kepada nama-Nya yang kudus maka kita akan menerima suatu rahmat besar, suatu pembebasan dan keselamatan.

Keselamatan yang diberikan oleh Yesus ini tidak dapat dipisahkan dari kasih karunia Allah yang diberikan-Nya kepada kita.

Allah mau menyelamatkan kita bukan karena kita layak dan berhak diselamatkan, namun semata-mata Allah mengasihi kita. Jika Dia tidak mengasihi kita, tidak mungkin Dia mau menyelamatkan kita dengan memberikan Yesus Putera-Nya (Yoh 3:16).

Jikalau bukan karena kasih-Nya yang besar, Yesus tidak mungkin mau dengan rela menjadi seorang manusia hina dan kemudian harus menanggung penderitaan dan penghinaan yang amat besar sampai wafat disalib untuk keselamatan kita.

Akibat dosa, hubungan manusia dengan Allah terputus. Yesuslah yang menjadi jembatan/pengantara kita dengan Allah (Rm 5:10).

Karena perjuangan Yesus, kita boleh menikmati perdamaian dengan Allah. Dengan keselamatan yang diberikan oleh Yesus maka kita diampuni dari segala dosa dan kelemahan. Kita diberi suatu rahmat kekuatan baru untuk berjuang bagi masa yang akan datang.

Keselamatan yang kita peroleh saat ini adalah suatu bekal untuk hidup yang akan datang, hidup dalam kemuliaan bersama Bapa dan Putera.

Jadi kita harus memelihara rahmat yang kita peroleh ini. Semoga semakin hari kita pun semakin menyadari peranan Yesus dalam kehidupan kita dan karya keselamatan yang Ia kerjakan tidak menjadi sia-sia.

(Sumber: Warta KPI TL No. 62/VI/2009 » Yesus Sang Penyelamat dalam kehidupan kita, HDR Januari-Februari 2006 Tahun X; Ajaran Paulus tentang penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus, HDR November-Desember 2006 Tahun X).