Adven awal tahun liturgi
Kalender yang kita gunakan disebut kalender Masehi. Peletakan awal tahun liturgi Gereja pada masa Adven mengikuti sebuah teologi yang bertujuan mengajak seluruh anggota Gereja untuk menghidupi kembali masa penantian akan kedatangan penebus, seperti yang dialami oleh umat Israel.
Masa penantian ini dijiwai dengan semangat pertobatan untuk menyambut kedatangan Penebus. Dengan demikian, tahun liturgi mengikuti proses penebusan, yang mulai dengan Inkarnasi sampai kemudian berpuncak pada misteri Paskah kebangkitan.
Pusat iman kita adalah kebangkitan. Tetapi tidak perlu tahun liturgi dimulai dengan kebangkitan, karena pengaturan yang sekarang ini kebih tepat, yaitu kebangkitan dijadikan sebagai titik puncak (klimaks) perjalanan liturgis sepanjang tahun. Kebangkitan inikah yang kemudian mewarnai seluruh perayaan liturgi sepanjang tahun.
Jika tahun diturgi demulai dengan kebangkitan, maka masa penantian menjadi seperti anti-klimaks.
Dengan mudah kita semua dapat menentukan bahwa hari Natal pasti selalu jatuh pada tanggal 25 Desember. Namun, kebanyakan dari kita akan kesulitan menentukan kapan jatuhnya hari Paskah, hari Rabu Abu, ataupan hari pertama masa Adven.
Kesulitan itu terjadi karena hari-hari tersebut tidak jatuh pada tanggal yang selalu sama setiap tahunnya pada penanggakan Masehi.
Dalam hal ini Gereja Katolik memiliki sistem penanggalan sendiri yang disebut Penanggalan Liturgi. Penanggalan ini dipakai oleh Gereja terutama untuk keperluan Liturgi, maka juga disebut penanggakan liturgi. Seperti apakah itu?
Penanggalan liturgi adalah daftar tentang rumus dia dan bacaan Ekaristi, ibadat harian (brevir), warna pakaian liturgi, upacara-upacara khusus, dan sebagainya. Daftar yang juga sering disebut kalendarium liturgi ini disusun secara teratur untuk satu tahun.
Secara internasional penanggalan liturgi ditentukan oleh sebuah panitia khusus Gereja Katolik di Roma. Di Indonesia penanggalan liturgi tersebut disusun dan disesuaikan oleh Komisi Liturgi KWI dan setiap tahun diterbitkan oleh Penerbit Kanisius Yogyakarta.
Penanggalan Masehi dimulai dengan tanggal 1 Januari, namun penanggalan liturgi dimulai dengan hari Minggu pertama masa Adven (sekitar akhir November penanggalan Masehi).
Dalam satu tahun terdapat 3 lingkaran masa, yaitu Natal, Paskah, dan Biasa.
Lingkaran Natal dimulai dengan Minggu pertama masa Adven dan berakhir pada Pesta Pembaptisan Tuhan Yesus.
Lingkaran Paskah dimulai dengan Rabu Abu dan berakhir pada perayaan Pentekosta.
Lingkaran Biasa berakhir pada Minggu ke 34 pada Hari Raya Kristus Raja Alam Semesta. Setelah masa Biasa habis, lingkaran liturgi mulai lagi dengan lingkaran Natal yang didahului dengan Adven, dan begitu seterusnya.
Tahun A/B/C dan Tahun I/II
Panitia khusus di Roma telah menyusun tahun liturgi agar seluruh Kitab Suci dibaca dan direnungkan dalam parayaan Ekaristi selama kurang lebih 3 tahun.
Jadi, bila kita mengikuti perayaan Ekaristi setiap hari selama 3 tahun, kita akan mendengar hampir seluruh kutipan Kitab Suci. Untuk itu dibuat dua klasifikasi: Tahun A/B/C dan Tahun I/II.
Jadi, bila kita mengikuti perayaan Ekaristi setiap hari selama 3 tahun, kita akan mendengar hampir seluruh kutipan Kitab Suci. Untuk itu dibuat dua klasifikasi: Tahun A/B/C dan Tahun I/II.
Tahun A/B/C yakni klasifikasi untuk bacaan hari Minggu, yaitu Tahun A (disebut juga Tahun Matius karena bacaan Injil diambil dari Injil Matius), Tahun B (disebut juga Tahun Markus karena bacaan Injil diambil dari Injil Markus. Tahun C (disebut juga Tahun Lukas karena bacaan Injil diambil dari Injil Lukas). Injil Yohanes dibacakan pada hari-hari Minggu selama masa Adven, Paskah, dan minggu-minggu tertentu dalam tahun B
Tahun I/II yakni klasifikasi untuk bacaan harian, yaitu Tahun I dan Tahun II.
Misalnya, semenjak 30 November 1997 penanggalan liturgi yang dipakai iakah Tahun C/II. Demi mudahnya, kita bisa mengatakan bahwa sebagian besar tahun 1998 (dari Januari hingga November) adalah Tahun C/II.
Artinya, bacaan Ekaristi pada hari-hari Minggu diambil dari kelompok Tahun C dan bacaan Ekaristi pada hari-hari Biasa diambil dari kelompok Tahun II.
Artinya, bacaan Ekaristi pada hari-hari Minggu diambil dari kelompok Tahun C dan bacaan Ekaristi pada hari-hari Biasa diambil dari kelompok Tahun II.
Oleh karena itu kita dapat menentukan bahwa
Tahun 1998 (sejak Adven tahun 1997) adalah Tahun C/II
Tahun 1999 (sejak Adven tahun 1998) adalah Tahun A/I
Tahun 2000 (sejak Adven tahun 1999) adalah Tahun B/II
Tahun 2001 (sejak Adven tahun 2000) adalah Tahun C/I, dst.
Cara membaca Penanggalan Liturgi 1997 pada tanggal 30 November 1997.
Data penanggalan tersebut memberikan informasi tentang apa saja yang perlu disiapkan untuk Ekaristi atau ibadat.
1. "30 Mg Hari Minggu Adven I" artinya tanggal 30 November adalah hari Minggu pertama dalam masa Adven.
2. "Pekan I Adven" artinya mulai hari Minggu, 30 November 1997, hingga hari Sabtu 1997, kita masuk pekan pertama dalam masa Adven.
3. "(U)" maksudnya warna liturgi pada hari itu adalah ungu, maka perlu dipersiapkan kasula dan stola berwarna ungu. Ungu lambang tobat.
4. "E, Syah Pref Adven" maksudnya dalam Ekaristi, syahadat harus diucapkan dan orefasi (pendahuluan Doa Syukur Agung) yang dipakai ialah prefasi Adven.
5. "Bc E Yer 33:14-16" maksudnya bacaan pertama Ekaristi diambil dari kitab Yeremia bab 33 ayat 14 sampai 16.
"Mzm 25: 4bc-5ab, 8-9, 10, 14" maksudnya petikan mazmur antar bacaan diambil dari Mazmur bab 25 ayat 4bc sampai 5ab, ayat 8 sampai 9, ayat 10 dan 14. Mazmur antar bacaan bisa didaraskan, bisa juga diganti dengan nyanyian.
"1 Tes 3:12 - 4:2" maksudnya bacaan kedua diambil dari surat pertama Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika bab 3 ayat 12 sampai bab 4 ayat 2.
"Luk 21:25-28, 34-36" maksudnya bacaan ketiga diambil dari Injil Lukas bab 21 ayat 25 sampai 28 dan ayat 34 sampai 36.
Tanda O (ofisi) atau BcO (bacaan ofisi) dipakai sebagai panduan dalam mendoakan ibadat harian atau ofisi, maka terutama perlu diperhatikan oleh mereka yang biasa mendaraskan ibadat hatian (brevir).
Makna Penanggalan Liturgi
Penanggalan liturgi merupakan usaha Gereja untuk mengenangkan karya penyelamatan Allah yang telah terlaksana dalam diri Yesus Kristus.
Usaha Gereja ini bertujuan agar umat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan liturgi (misalnya penerimaan sakramen-sakramen sungguh-sungguh dapat mengalami karya Allah lewat Yesus Kristus, yakni dengan senantiasa mendengarkan sabda-Nya (Kitab Suci). Usaha ini berlangsung terus-menerus sepanjang tahun.
Apa sebenarnya yang dikenangkan? Yang dikenangkan adalah
1. Karya penciptaan Tuhan yang agung, termasuk penciptaan diri kita,
2. Karya penyelamatan bangsa Israel yang memuncak pada Yesus Kristus.
3. Tuhan yang senantiasa mau mendekati dan mengasihi kita.
Karena semua itulah, kita mengungkapkan rasa kagum dan syukur mendalam. Itulah "doa syukur agung" yang mestinya menjiwai hidup kita.
Sarana untuk mengenangkan adalah Kitab Suci. Kitab Suci adalah pengungkapan iman tentang karya penyelamatan Allah. Di dalamnya ditampilkan hidup dan karya Yesus Kristus. Kitab Suci dibaca dan direnungkan bersama dalam perayaan-perayaan liturgi. Itulah yang kita lakukan.
Pengenangan karya penyelamatan Allah itu mempunyai unsur-unsur: mengingat, mengakui, menghadirkan dan melaksanakan.
Oleh karena itu, kita tidak sekedar mengingat-ingat sejarah masa lampau saja, melainkan juga mengakui dan membuat yang lampau tersebut bermakna untuk zaman sekarang ini. Agar bermakna, kita perlu memahami lalu melaksanakannya dalam hidup sehari-hari.
Oleh karena itu, kita tidak sekedar mengingat-ingat sejarah masa lampau saja, melainkan juga mengakui dan membuat yang lampau tersebut bermakna untuk zaman sekarang ini. Agar bermakna, kita perlu memahami lalu melaksanakannya dalam hidup sehari-hari.
(Sumber: Dari Adven sampai Natal, Dr. Petrus Maria Handoko, CM; Mengenal tahun liturgi, I Marsana Windhu).