Pages

Rabu, 07 September 2016

Belajar keheningan

Di Korea, ada seorang yang benar-benar pengemis sedang berjalan-jalan di pinggir kota. Ketika dia melihat begitu banyak orang cacat yang terlantar dia bertanya: “Tuhan, Engkau mau apa untuk aku lakukan?”

Dia segera membuat gubuk dari jerami, lalu diangkatnya pengemis itu satu persatu dan dirawatnya dengan baik. Besok paginya dia pergi mencari uang, mereka semua dibelikannya makanan.

Suatu saat ada seorang pastor yang melihat apa yang dilakukan pengemis itu. Ketika pastor itu melihat kejadian itu, dia bertanya pada dirinya sendiri: “Pengemis itu bisa berbuat seperti itu. Apalagi saya sebagai seorang pastor yang mempunyai umat banyak, pasti dapat berbuat jauh lebih besar dari pengemis itu.” 

Maka dikumpulkannya umat dalam rapat dan pastor itu menceritakan apa yang dilihatnya. Katanya: “Apakah kita tidak malu, pengemis bisa melakukan sesuatu, sedangkan kita tidak melakukan apa-apa.”

Sejak saat itu tugas pengemis itu diambil alih oleh gereja, rumah yang tidak permanen dijadikan rumah permanen. 

Hari ini tempat itu menjadi tempat yang sangat besar dan menjadi tempat pelatihan bagi para manager yang ada di Korea.

Tidak ada orang terlalu miskin yang tidak bisa memberi sesuatu apapun. Tidak ada orang yang terlalu kaya yang tidak mampu untuk menerima sesuatu dari sesamanya (St. Agustinus)

Di dalam keheningan, ada tiga koneksi yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu: dengan diri sendiri, dengan sesama, dan dengan Allah. Di sinilah kuasa Allah mengalir, yang mempunyai kekuatan luar biasa. 

Karena Allah hanya dapat ditemui di dalam keheningan, Dia akan menyapa kita masing-masing sesuai dengan nama kita.

Pada saat naik bemo, kita diamapa yang dibicarakan orang lain kita dengar. Tetapi kalau kita sibuk bicara sendiri – kita dengar suara tetapi tidak tahu apa yang dibicarakan.

Ketika dimarahi, kita diam/tidak menjawabkita dapat bertanya pada diri sendiri “bagaimana perasaanku; kenapa orang itu marah; Tuhan mau apa dalam peristiwa ini (tidak ada kebetulan dalam Tuhan).

Janganlah kita menjalani kehidupan ini hanya dengan mengalir saja tanpa kita mengerti visi yang Tuhan berikan buat hidup kita. 

Marilah kita mencari kerajaan-Nya dan kebenaran-Nya, sehingga semuanya itu ditambahkan pada kita.

(Sumber: Warta KPI TL No. 61/V/2009 » Renungan KPI TL tgl 7 Mei 2009, Dra Yovita Baskoro, MM).2