Senin, 15 Agustus 2016

Firman yang tertanam di dalam hati, berkuasa menyelamatkan jiwa

Empat hari sebelum ulang tahun saya yang ke 78, saya tergelincir di kamar mandi. Puji Tuhan, Tuhan masih melindungi, saya tidak sampai patah tulang tetapi hanya terbentur pintu kamar mandi. Mengalami hal ini perasaan saya mengatakan bahwa ada sesuatu yang akan terjadi.


Saya tidak mempunyai rumah sendiri, jadi saya berpindah-pindah kontrakan. Di tempat tinggal yang terakhir ini saya sudah tiga tahun mengontraknya. 



Di bulan Juni 2016 saya merasa senang dengan bertambahnya usia, namun ada juga kesedihan karena tuan rumah mengusir saya untuk segera cari kontrakan baru, padahal sisa kontrakan masih dua bulan lagi. 

Menghadapi masalah ini saya tidak mau membicarakan pada anak saya, tetapi saya hanya menangis pada Tuhan Yesus dan berdoa rosario bersama Bunda Maria mohon pertolongan-Nya. 

Sungguh luar biasa Tuhan yang saya sembah. Pada hari ke sembilan berdoa, saya mendengar suara: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut! (Mat 14:27). Setelah mendengar suara itu, saya diingatkan dengan beberapa ayat di bawah ini sehingga saya memperoleh ketenangan.

Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku (Mzm 91:14).

Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan menopang tangannya (Mzm 37:23-24).

Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya (Yoh 15:7).

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Flp 4:13).

Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu (1 Tes 5:16-18).

Pada hari ke tujuh belas berdoa, pemilik rumah datang sambil marah-marah, katanya: “Sudah boleh kontrakan!” “Belum.” “Kalau gitu tak panggilkan polisi!” 

Ancaman tersebut dilaksanakan, dipanggilkan polisi (anaknya sendiri, dengan memakai seragam dinasnya). Di dalam hati kecil saya berkata: “Apa salah saya? Tuhan, saya hanya takut kepada-Mu, pada manusia saya tidak takut meskipun dia mengandalkan kekuasaannya.” Demikian pula pada saat tuan rumah dan anaknya yang polisi datang, saya diingatkan dengan beberapa ayat di bawah ini.

Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Mzm 119:105).

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu (Mat 11:28).

Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Mat 4:4).

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Mat 6:33).

Tiga hari kemudian, cucu tuan rumah datang ke rumah saya dan menyuruh saya datang ke rumahnya. Sebelum berangkat, saya berdoa memohon penyertaan Tuhan.

Sesampainya di sana saya merasa heran, karena tuan rumah menyambut saya dengan ramah dan berkata: “Ibu tidak perlu mencari kontrakan baru, ibu boleh tambah kontrakan. Sesungguhnya saya tidak berniat mengusir ibu. Hal ini terjadi karena ada salah satu yang menyewa petakan rumah mengingini tinggal di petakan rumah ibu, karena letaknya di pinggir jalan.”

Sungguh saya sangat bersyukur, meskipun saat ini saya buta, namun firman yang telah melekat pada hati saya memberi kekuatan pada jiwa saya sehingga saya mampu menyerahkan hidup saya pada Tuhan dan Dia memberikan jalan keluar yang mustahil bagi manusia.

(Sumber: Warta KPI TL No.136/VIII/2016)