Selasa, 16 Agustus 2016

18.26 -

Iman yang menyelamatkan

Di sebuah desa mengalami kemarau panjang. Penduduk desa itu sudah berdoa tetapi tidak turun hujan. Mereka mendatangi romo parokinya: “Romo, kami sudah berdoa tetapi kok tidak hujan-hujan.” Jawab Romo: “Baiklah, selama seminggu ini kalian berdoa dengan keyakinan penuh.” 

Seminggu kemudian, penduduk desa tersebut datang lagi ke gereja berdoa. Ada seseorang yang berteriak: “Kami sudah berdoa selama tujuh hari tetapi hujan tidak turun-turun. Doa kita tidak dikabulkan.” Jawab Romo: “Kalian percaya apa nggak?” Serempak mereka menjawab: “Percaya.” Kata Romo: “Lho ... kenapa kalian kok nggak bawa payung?”



Inilah buktinya bahwa seringkali kita kurang percaya kepada Tuhan sehingga mujizat tidak terjadi.

Marilah kita belajar dari Luk 8:40-56

Ketika Yesus kembali, orang banyak menyambut Dia sebab mereka semua menanti-nantikan Dia. Maka datanglah seorang yang bernama Yairus. Ia adalah kepala rumah ibadat. Sambil tersungkur di depan kaki Yesus ia memohon kepada-Nya, supaya Yesus datang ke rumahnya, karena anaknya perempuan yang satu-satunya, yang berumur kira-kira dua belas tahun, hampir mati.

» Kehidupan ini seperti telur. Kita harus berani keluar menjadi manusia baru, menghilangkan ke-egoan kita seperti Yairus, rela mempertaruhkan harga diri dan nama baiknya dengan tersungkur di depan orang banyak demi cinta kepada anaknya.

Dalam perjalananan ke situ Yesus didesak-desak orang banyak. Adalah seorang perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan dan yang tidak berhasil disembuhkan oleh siapa pun. Ia maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya, dan seketika itu juga berhentilah pendarahannya.

Lalu kata Yesus: “Siapa yang menjamah Aku? Dan karena tidak ada yang mengakuinya, berkatalah Petrus: “Guru orang banyak mengerumuni dan mendesak Engkau.” Tetapi Yesus berkata: “Ada seseorang yang menjamah Aku, sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diri-Ku.”

» ada kuasa ketika kita menjamah atau menyentuh keberadaan Allah. Allah adalah Roh, tidak kelihatan, tetapi Allah kelihatan dalam rahmat kasih-Nya (dari pengalaman hidup kita).

Ketika perempuan itu melihat, bahwa perbuatannya itu ketahuan, ia datang dengan gemetar, tersungkur di depan-Nya dan menceritakan kepada orang banyak apa sebabnya ia menjamah Dia dan bahwa ia seketika itu juga menjadi sembuh.

Maka kata-Nya kepada perempuan itu: “Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!”

» kebaikan Allah benar-benar misteri

Ketika Yesus masih berbicara, datanglah seorang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: “Anakmu sudah mati, jangan lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru!”

Tetapi Yesus mendengarnya dan berkata kepada Yesus: “Jangan takut, percaya saja, dan anakmu akan selamat.”

Setiba di rumah Yairus, Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut dengan Dia, kecuali Petrus, Yohanes dan Yakobus dan ayah anak itu serta ibunya.

Semua orang menangis dan meratapi anak itu. Akan tetapi Yesus berkata: “Jangan menangis, ia tidak mati, tetapi tidur.” Mereka menertawakan Diatidak percaya) karena mereka tahu bahwa anak itu telah mati.

Lalu Yesus memegang tangan anak itu dan berseru, kata-Nya: “Hai anak bangunlah!” Maka kembalilah roh anak itu dan seketika itu juga ia bangkit berdiri. 

Lalu Yesus menyuruh mereka memberi anak itu makan. Dan takjublah orang tua anak itu, tetapi Yesus melarang mereka memberitahukan kepada siapa pun juga apa yang terjadi itu. 

Jika saat ini kita mengalami suatu kegelapan iman, semuanya terasa gelap dan kita berpikir mau bunuh diri ... Ingatlah! Ada satu Pribadi yang begitu peduli dan mengerti, Dia selalu menyertai kita dan selalu mencurahkan rahmat-Nya yang baru setiap hari tiada henti-hentinya. Percayalah ... mujizat akan terjadi.

Jika saat ini kita sudah merasakan kasih Allah tanpa syarat, kita telah diberkati. Ingatlah! Bahwa kekayaan adalah harta yang berasal dari Allah dan harus dipergunakan oleh pemiliknya dan disebarluaskan agar orang-orang yang berkekurangan pun boleh menikmatinya. 

Ia yang menahan kekayaan bagi dirinya sendiri bersalah; memberikannya kepada orang-orang yang berkekurangan berarti melunasi sebuah utang (Kompedium ASG No. 328-329). Jadi, kita juga harus peduli dan mengerti dengan penderitaan orang lain

(Sumber: Renungan KPI TL Tgl 28 Juli 2016, Rm Lulus).