Kamis, 18 Agustus 2016

04.44 -

Mat 22:34-40

Sarapan Pagi 
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu
(Yak 1:21)



Penanggalan liturgi

Jumat, 23 Agustus 2019: Hari Biasa XX - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Rut 1:1, 3-6, 14-16, 22; Mzm 146:5-6, 7, 8-9a, 9bc-10; Mat 22:34-40

Jumat, 19 Agustus 2016: Hari Biasa XX - Tahun C/II (Hijau)
Bacaan: Yeh 37:1-14; Mzm 107:2-3, 4-5, 6-7, 8-9; Mat 22:34-40)


Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, (1) bertanya untuk mencobai Dia: "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?"

Jawab Yesus kepadanya: (2) "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."


Renungan



1. Hukum kodrat

Perintah ganda untuk mengasihi adalah merupakan hukum kodrat. Hukum kodrat ini adalah hukum atau peraturan yang ditulis oleh Tuhan di dalam hati setiap manusia (Rm 2:14-15).

Kunci dari kemampuan kita untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi serta mengasihi sesama adalah karena Allah telah memberikan rahmat-Nya kepada kita semua.

Kita yang telah dibaptis telah menerima rahmat Allah yang begitu besar, seperti: menjadi putera/i Allah di dalam Kristus, disatukan dalam Tubuh Mistik Kristus, dibebaskan dari dosa asal, menerima rahmat pengudusan, tiga kebajikan ilahi dan tujuh karunia Roh Kudus.

Rahmat dari Allah kemudian diperkuat dengan rahmat yang mengalir dari sakramen-sakramen yang lain, terutama Sakramen Tobat dan Sakramen Ekaristi.

Dengan bekal rahmat Allah yang begitu luar biasa ini, maka sesungguhnya umat Allah telah dimampukan untuk dapat mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi, sehingga pada akhirnya dapat mengasihi sesama dengan lebih baik lagi.


2. Panggilan kita - diberkati dan memberkati

(1) Orang yang melihat hidup sebagai persaingan, akan menghabiskan seluruh hidupnya tanpa kasih. Apa yang dipikirkannya adalah bagaimana bisa mengalahkan orang lain dan bagaimana bisa menyingkirkan orang lain.

Sebaliknya orang yang melihat hidup sebagai kasih dan anugerah, akan mengorbankan seluruh hidupnya untuk mengasihi sesama. Ia tidak mengenal kalkulasi untung dan rugi, yang dilakukannya hanyalah mengasihi tanpa pamrih.

(2) Yesus menegaskan bahwa hal yang paling utama dalam kehidupan ini adalah saling mengasihi. Apapun yang kita jalani, apapun yang kita lakukan akan bermakna kalau kita mengasihi Tuhan dengan seluruh diri kita dan sesama kita seperti kita mengasihi diri kita sendiri.

Kalau kita memahami betul bahwa hidup yang sesungguhnya adalah seperti ini, maka kita akan menghabiskan waktu-waktu kita dalam kasih. Tanpa persaingan yang tidak sehat, tanpa saling menjegal, tanpa mempersalahkan Tuhan dan keadaan, tanpa membiarkan sesama menderita, itulah wajah dari kehidupan yang sebenarnya.

Yesus mengajak kita untuk melihat kehidupan sebagai kesempatan untuk saling mengasihi. Semoga kita melihat hidup ini sebagai berkat bagi sesama karena Tuhan menghendaki kita saling mengasihi sebagaimana Ia telah mengasihi kita sampai mengorbankan Putra-Nya sendiri.