Pages

Sabtu, 06 Agustus 2016

7 Dosa pokok yang mematikan

Dosa adalah satuperkataan, perbuatan, atau satu keinginan yang bertentangan dengan hukum abadi (Agustinus, Faust. 22, 27). Satu penghinaan terhadap Allah. Ia membangkang terhadap Allah dalam ketidaktaatan; satu tindakan melawan akal budi, melukai kodrat manusia dan mengganggu solidaritas manusia (KGK 1871-1872). 

Akar dari semua dosa terletak di dalam hati manusia.



Macam dan beratnya dosa ditentukan terutama menurut obyeknya (KGK 1873-1874).

Dosa beratsiapa dengan sengaja, artinya dengan tahu dan mau menjatuhkan keputusan kepada sesuatu yang bertentangan dengan hukum ilahi dan dengan tujuan akhir manusia dalam hal yang berat

Dosa itu merusakkan kebajikan ilahi di dalam kita, kasih, dan tanpa kasih tidak ada kebahagiaan abadi. Kalau tidak disesali, ia akan mengakibatkan kematian abadi.

Dosa ringan - merupakan gangguan moral yang dapat diperbaiki lagi dengan kasih ilahi, yang bagaimanapun tetap ada di dalam kita. 

Dosa menciptakan kecondongan kepada dosa; pengulangan perbuatan-perbuatan jahat yang sama mengakibatkan kebiasaan buruk.

Hal ini mengakibatkan terbentuknya kecenderungan yang salah, menggelapkan hati nurani dan menghambat keputusan konkret mengenai yang baik dan yang buruk. Dosa cenderung terulang lagi dan diperkuat, namun ia tidak dapat menghancurkan seluruh perasaan moral (KGK 1865). 

Dosa-dosa pokok mengakibatkan dosa-dosa lain, pengulangan dosa membawa kepada kebiasaan-kebiasaan buruk yang lain.

7 dosa pokok : (1) Kesombongan (2) Kikir (ketamakan) (3) Percabulan (4) Gelojoh (kerakusan) (4) Iri Hati (kedengkian) (5) Marah (kemurkaan) (7) Malas (kelambanan) (KGK 1866). 

7 dosa pokok yang dikutip dariFather Dominic Prummer’s Handbook of Moral Theology

Kesombongan adalah hasrat yang berlebihan untuk menonjolkan keunggulan diri sendiri.

Kesombongan ini disebut “penuh” apabila orang begitu dikuasai olehnya hingga ia menolak untuk menundukkan akal budi dan kehendaknya pada Tuhan serta taat pada perintah-perintah-Nya.

Orang yang demikian menolak Tuhan dan orang yang mewakili-Nya. Dalam arti tertentu, seorang dengan kesombongan penuh menjadikan dirinya sendiri tuhan.

Kesombongan dapat juga “tidak penuh” Di sini orang tidak menolak Tuhan atau mereka yang lebih tinggi darinya, melainkan ia sekedar menilai dirinya terlalu tinggi (gampang tersinggung).

Sehubungan dengan kesombongan adalah “besar kepala”, di mana orang memiliki hasrat berlebihan untuk memamerkan keunggulannya dan menerima pujian.

Tentu saja setiap orang hendaknya berbangga akan apa yang dicapainya dan bersyukur kepada Tuhan atas kemampuan yang dianugerahkan-Nya sehingga dapat melakukan sesuatu dengan baik.

Namun demikian, disposisi batin yang demikian berbeda dari orang yang dalam ke-ego-annya termotivasi untuk melakukan sesuatu hanya demi mendapatkan pujian dan penghargaan, atau senantiasa berbicara mengenai “aku melakukan ini” dan “aku melakukan itu” demi membuat orang-orang kagum dan menyampaikan pujian mereka. 

Kesombongan merupakan suatu kebiasaan buruk yang sangat berbahaya, sebab orang begitu rentan terhadap kesombongan sebagai akibat dari luka dosa asal. Kesombongan dapat mudah masuk diam-diam dalam kehidupan kita, berkembang pesat tanpa kita ketahui, berakar, dan mencemari segala yang kita lakukan (St. Thomas).

Kesombongan membuat kita membenci mereka yang sama dengan kita karena mereka sama dengan kita; mereka yang di bawah kita karena khawatir suatu saat mereka akan menyamai kita; mereka yang di atas kita karena mereka di atas kita (St. Yohanes Vianney).

Penyembuhan rohani untuk kesombongan 

· Kita harus belajar menundukan diri di dalam komunitas.
· Kita harus memeriksa batin secara rutin dan seksama.
· Mengamalkan kerendahan hati dan merenungkan kerendahan hati serta pelayanan Kristus.

Kikir (ketamakan) adalah cinta yang berlebihan akan harta milik atau kekayaan.

Seorang terdorong oleh keserakahan, sibuk mendapatkan dan mendapatkan terlebih banyak lagi harta kekayaan. Seorang yang tamak terikat begitu rupa pada kekayaan dan harta milik sehingga pengumpulan dan penimbunan harta kekayaan menjadi tujuan utama hidup dan menjadi prioritas di atas orang maupun segala hal lainnya.

Orang dapat dengan mudah menjadi keras hati dan buta terhadap kebutuan-kebutuhan mereka yang kurang beruntung. Dipicu ketamakan, orang merasa dapat mencukupi diri sendiri, berpuas diri dan tidak membutuhkan Tuhan

Contoh ketamakan

Barang-barang materi, selalu ingin mendapatkan lebih banyak dan hanya memberikan kelebihannya. Misalnya: membeli barang tapi tidak dipakai, hanya dipakai sebagai koleksi.

Waktu, hanya melakukan apa yang dengan suatu cara tertentu mendatangkan keuntungan bagi mereka. Misalnya: malas ke doa lingkungan karena di sana tidak mendapatkan apa-apa.

Relasi, berteman demi status atau mempergunakan orang demi keuntungan diri sendiri. Misalnya: hanya berteman dengan orang selevelnya

Penyembuhan rohani untuk ketamakan 

Ketamakan adalah cinta berlebihan akan kekayaan dan akan hal-hal yang baik. Secara khusus orang perlu merenungkan teladan Yesus. Yesus Kristus, demi menyembuhkan kita dari ketamakan, dilahirkan dalam kemiskinan yang sangat, jauh dari segala kenyamanan. ia memilih seorang Bunda yang miskin. Ia menghendaki dilahirkan sebagai Putera seorang tukang kayu sederhana (St. Yohanes Vianney).

Orang perlu merenungkan banyak pengajaran dan contoh-contoh dalam Kitab Suci di mana orang diingatkan agar waspada pada ketamakan (Luk 12:15; Mrk 10:25).

Orang harus banyak bersyukur dalam doa setiap hari atas begitu banyak berkat yang dinikmati, mencermati bagaimana baiknya berkat-berkat itu dipergunakan sebagai sarana untuk menolong mereka yang kurang beruntung dan senantiasa ingat bahwa ketika orang mati semuanya ditinggalkan.

Mengucap syukurlah dalam segala hal,
sebab itulah yang dikehendaki Allah 
di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
(1 Tes 5:18)

Percabulan (hawa nafsu) adalah hasrat yang berlebihan akan kenikmatan seksual. Dikuasai hawa nafsu, orang secara egois akan mencari cara untuk memuaskan hasrat seksualnya dengan segala cara. Ia mencari kenikmatan pribadi yang sekejap. Ia memandang orang lain lebih sebagai tubuh belaka daripada sebagai pribadi, tanpa mau tahu perasaan pasangannya. Pada akhirnya, hawa nafsu menghantar orang pada pemujaan kenikmatan seksual.

Hawa nafsu berbeda dari hasrat sehat suami istri untuk saling mengungkapkan kasih mereka sebagai suami istri dalam ikatan perkawinan.

Kasih suami istri dalam perkawinan adalah suatu tindakan saling memberi diri secara bebas, saling menghormati martabat suami dan istri, yang meneguhkan janji pernikahan mereka dan terbuka terhadap kehidupan baru.

Dosa-dosa yang berkembang dari hawa nafsu termasuk menikmati pikiran-pikiran yang tidak sopan (Bdk. Mat 5:28), masturbasi, perzinahan dan pornografi.

Penyembuhan rohani untuk hawa nafsu

Berdoa mohon keutamaan kemurnian.
Waspada terhadap kesempatan dosa yang begitu banyak di dunia.
Memiliki visi yang jelas akan kebaikan seksualitas di dalam diri masing-masing, perkawinan dan kasih suami istri seperti yang dirancangkan oleh Tuhan.
Apabila datang pemikiran-pemikiran atau hasrat-hasrat yang tidak sopan sebaiknya kerap menerima Sakramen Tobat.
Menghindarkan diri dari bermalas-malasan dan segera mengalihkan perhatian. Contoh: suatu ketika St. Fransiskus dari Asisi begitu dikuasai oleh pikiran-pikiran yang tidak sopan, maka ia melemparkan diri ke dalam semak-semak mawar.

Cinta berlebihan akan daging 
adalah kekejian,
sebab di bawah rupa memuaskan tubuh, 
kita membunuh jiwa.
(St. Bernardus dari Clairvaux)

Gelojoh (kerakusan) adalah hasrat yang berlebihan akan makanan dan minuman maupun masalah rohani yang lebih dalam. Kerakusan berbahaya bagi kesehatan mental maupun fisik.

Penyembuhan rohani untuk kerakusan

Orang perlu melatih keutamaan penguasaan diri guna mencegah kerakusan.
Orang hendaknya ingat akan konsekuensi fisik atas penyalahgunaan makanan dan minuman.
Orang hendaknya senantiasa ingat akan mereka yang kurang beruntung dan yang menderita akibat kekurangan makanan dan minuman. Jadi, janganlah mengambil makanan sebanyak-banyaknya, lalu tidak memakannya habis, dan membuangnya di sampah. 

Iri Hati (kedengkian) adalah kesedihan atas hal-hal baik yang dinikmati orang lain, yang dianggap membahayakan diri sendiri oleh sebab hal-hal tersebut memudarkan keunggulan atau kemasyuran diri.

Seorang yang iri hati tidak saja dengki atas kebaikan dalam diri orang lain (bakat, penampilan, harta milik, profesi atau popularitas) tetapi ia juga bergembira dan bahkan bersukacita atas kesulitan atau kemalangan yang dihadapi orang lain (identik dengan orang yang sakit jiwa).

Iri hati adalah dosa yang keji sebab ia masuk diam-diam ke dalam persahabatan-persahabatan yang akrab, bahkan antara pasangan-pasangan yang saling mengasihi. Iri hati memperanakkan kebencian, gosip dan pelecehan terhadap sesama.

Penyembuhan rohani untuk iri hati

Mengamalkan kerendahan hati.
Bersyukur atas hal-hal baik dalam diri sendiri.
Merenungkan konsekuensi dari iri hati, baik rusaknya persahabatan maupun penghukuman ilahi.

Marah (kemurkaan) adalah hasrat yang berlebihan untuk membalas dendam.

Kemarahan pertama-tama melanggar belas kasih sebab orang cenderung untuk bertindak dan berkata-kata sedemikan rupa sehingga dapat melukai orang lain, kata-kata kasar atau pernyataan yang menyakitkan menembus sehingga ke lubuk hati yang paling dalam.

 Kedua, kemarahan terkadang melanggar keadilan sebab orang bertindak di luar batas dalam menangani suatu masalah dan berusaha membalas dendam.

Enam dampak sebagai akibat kebiasaan buruk kemarahan: kejengkelan, kekacauan mental, suara bicara yang memekakkan telinga, kutuk, makian dan pertikaian (St Thomas Aquinas).

“Kemarahan yang salah” berbeda dari “kemarahan yang benar” , di mana orang marah karena ketidakadilan di dunia atau bahkan dalam situasi-situasi pribadi, dan mencari cara untuk menanggulangi masalah serta memulihkan keadilan.

Penyembuhan rohani untuk kemarahan

Orang harus setia pada keutamaan keadilan dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
Menguasai diri dalam menangani suatu masalah.
Mengikuti teladan Kristus.

Tak ada dosa ataupun kesalahan yang dapat membuat orang mencicipi neraka sedemikian rupa dalam hidup ini seperti kemarahan dan ketidaksabaran (St. Katarina dari Siena)

Malas (kelambanan) adalah kemurungan ketika berhadapan dengan hal-hal rohani (St. Thomas Aquinas). Kemalasan yang dimaksud di sini bukan sekedar kemalasan, tetapi teristimewa kemalasan rohani. Kemalasan dapat berupa kemalasan jasmani maupun rohani.

Kemalasan jasmani ketika ia mewujudnyatakan dirinya dalam bermalas-malasan, menunda-nunda, berpangku tangan, acuh tak acuh dan kejemuan.

Kemalasan rohani apabila ia mewujudnyatakan dirinya dalam ketidakpedulian untuk memperbaiki karakternya, keengganan terhadap hal-hal rohani, berdevosi dalam waktu sesingkatnya (kalau ada maunya, novena kalau butuh sesuatu), suam-suam kuku dan gagal menanamkan keutamaan baru.

Dosa-dosa yang berkembang dari kebiasaan buruk kemalasan ini meliputi suam-suam kuku terhadap perintah-perintah Allah, menyimpang pada apa yang dilarang dan memperkerap kesempatan dosa, pengecut dan berputus asa akan keselamatan.

Penyembuhan rohani untuk kemalasan

Ingat akan ganjaran abadi yang dijanjikan dan hukuman akan dosa.
Ketujuh dosa pokok tersebut tidak secara langsung berhubungan dengan kasih, namun berhubungan langsung dengan sifat- sifat kelemahan manusia.

Ketujuh dosa pokok itu adalah lawan dari ketujuh kebajikan pokok: Kesombongan vs Kerendahan Hati; Ketamakan vs Kemurahan Hati; Hawa Nafsu vs Pengendalian Diri; Kerakusan vs Kesederhanaan/ke-bersahaja-an; Iri Hati vs Kasih; Kemarahan vs Kebaikan; Kemalasan vs Kerajinan.

Dengan demikian kita melihat bahwa walaupun nampaknya tidak berhubungan langsung dengan ke-10 perintah Allah, namun terdapat kemiripan antara ke-7 dosa pokok dan ke-10 perintah Allah.

Misalnya: dosa pokok percabulan berhubungan dengan perintah ke-6 dan 9; dosa pokok ketamakan dengan perintah ke-7 dan 10, dst. 

Gereja Katolik mengajarkan kedua hal ini (10 perintah Allah dan 7 dosa pokok) untuk melihat dosa dari dua sudut pandang, yaitu: dari sudut pandang Allah (melalui perintah-Nya) dan dari sudut pandang manusia. Dengan mengenali keduanya, manusia dapat memeriksa batinnya dengan lebih baik, sehingga dapat mengakui segala dosanya dan berusaha memperbaikinya.

Ketujuh dosa pokok adalah nyata. Tiap-tiap umat Kristiani wajib menyadari betapa rentan dirinya terhadap kebiasaan-kebiasaan buruk ini sebagai akibat dari dosa asal. Namun demikian, dengan rahmat Tuhan, yang dianugerahkan teristimewa melalui Sakramen Ekaristi Kudus dan Sakramen Tobat, dengan mentaati perintah-perintah Tuhan, dan mengamalkan keutamaan-keutamaan, umat Kristiani akan tinggal di jalan kekudusan.

(Sumber: Warta KPI TL No.120/IV/2014 » Renungan KPI TL tgl 27 Maret 2014, Dra Yovita Baskoro, MM).

Jika engkau tidak berbuat baik
dosa sudah mengintip di depan pintu;
ia sangat menggoda engkau
tetapi engkau harus berkuasa atasnya.
(Kej 4:7)