Iman membuat kita menikmati sebelumnya kegembiraan dan cahaya pandangan Allah yang menyelamatkan, yang adalah tujuan dari perjalanan duniawi kita. Lalu kita akan melihat Allah “dari muka ke muka” (1 Kor 13:12) “dalam kadaan sebenarnya” (1 Yoh 3:20). Dengan demikian iman adalah awal kehidupan abadi.
Sekarang kita hidup “berdasarkan iman kepada Kristus”, bukan berdasarkan apa yang kelihatan” (2 Kor 5:7). Iman diterangi oleh Allah kepada-Nya iman itu ditujukan; namun ia sering dihayati dalam kegelapan. Iman dapat diuji atas cara yang berat.
Dunia, di mana kita hidup, rupanya masih sangat jauh dari apa yang dijamin oleh iman bagi kita. Pengalaman mengenai yang jahat dan kesengsaraan, ketidak adilan dan kematian, rupa-rupanya bertentangan dengan kabar gembira. Mereka dapat menggoyahkan iman dan dapat menjadi pencobaan baginya.
Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah (Ibr 12:2).
(Sumber: Warta KPI TL No.118/II/2014 » KGK 163-164).