Kamis, 04 Agustus 2016

23.49 -

Dosa sosial

Dosa sosial adalah istilah populer untuk 'struktur masyarakat yang tidak adil' atau 'struktur sosial yang disebabkan oleh dosa-dosa'. Bahwa struktur suatu masyarakat timpang dan bercorak menindas sebagian masyarakat sudah disadari Bapa-bapa Gereja (misalnya: perbudakan dan milik pribadi yang sangat tidak merata).


Keadaan tidak wajar ini bukanlah hasil perkembangan alamiah saja (akibat kekeliruan, kebodohan, kelemahan golongan tertentu), melainkan juga akibat egoisme orang atau kelompok yang memperoleh keuntungan akibat struktur tersebut.



Maka, dosa pribadi orang/kelompok yang menciptakan suatu keadaan yang tidak adil, bercorak tak wajar dan bersifat kedosaan.



Kelobaan akan keuntungan dan kekuasaan, pendewaan - ideologi dan teknologi sering merupakan 'dosa asal' keadaan yang tidak adil itu.

Baik orang yang secara aktif menyebabkan atau mempertahankan keadaan itu, maupun orang yang secara pasif membiarkannya berlangsung terus, bahkan orang yang menderita karena struktur jelek itu dan mengadakan 'kompensasi' dengan menindas mereka yang lebih lemah lagi, - mereka semua ikut berdosa. Sebab, mereka semua ikut bertanggungjawab atas struktur yang timpang itu.

Selama kehausan akan kuasa dan kekayaan dipertahankan, sulit sekali untuk menghargai martabat dan hak setiap manusia dalam semangat solidaritas.

'Dosa sosial atau struktural' itu dikecam oleh Yohanes Paulus II di Surat Apostolik Reconciliato et paenitentia, No. 16 (1985) dan dalam Intruksi Kongregasi Iman Libertatis conscientia No. 42 dan 75 (1984 dan 1986).

(Sumber: Ensiklopedi Gereja, A. Heuken SJ).