Dalam
penyembuhan kesombongan ini, kita temui dua sarana:
1. Merenungkan kebesaran Tuhan – kesadaran akan
siapakah diri kita di hadapan Tuhan (tanpa Aku kamu tidak bisa berbuat apa-apa
– Yoh 15:5), tidak ada seorangpun
yang lebih baik dari yang lain kecuali kehendak Allah, karena Allah mempunyai
rencana dan menghendakinya.
Jadi
jangan bangga dengan karunia-karunia kodrati/adikodrati yang kita miliki
(kepandaian, kemampuan, kesehatan, dsb. Itu semuanya datangnya dari Allah – Flp 2:13).
2.Pemurnian pasif melalui karunia Roh
Kudus yang dicurahkan ke dalam diri kita.
Orang merasa hebat selama ia belum diterangi
oleh cahaya Roh Kudus. Begitu terang Allah
meneranginya, ia akan melihat
kekotorannya sendiri.
Oleh
karena itu, kerendahan hati yang
sejati akan lebih dalam dan besar jika
dicapai melalui pengalaman Allah.
Allah pun kadang-kadang merendahkan kita dengan
berbagai macam cara. Misalnya: difitnah, orang
memandang rendah kita – itu sebenarnya
suatu rahmat.
Dengan bersikap pasrah terhadap
pemurnian yang dilakukan Allah, maka perlahan-lahan dampak
dari kesombongan itu akan menghilang dari dalam diri kita, sehingga
kita tidak terganggu lagi oleh kesombongan dan kita beristirahat di dalam
kerendahan hati (tidak dipengaruhi lagi oleh
apa yang dikatakan orang, baik berupa sanjungan-sanjungan, maupun
kritikan).
Di sinilah kita mulai mengerti bahwa betapa
berharganya penderitaan dan salib di dalam kehidupan kita. Bahkan bila
kita direndahkan dan difitnah, kita mengerti bahwa kita sedang dimurnikan.
(Sumber: Warta KPI TL No.
06/X/2004 » Penyembuhan kesombongan, HDR Januari-Februari 2004).