Ketika
seseorang diberkati oleh Raja di atas segala Raja, pada saat itulah kelihatan
aslinya. Seringkali berkat itu bukan untuk
menyenangkan hati Raja tetapi hanya untuk memuaskan hawa nafsu sendiri,
terjadi ketamakan.
Marilah kita belajar dari Ester (Est 2:12-15):
Tiap-tiap
kali seorang gadis mendapat giliran untuk masuk
menghadap raja Ahasyweros, dan sebelumnya
ia dirawat menurut peraturan bagi para perempuan selama dua belas bulan, sebab seluruh waktu itu digunakan
untuk pemakaian wangi-wangian: enam bulan untuk memakai minyak mur dan enam
bulan lagi untuk memakai minyak kasai serta lain-lain wangi-wangian perempuan.
» Sebelum
menghadap raja, gadis-gadis yang telah dipilih harus mengikuti beauty treatment
selama setahun, gaya hidup mereka serba diatur.
Lalu
gadis itu masuk menghadap raja,
dan segala apa yang dimintanya harus
diberikan kepadanya untuk dibawa masuk dari balai perempuan ke dalam
istana raja.
Pada
waktu petang ia masuk dan pada waktu pagi ia kembali, tetapi sekali ini ke
dalam balai perempuan yang kedua, di bawah pengawasan Saasgas, sida-sida raja,
penjaga para gundik. Ia tidak diperkenankan masuk lagi menghadap raja, kecuali jikalau
raja berkenan kepadanya dan ia dipanggil dengan disebutkan namanya.
»
Setelah melewati masa itu, mereka dibawa ke perbendaharaan raja (tempat
penyimpanan harta benda raja yang paling hebat yang dimiliki raja), mereka
boleh memilih semua yang mereka suka tanpa batas. Dan semua yang mereka pilih harus bisa mereka pakai pada waktu menghadap
raja. Hal itulah yang akan menentukan apakah raja masih mau dengan
gadis itu atau gadis itu akan ke luar dan menjadi gundik. Di sinilah mentalitas bawaan (cara berpikir/keinginan-keinginan
daging) kelihatan aslinya.
Ketika
Ester anak Abihail, yakni
saudara ayah Mordekhai yang mengangkat Ester sebagai anak mendapat giliran
untuk masuk menghadap raja, maka ia tidak
menghendaki sesuatu apapun selain dari pada yang dianjurkan oleh Hegai,
sida-sida raja, penjaga para perempuan. Maka Ester dapat menimbulkan kasih
sayang pada semua orang yang melihat dia.
» Gadis-gadis
lain hanya sibuk memikirkan kepentingannya sendiri. Kecuali Ester, dia tahu siapa yang paling kenal raja itu, maka dia melakukan
tepat seperti yang dikatakan Hegai
(lambang Roh Kudus). Hegai
dipercaya raja untuk menyiapkan calon ratu. Karena dia yang paling tahu selera
raja.
Ester
berkata: “Ini penentuan nasib, apakah aku akan jadi gundik seumur hidup atau
ada mahkota di atas kepalaku. Semua kemilau kekayaan tidak penting bagiku, yang
penting perkenanan raja.”
Sehingga
sewaktu raja melihat Ester, reaksinya seperti Adam melihat Hawa: “Yes! Inilah
yang akan menjadi ratuku.” – raja ingin melihat apa yang ingin dilihat.
Kita
semua adalah calon mempelai Kristus. Roh
Kudus bertugas untuk mempersiapkan
kita menjadi calon mempelai-Nya.
Jadi
penting sekali kita bergaul dengan Roh
Kudus, karena Dia tahu betul apa
yang dikaruniakan Allah pada kita (1
Kor 2:12).
Jika
kita tidak bergaul/mempunyai kedekatan dengan Roh Kudus, maka kita akan rugi
sendiri. Hidup kita hanya menebak-nebak mana yang Tuhan mau, mana yang Tuhan
tidak mau.
Roh Kuduslah yang menyelidiki
segala sesuatu, bahkan hal-hal
yang tersembunyi dari Allah (1
Kor 2:9-11). Maka ijinkanlah Roh yang lemah lembut ini menguasai hati
kita, menyelidiki hati nurani kita, membantu
kita dalam kelemahan kita, mengingatkan
semua yang pernah dikatakan-Nya, agar kita bisa belajar dari kesalahan
itu (Rm 8:26-27; Yoh 14:26).
Roh
Kudus memimpin kita ke dalam seluruh
kebenaran dan Ia akan
memberitakan kepada kita hal-hal yang akan datang (Yoh 16:13).
Maka
bekerjasamalah dengan Roh Kudus dalam berkata-kata/berdoa selama 24
jam agar hidup kita sesuai dengan
kehendak Tuhan dan mampu memikat
hati Raja di atas segala Raja (Rm 8:26; Yud 1:20) sehingga nasib
kita akan berubah secara luar biasa. Tapi kalau fokusnya hanya pada diri
sendiri saja, maka nasibnya akan biasa-biasa saja.
(Sumber: Warta KPI TL No. 53/IX/2008 » Renungan KPI TL 14 Agustus 2008, Dra Yovita Baskoro, MM)