Ibu saya seorang Kristen, berasal dari Surabaya. Ketika menikah dengan ayah saya, beliau diboyong ke Samarinda. Karena ingin berbakti kepada suaminya maka beliau mengikuti agama suaminya, yaitu Khonghucu.
Di depan rumah kami ada kapel dan tempat tinggal para pastor. Meskipun, orang tua saya tidak beragama Katolik, pastor Belanda yang berada di depan rumah kami selalu menyapa keluarga kami.
Meskipun kami tidak beragama Katolik, orang tua kami menyekolahkan kami di sekolah Katolik. Waktu SMA, kakak pertama saya dibaptis menjadi katolik. Kemudian menyusul kakak saya yang nomer lima. Entah mengapa, ketika menghadiri pembaptisan kedua kakak saya ada perasaan sukacita yang luar biasa, yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
Akhirnya saya menanggapi panggilan Tuhan menjadi katekumen ketika kelas 2 SMA. Sejak menjadi katekumen dan sesudah dibaptis, saya sungguh merasakan dekat dengan Tuhan. Setiap doa saya selalu dijawab melalui firman, homili pastor atau kejadian-kejadian disekitar saya.
Biasanya saya ke gereja pagi hari. Suatu hari saya terlambat bangun karena badan saya tidak enak. Sore harinya saya ke gereja, sungguh luar biasa sepulang dari gereja badan saya sehat kembali.
Setamat SMA saya kuliah di Widya Mandala Surabaya (Kalijudan). Karena tidak punya kendaraan, maka saya ke gereja Kristus Raja naik bemo. Jadwal misa pagi (jam 05.15), karena sangat pagi bemo sangat jarang yang lewat. Hal inilah yang menyebabkan saya terlambat ke gereja dan malas ke gereja.
Saya akrab dengan dekan saya, suatu hari dalam suatu kegiatan kampus dekan saya bertanya: “Surya, kamu sudah kegereja atau belum?” Jawab saya: “Malas.” Kata dekan saya: “Memangnya kamu ke gereja hanya perlu dengar kotbah. Ingatlah! Ada yang lebih penting dari itu, yaitu Ekaristi.”
Ketika saya berumur dua puluh lima tahun, saya sudah mempunyai pekerjaan yang baik, punya rumah dan mobil. Tanpa terasa saya hidup berfoya-foya dan jatuh ke dalam dosa berat.
Pertama kali melakukan dosa ini, saya dihantui perasaan bersalah dan saya mohon pengampunan kepada Tuhan. Namun dunia malam ini begitu mengikat diri saya sehingga saya lebih sering melakukan dosa ini.
Suatu hari jam dua pagi saya terbangun dan hidup ini terasa hampa, punya rumah dan mobil, semuanya itu tidak berarti apa-apa. Kemudian terjadilah dialog dalam batin saya. “Surya, orang tuamu tidak pernah mengajari kamu bejat seperti ini.” “Betul Tuhan, ayahku sangat membenci perbuatan itu.” “Apa yang kamu cari dalam hidupmu?” “Tuhan, kalau Engkau tidak carikan aku pacar untuk dijadikan istri, aku tambah nakal.”
Sejak mendengar teguran batin itu, saya berjuang dengan kekuatan sendiri mengatasi kedagingan itu dan kembali ke Gereja. Namun bukannya saya bertobat malah semakin jatuh ke dalam dosa.
Sungguh luar biasa, sebulan kemudian saya memperoleh pacar. Berkat pertolongan-Nya, saya dimampukan untuk bertobat sungguh-sungguh, berkat anugerah-Nya dosa-dosa besar dihentikan oleh-Nya.
Tanpa berkat dan bimbingan-Nya, tanpa kerahiman-Nya yang menyelamatkan, kita pasti tak berdaya melawan Iblis yang selalu mencoba menjerumuskan kita pada dosa dan maut.
Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan! Ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik. Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan. Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah (Yer 17:5-8).
Marilah kita belajar Kerahiman Tuhan dari
Mat 14:22-33 » Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang. Perahu murid-murid-Nya diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal.
Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: “Itu hantu!" Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”
Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air.” Kata Yesus: “Datanglah!” Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: “Tuhan, tolonglah aku!”
Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”
Yoh 20:11-18 » Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki tempat mayat Yesus dibaringkan.
Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: “Ibu mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia berada.” Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di sirtu, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.
Kata Yesus kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambilnya.”
Kata Yesus kepadanya: “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: “Rabuni!”, artinya Guru.
Luk 24:13-35 » Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem
Ketika mereka sedang bercakap-cakap, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak mengenal Dia. Yesus berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?” Maka berhentilah mereka dengan muka muram
Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: “Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari belakangan ini?”
Kata-Nya kepada mereka: “Apakah itu?” Jawab mereka: “Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya.
Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. ...”
Lalu Ia berkata kepada mereka: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?”
Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalan-Nya
Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: “Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir tenggelam.” Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka.
Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka.
Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka.
Kata mereka seorang kepada yang lain: “Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?”
» Didalam ketakutan, kesedihan dan kekecewaan yang mendalam seringkali kita tidak bisa melihat kehadiran Tuhan.
Ingatlah! Allah begitu mengasihi kita, Ia selalu menyertai kita dan selalu memberikan berkat-Nya secara terus-menerus kepada kita baik saat kita berseru kepada-Nya ataupun tidak (Mzm 34:18; Mat 28:20).
Contoh: setiap hari makan kenyang, setiap malam bisa tidur nyenyak, setiap hari kita bisa bekerja meskipun di dalam pekerjaan kita menghadapi banyak persoalan. Kita kurang menyadarinya hal-hal tersebut karena terjadi secara rutin.
Kita harus mau merenungkan misteri Kerahiman di setiap napas kehidupan kita, sebab di dalam Kerahiman-lah terdapat sukacita, ketenangan, dan kedamaian.
Bagaimana cara kita merenungkannya?
Ambillah waktu senggang dan cobalah membaca Kitab Suci. Karena di dalam Kitab Suci-lah seluruh sejarah Kerahiman Allah terangkum dengan sempurna.
Yesus telah mewariskan Kerahiman-Nya yang Maha Agung melalui Sakramen-sakramen Suci. Dengan Sakramen-Sakramen tersebut, kita boleh diperbaharui dan dibentuk menjadi semakin serupa dengan Kristus berkat Kerahiman-Nya yang mengarahkan kita kepada Dia, Sang Jalan Kebenaran dan Hidup.
Tanpa Kerahiman Allah, kita tidak akan pernah mencapai keselamatan kekal dan tidak akan pernah menikmati buah-buah Kerahiman.
Setelah diri kita dipenuhi buah-buah Kerahiman Allah, jangan lupa untuk membagikannya kepada sesama di sekitar kita. Tidak perlu melakukan sesuatu yang besar dulu.
Dengan kita membagikan sukacita dan Terang Allah , kita sudah berperan besar dalam mewartakan rahmat dan kasih Allah.
(Sumber: Renungan KPI TL Tgl 14 April 2016, Bapak V. Suryananda Hosein).