Berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. ia menghadap Imam Besar, dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.
Dalam perjalanan ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?”
Jawab Saulus: “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya: “Akulah Yesus yang kauaniaya itu. Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat.”
Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan: “Ananias!” Jawabnya: “Ini aku, Tuhan!”
Firman Tuhan: “Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa, dan dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.”
Jawab Ananias: “Tuhan dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem. Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu.”
Tetapi firman Tuhan kepadanya: “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.” (Kis 9:1-19a).
Sebagai pelayan Kristus, Paulus lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali didera, satu kali dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam terkantung-kantung di tengah laut. Dalam perjalanan sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali tidak tidur; lapar dan dahaga; kerap kali berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian (2 Kor 11:23-28).
Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya (2 Tim 4:7-8).
Ada 4 prinsip agar menang dalam pertandingan kehidupan
1. Perlu keinginan yang kuat
Dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari (1 Kor 9:24). Karena itu berlarilah sedemikan rupa sehingga keinginan atau impian kita tercapai. Yang harus kita inginkan adalah “impian Tuhan”.
Janganlah kita hanya menjadi penonton atau komentator, yang tidak pernah ikut berlari dalam pertandingan, hanya diam saja di tempat. Jadi, kita harus berjuang, berlari dengan sukacita.
2. Perlu arah/tujuan/visi
Kita harus berlari dengan tujuan (1 Kor 9:26), yaitu untuk menyenangkan hati Tuhan.
Jika kita berlari, (1) Janganlah pernah menoleh ke belakang (2) Tanggalkanlah semua beban masa lalu (Flp 3:13b-14 » aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku) agar kita dimampukan berlari maju menuju garis akhir.
Jika kita tidak menanggalkan beban, maka tubuh dan jiwa kita akan merasa lelah sehingga ada keinginan di hati untuk berhenti berlari. Untuk itu dibutuhkan suatu komunitas yang benar sehingga kita bisa rame-rame berlari menuju garis akhir.
Beban yang paling berat dalam hidup kita adalah beban dosa, yang membuat manusia terpisah dari Allah.
Jadi, buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat, mendustai, segala kemunafikan, kedengkian, fitnah, marah, geram, dan kata-kata kotor.
Matikanlah segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan (1 Ptr 2:11; Kol 3:5-10).
3. Disiplin (= penyangkalan diri/penguasaan diri)
Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal (1 Kor 9:25).
Jutaan orang menyiakan-nyiakan talenta yang mereka miliki dalam hidupnya karena tidak punya kedisiplinan. Disiplin adalah kata kunci untuk mengubah kemampuan mencapai menjadi sebuah pencapaian.
4. Keteguhan hati untuk mencapai tujuan
Hidup ini seperti sebuah pertandingan lari maraton, suka atau tidak suka, seseorang akan menuju ke garis akhir. Ingatlah! Orang-orang besar yang terkenal adalah orang-orang biasa tapi dia punya keteguhan hati yang luar biasa.
Marilah kita hidup dalam suatu komunitas Kristiani agar tahu visi dari Tuhan dan kita bisa secara rame-rame menjalankan misi-Nya sehingga kita semua mendapatkan mahkota kebenaran yang dikaruniakan oleh Tuhan (2 Tim 4:8).
(Sumber:Warta KPI TL No. 130/II /2016; Renungan KPI TL Tgl 28 Januari 2016, Dra Yovita Baskoro, MM).