Pages

Selasa, 10 November 2015

Rancangan Tuhan Indah, Ternyata ...

Ada sebuah Gereja tua di Eropa yang punya salib besar, ada corpusnya sebesar manusia. Setiap hari banyak orang datang ke situ berdoa.

Costernya bilang: “Kasihan banget Tuhan Yesus ini, setiap hari mendengarkan keluh-kesah manusia. Lalu dia bilang ingin meringankan beban Tuhan Yesus.

Suatu hari dia dengar suara di telinganya: “Okey... sesuai dengan keinginanmu Aku akan menggantikan menjadi penjaga pintu dan engkau yang naik sebagai Yesus. Tapi ada syaratnya: tidak boleh komentar/omong, apapun yang kau dengar.”

Dia mulai mendengarkan permintaan-permintaan. Suatu saat datang seorang saudagar kaya masuk, tetapi pada waktu pulang dia lupa membawa kantong uangnya.

Coster itu mau memberitahu, tapi ingat pesan Yesus. Tak lama kemudian masuk orang miskin berdoa: “Tuhan Yesus, aku dan keluargaku sudah tiga hari tiga malam belum makan. Aku sudah keliling kota ini untuk mencari pekerjaan. Tapi pekerjaan itu tidak kunjung tiba. Tuhan ... aku butuh belas kasihan-Mu untuk memelihara keluargaku. Amin.”

Setelah doa selesai, dia melihat ada kantong uang. Dia berteriak: “Wow... ada kantong uang. Doaku langsung dijawab.”

Coster itu mau memberitahu: “Itu bukan uangmu.”, tapi dia ingat pesan Yesus.

Setelah orang miskin itu pulang, masuklah seorang pemuda yang ingin berpergian berlayar berdoa: “Tuhan, lindungilah aku diperjalanan, agar aku boleh selamat.”

Pada saat dia sedang berdoa, datanglah saudagar kaya itu mencari uangnya. Tetapi dia tidak menemukannya. Dia menuduh pemuda itu yang mencurinya.

Pemuda itu bingung dan berkata: “Lho ... aku nggak ngambil uangmu?” Lalu mereka bertengkar.

Karena melihat semua peristiwa itu, Coster itu lupa pesan Yesus lalu berkomentar: “Sebenarnya yang ngambil uangmu bukan dia ...” Akhirnya saudagar kaya itu mencari orang miskin itu dan pemuda itu pergi.

Datanglah Yesus dan berkata: “Turun kamu! Engkau tidak layak di atas situ!”

Jawabnya: “Kenapa Tuhan? Apakah yang kukerjakan salah? Saya khan memberitakan kebenaran.”

Tuhan marah: “Tahu apa kamu masalah kebenaran. Aku khan sudah bilang sama kamu ‘jangan bicara, tapi engkau bicara’.

Tahukah kamu bahwa saudagar kaya itu kehilangan satu kantong itu tidak menjadikannya dia menjadi miskin. Tahukah kamu uang itu akan dia pakai untuk berjudi.  Tahukah kamu uang yang tak berharga bagi saudagar kaya itu, sangat berharga bagi orang miskin itu. Dan lebih celaka lagi engkau menghentikan pertengkaran antara saudagar kaya dan pemuda itu. Andaikata engkau tidak menghentikannya, hari ini pemuda itu masih hidup. Karena saat ini kapalnya tenggelam.”

Ternyata Tuhan mengizinkan terjadinya suatu peristiwa: kehilangan, ada orang yang mengambil kantong uang, ada orang bertengkar agar terlambat naik kapal.  

Kamu menghakimi menurut ukuran manusia, aku tidak menghakimi seorangpun (Yoh 8:15).
(Sumber: Warta KPI TL No. 44/XII/2007 » Renungan KPI TL Tgl KS 6 Desember 2007, Dra Yovita Baskoro, MM).