Ada
sebuah Gereja tua di Eropa yang punya salib besar, ada corpusnya sebesar
manusia. Setiap hari banyak orang datang ke situ berdoa.
Costernya
bilang: “Kasihan banget Tuhan Yesus ini, setiap hari mendengarkan keluh-kesah
manusia. Lalu dia bilang ingin meringankan beban Tuhan Yesus.
Suatu
hari dia dengar suara di telinganya: “Okey... sesuai dengan keinginanmu Aku
akan menggantikan menjadi penjaga pintu dan engkau yang naik sebagai Yesus.
Tapi ada syaratnya: tidak boleh komentar/omong, apapun yang kau dengar.”
Dia
mulai mendengarkan permintaan-permintaan. Suatu saat datang seorang saudagar
kaya masuk, tetapi pada waktu pulang dia lupa membawa kantong uangnya.
Coster
itu mau memberitahu, tapi ingat pesan Yesus. Tak lama kemudian masuk orang
miskin berdoa: “Tuhan Yesus, aku dan keluargaku sudah tiga hari tiga malam
belum makan. Aku sudah keliling kota ini untuk mencari pekerjaan. Tapi
pekerjaan itu tidak kunjung tiba. Tuhan ... aku butuh belas kasihan-Mu untuk
memelihara keluargaku. Amin.”
Setelah
doa selesai, dia melihat ada kantong uang. Dia berteriak: “Wow... ada kantong
uang. Doaku langsung dijawab.”
Coster
itu mau memberitahu: “Itu bukan uangmu.”, tapi dia ingat pesan Yesus.
Setelah
orang miskin itu pulang, masuklah seorang pemuda yang ingin berpergian berlayar
berdoa: “Tuhan, lindungilah aku diperjalanan, agar aku boleh selamat.”
Pada
saat dia sedang berdoa, datanglah saudagar kaya itu mencari uangnya. Tetapi dia
tidak menemukannya. Dia menuduh pemuda itu yang mencurinya.
Pemuda
itu bingung dan berkata: “Lho ... aku nggak ngambil uangmu?” Lalu mereka
bertengkar.
Karena
melihat semua peristiwa itu, Coster itu lupa pesan Yesus lalu berkomentar:
“Sebenarnya yang ngambil uangmu bukan dia ...” Akhirnya saudagar kaya itu
mencari orang miskin itu dan pemuda itu pergi.
Datanglah
Yesus dan berkata: “Turun kamu! Engkau tidak layak di atas situ!”
Jawabnya:
“Kenapa Tuhan? Apakah yang kukerjakan salah? Saya khan memberitakan kebenaran.”
Tuhan
marah: “Tahu apa kamu masalah kebenaran. Aku khan sudah bilang sama kamu ‘jangan
bicara, tapi engkau bicara’.
Tahukah
kamu bahwa saudagar kaya itu kehilangan satu kantong itu tidak menjadikannya
dia menjadi miskin. Tahukah kamu uang itu akan dia pakai untuk berjudi. Tahukah kamu uang yang tak berharga bagi
saudagar kaya itu, sangat berharga bagi orang miskin itu. Dan lebih celaka lagi
engkau menghentikan pertengkaran antara saudagar kaya dan pemuda itu. Andaikata
engkau tidak menghentikannya, hari ini pemuda itu masih hidup. Karena saat ini
kapalnya tenggelam.”
Ternyata
Tuhan mengizinkan terjadinya suatu peristiwa: kehilangan, ada orang yang
mengambil kantong uang, ada orang bertengkar agar terlambat naik kapal.
Kamu menghakimi menurut ukuran manusia, aku tidak menghakimi seorangpun (Yoh 8:15).
Kamu menghakimi menurut ukuran manusia, aku tidak menghakimi seorangpun (Yoh 8:15).
(Sumber:
Warta KPI TL No. 44/XII/2007 » Renungan KPI
TL Tgl KS 6 Desember 2007, Dra Yovita Baskoro, MM).