Dalam
pengertian rohani, keadaan salah jalan ini sesungguhnya sedang dialami oleh
banyak orang. Banyak orang secara emosional, mental dan fisik sedang berjalan
mundur karena mereka lebih percaya pada dusta kuno dari setan, yaitu bahwa
mereka tidak bisa kembali ke jalan Allah.
Padahal
Allah rindu membawa mereka ke jalan yang telah disediakan-Nya, namun hati
mereka lebih suka menuruti pikiran mereka yang egois atau perkataan negatif
yang diucapkan orang lain, dan juga perasaan diri sendiri yang dipengaruhi oleh
keraguan, ketakutan dan kesombongan.
Mereka
berpikir bahwa mereka sedang bergerak maju, padahal kenyataannya mereka sedang
berjalan mundur.
Memang
bila kita sempat menjalani kehidupan di jalan yang salah, maka kita harus
menghadapi disiplin-Nya.
Namun setiap disiplin yang kita alami selalu dibingkai dengan kasih yang kekal. Melalui disiplin itulah kita belajar untuk mengasihi dan taat kepada-Nya saja.
Namun setiap disiplin yang kita alami selalu dibingkai dengan kasih yang kekal. Melalui disiplin itulah kita belajar untuk mengasihi dan taat kepada-Nya saja.
Ada
seorang bapak yang dipanggil Allah ke dalam pelayanan, tetapi dia malah bekerja
terus untuk dirinya sendiri, fokusnya hanya mengejar uang, sampai ia memiliki
segala sesuatu untuk dia dan keluarganya. Namun akhirnya ia merasakan kehampaan
di dalam hatinya.
Karena
ketidaktaatannya dalam mengikuti Tuhan telah melenyapkan kekuatan rohaninya. Meskipun
ia telah berusaha untuk menyenangkan Tuhan, namun semuanya tampak tidak ada
hasilnya. Mengapa? Karena sesungguhnya yang dikehendaki Allah adalah hati dan
komitmennya.
Allah
memiliki rencana dan tujuan yang jelas untuk hidup kita (damai sejahtera untuk
memberikan hari depan yang penuh harapan - Yer 29:11). Dia mengenal tiap-tiap
kita secara sempurna, mengasihi kita dengan kasih yang kekal (Yer 31:3).
Jika
kita tersandung karena dosa, Dia akan segera mengampuni dan akan memulihkan
kita, asalkan kita berbalik kepada-Nya (Yl 2:25). Kristus tidak melihat
kegagalan/kekurangan kita, malahan Dia
dengan setia bersyafaat bagi kita di hadapan Bapa-Nya (Ibr 7:25).