Anak saya (X) mempunyai pacar dari gereja lain. Saya memberi nasehat padanya: “Selama kamu dalam bimbingan mama, kamu ikut gereja Katolik. Karena sejak mama menjadi pasangan hidup dengan papa sudah bersumpah akan mendidik anak secara Katolik. Tetapi ketika kamu sudah kawin, mama tidak bertanggung jawab lagi. Karena kalau berbeda ..., itu pasti tidak nyaman. Bagaimana membagi anak nanti.”
Satu hal yang pacar X tidak bisa terima di gereja Katolik yaitu tentang Bunda Maria. Dia bilang: “Saya percaya bahwa Bunda Maria itu Bunda yang Kudus, tetapi kenapa orang Katolik itu tidak minta langsung ke Tuhan, kok melalui Bunda Maria.”
Banyak hal yang saya ceritakan padanya bahwa di gereja Katolik ada dogma yang harus dipatuhi bahwa Bunda Maria itu punya peranan yang besar di dalam dunia ini. Bagaimana hubungan manusia dengan Allah bisa dipulihkan, karena Bunda Maria adalah teladan yang sejati.” Tetapi dia tidak bisa menerima apapun.
Sampai suatu saat sebelum saya berangkat ke adorasi, X di telpon pacarnya dari Australia dan bertanya lagi masalah Bunda Maria.
Dia menjawab: “Aku nggak ngerti kalau disuruh menerangkan Bunda Maria itu, tanya saja pada mama.”
Saya diam saja dan berangkat ke adorasi. Sesampai di sana saya menangis dan berkata: “Tuhan, saya tidak mengerti harus bicara apa lagi tentang Bunda Maria.”
Suara hati saya berkata: “Jangan melemparkan mutiaramu kepada babi.” Ternyata di Mat 7:6 dikatakan ‘jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada ...’
Saya langsung bilang pada X untuk memberitahu hal itu pada A bahwa ‘Tuhan itu begitu menyukai kita, ketika kita mau mengakui siapa Bunda Maria’.
Setelah A selesai dalam studinya dan menetap di Indonesia, dia ada suatu masalah dengan ortunya sehingga minggat dari rumahnya.
Kami pergi nonton midnight pulangnya sampai malam. Rencananya A mau menginap di hotel. Tetapi suami saya menyarankan untuk menginap di rumah saya meskipun hanya beberapa jam.
Besoknya kami pergi ke gereja bersama di Ngagel, pada saat itu kotbahnya persis menerangkan mengenai Bunda Maria yang diangkat ke sorga.
Saya bilang: “Tuhan, ini bukan suatu kebetulan, saya tidak bisa menerangkan tentang Bunda Maria, tetapi dia terus mendengarkan Romo yang berkotbah.”
Besoknya dia bertanya lagi: “Ai, kemarin itu Romonya menerangkan Bunda Maria belum selesai.” Saya bilang: “Apanya yang belum selesai?”
Dia banyak bertanya dan saya menerangkan bahwa banyak kesaksian orang Katolik mengalami mujizat melalui Bunda Maria. Pada kesempatan itu kami melakukan doa rosario bersama.
Saya berdoa: “Terima kasih Tuhan, Engkau memberi kesempatan padaku untuk berbicara sampai anak ini bida betul-betul bisa menerima siapa itu Bunda Maria, yang orang Katolik sungguh-sungguh sangat menghargainya.”
(Sumber: Warta KPI TL No. 41/IX/2007).
Kita tidak akan mampu
menyampaikan suatu kabar gembira pada orang lain,
tanpa bimbingan Tuhan dan Roh Kudus.