Pages

Senin, 02 November 2015

Penyerahan Jiwa



Bagaimana agar kita mampu melakukan kehendak Allah dengan kerelaan seperti Yesus (menderita di kayu salib) dan Bunda Maria (sejak dipilih Allah, hidupnya menderita).

... harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia (1 Ptr 4:12-19)



Ada 4 jalan yang Tuhan berikan sebagai jalan untuk menyerahkan jiwa, marilah kita belajar dari Abraham



1.Alamiahmelalui kematian jasmani/relasi/ekonomi dll


Tuhan memberi visi pada Abram akan menjadi ‘Bapa segala bangsa’ dengan syarat: Pergilah dari negerimu, dan dari sanak saudaramu, ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu (Kej 12:1).


» Kematian Terah adalah salah satu cara yang dipakai oleh Tuhan, agar visi tersebut akan bisa dikerjakan (karena tidak taat, harga yang harus dibayar 15 tahun tidak mendengar suara Tuhan). Taat pada panggilan Tuhan bukan pekara yang gampang.

Semua orang punya visi masing-masing dalam hidupnya. Kalau tidak tahu visi dalam hidupnya, maka orang itu akan jalan sembarangan. Maka dari itu kita harus hidup dalam ketaatan, agar pada setiap peristiwa kehidupan dapat mengerti kehendak-Nya (setiap peristiwa harus direfleksikan). 

2. Logika rohani - tidak akan muncul secara otomatis dalam kehidupan (harus banyak membaca Firman Tuhan, bergaul dengan Allah, berada dalam komunitas dan mendengar kesaksian orang). 

Pergilah ... dari sanak saudaramu, tetapi Abram membawa keponakannya, Lot; terjadi konflik antara gembala Abram dan gembala Lot (kalau hidup bersama-sama tidak bisa, maka lebih baik hidup berpisah – Kej 13).

Contoh lain yang lebih jelas: karena anak yang dilahirkan dari perzinahan Daud dengan Batsyeba sakit keras; Daud berpuasa dengan tekun dan berpikiran ‘siapa tahu Tuhan mengasihi aku, sehingga anak itu tetap hidup’ (2 Sam 12). Ketika Allah memutuskan lain, Daud memakai logika rohaninya sehingga nyaman hidupnya.

3. Ketidak adilan – melibatkan orang lain sebagai kambing hitam (tahap yang paling berat, sebab merupakan transisi menuju kedewasaan rohani).

Sarai frustasi dengan janji Allah, tanpa bertanya pada Allah (tidak pakai logika rohaninya) mengambil satu keputusan ‘mengambil hambanya (Hagar) untuk dijadikan gundik suaminya - dia lupa bahwa Allah dapat melakukan segala segala. Abram menyetujuinya. Abram bertambah sayang kepada Hagar ketika hamil, sehingga dia memandang rendah nyonyanya. 

Ketika diremehkan, timbul kebencian Sarai, dan dia menindasnya sehingga Hagar lari meninggalkannya. Lalu malaikat Tuhan menjumpai dan berkata: “Hagar, hamba Sarai ... kembalilah kepada nyonyamu ...” (Kej 16). 

Puncak masalah terjadi ketika Sara memerintahkan kepada Abraham untuk mengusir Ismail dan Hagar yang sudah memberikan kebahagiaan; selain itu karakter budak melayani sangat luar biasa mengambil hati tuannya. 

Anehnya ketika berbicara dengan Bapanya yang di sorga; Dia berkata: “Jangan sebal hatimu ... segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya ...”

Hanya orang yang melatih hidupnya, memiliki roh yang kuat dan mengerti kehendak Allah akan menyerah total dengan yang apa Allah inginkan.

Syarat agar dapat melakukan kehendak Allah ketika ketidak adilan kita terima dalam kehidupan

1. Jangan berontak - kalau masih berontak (proses Allah belum selesai), hanya akan berputar-putar di padang gurun saja.

2. Jangan ngotot (melakukan pembenaran diri). 

3. Bawalah kehidupan kita kepada Tuhan, maka Tuhan akan memberi petunjuk-Nya dan berkata: “Aku mau engkau di neraka kecilmu (belajar menderita - ketika sudah melakukan segala sesuatu tetapi tidak dihargai), agar engkau dapat melepaskan sorga kecilmu (kenyamanan hidup - harga diri/dapat menghasilkan sesuatu/disayang teman-teman dll.)

4. Kerelaan – tidak melibatkan orang lain, hanya ada Tuhan dan aku. 

Bisa menerima keputusan Allah; ketika hidupnya mulai tenang dan damai bersama Sara dan Ishak; Tuhan berkata: “Berikan anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran.” – suatu ujian ‘apakah Abraham lebih sayang dengan janji Allah (Ishak) atau si pembuat janji itu (Allah)? (Kej 22). Tanpa discerment, percaya pada Allah sepenuhnya.

Keuntungannya dapat melewati tahap ini: hidup kita mampu dipakai Allah jadi saluran berkat bagi banyak orang.

(Sumber: Warta No. 38/VI/2007» Renungan KPI TL Tgl 24 Mei 2007, Dra Yovita Baskoro, MM).