Orang kudus itu memang ‘orang gila’, tetapi semua orang gila belum tentu dan bukan orang kudus.
Definisi orang kudus:
1. Dalam PB: Semua orang beriman disebut kudus. Sebab rahmat ilahi mengikutsertakan mereka dalam ‘kekudusan ilahi’ berikat iman akan Yesus.
2. Sejak abad ke 2, Para Martir yang mati sahid demi iman akan Yesus disebut orang kudus.
3. Sejak abad ke 10, semua orang yang hidupnya suci murni, tanpa cacat cela, yang hidupnya khusus buat Allah – yang ‘gila akan Allah’ dan dengan perantaraannya doa-doa dikabulkan, disebut orang kudus.
Orang gila/tidak waras karena jiwanya sakit, memiliki kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dengan orang waras, yakni:
·Hidup bebas, tidak terikat norma atau aturan.
·Hidup apa adanya, tidak memikirkan lagi rumah sebagai tempat perlindungan, apa yang dipakai, apa yang dimakan (bermanfaat bagi hidup atau tidak) dan dengan siapa mereka menjalin hubungan.
·Lepas bebas dari dunia, tidak memikirkan lagi soal kehidupan yang ada disekelilingnya.
·Tidak memiliki perasaan lagi.
·Tubuh mereka kebal terhadap penyakit dan hal-hal lain yang menimpa tubuh, tidak merasa sakit dan sehat, dingin dan panas, lapar dan haus, tidak mengenal siang dan malam.
·Berbicara sendiri dengan menggunakan ‘bahasa’ sendiri/tersenyum-senyum sendiri dan marah-marah sendiri tanpa sebab.
Orang sehat alias orang waras pun bisa dikatagorikan sebagai ‘orang gila’, misalnya: gila harta, gila perempuan, gila kekuasaan, gila jabatan dll.
Ketika kita menyaksikan diri sendiri atau orang lain yang ‘tidak memiliki perasaan untuk mencintai’, dapat dikatagorikan sebagai orang gila.
Karena orang waras pasti akan selalu memiliki perasaan cinta: hidup, dunia, sesama dan Tuhan.
Kegilaan orang kudus bukanlah ketidakwarasan mereka yang sakit jiwa. Tetapi mereka termasuk ‘orang-orang gila’, yang seluruh hidupnya hanya berpusat pada Allah – seluruh jiwa dan raganya, lepas bebas dari keterikatan-keterikatan semua hal duniawi dan hanya memusatkan hati mereka hanya pada Allah saja.
Orang gila itu bukan orang kudus, tetapi orang kudus itu sungguh-sungguh ‘orang gila’ akan cinta kepada Allah secara radikal, dan mengajarkan jalan-jalan ke-gila-an cinta Allah kepada manusia yang waras.
(Sumber: Warta KPI TL No. 39/VII/2007; Seri Pernik-Pernik Kehidupan 2 - Orang Kudus & Orang Gila, Alberto A. Djono Moi O.Carm).