Kerendahan hati adalah dasar/pondasi tiang untuk maju berangkat ketingkat selanjutnya.
Marilah kita belajar lewat baptisan Yesus di sungai Yordan (Mat 3:13-17):
Pada waktu Yesus memulai pelayanan-Nya minta dibaptis oleh Yohanes.
Reaksi Yohanes: “Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu...”
Karena pada zaman itu, orang-orang yang dibaptis Yohanes adalah pemungut-pemungut cukai/pelacur/orang-orang yang bermasalah yang bertobat.
Tetapi jawab Yesus: “Biarlah hal itu terjadi ... menggenapkan seluruh kehendak Allah.”
» Ia mau turut menyamakan dirinya dengan orang-orang berdosa dan Dia juga butuh pengampunan dari Tuhan, tidak peduli pendapat orang lain.
Yesus yang Allah mau merendahkan diri-Nya sama dengan manusia yang berdosa, itu adalah kerendahan hati yang luar biasa.
Yesus berkata: “Belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati” (Mat 11:28-30), bukan karena Aku penuh kasih/berkuasa/hebat/ajaib.
Arti baptisan adalah kematian daging dan diproses untuk rendah hati. Karena lewat baptisan, semua ambisi/ke-aku-an/kelemahan/kecenderungan sedang dikuburkan.
Dasar dari karakter seperti Yesus, kerendahan hati sehingga anugerah tercurah. Sehebat apa pun karunia itu tidak ada satu manusia pun yang tidak berdosa (punya cacat), karena itu tidak ada satu manusia pun yang patut dijadikan contoh kecuali Yesus. Kalau Yesus yang dijadikan contoh, kita tidak akan pernah kecewa/kepahitan/meninggalkan gereja.
Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu ... supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap ... (Yoh 15:16)
Marilah kita ubah: pikiran – perkataan – perbuatan – kebiasaan – karakter – berbuah.
Buah kesombongan produksi neraka (7 buah neraka – bong-ki-bul-gel-i-ma-ma) tidak perlu belajar (otomatis), tetapi untuk memiliki buah kerendahan hati produksi sorga, ada harga yang harus dibayar.
Tuhan mau kita berbuah yang lebat (9 buah Roh), tetap dan matang (Yoh 15:15)
- Ada yang sedikit buahnya – kalau diajar Tuhan selalu pakai alasan.
- Buah matang tetapi tidak tetap (musiman) – ingat pohon ara yang dikutuk Tuhan (Mat 21:18-22). Kapanpun Tuhan lewat, Dia ingin mendapatkan buah dari pohon kehidupan kita.
- Buahnya belum matang (kemampo) - kalau diajar Tuhan selalu menyalahkan orang lain.
Ada dua jubah di dalam kehidupan kita:
1. Jubah jabatan/panggilan – rasul, nabi, pemberita-pemberita Injil, gembala-gembala, pengajar-pengajar (Ef 4:11).
2. Jubah sifat – belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran (Kol 3:12).
Jubah kerendahan hati seringkali memaksa kita mengalami kegagalan dalam hidup - hanya sebagai sarana untuk memaksa kita untuk bereaksi yang benar (dikenakan untuk menolong kita) - belum menjadi buah roh.
Sekalipun kita sudah minta/pakai jubah, belum otomatis kita langsung rendah hati. Contoh: orang gila pada waktu memakai jubah belum sembuh, hanya dipaksa untuk tidak berontak. Sama dengan manusia diberi jubah - dipaksa ke arah tidak sombong, belum berarti rendah hati.
Kalau Tuhan melihat kita mulai sombong, biasanya Tuhan hadirkan peristiwa untuk menghancurkan kesombongan kita.
Reaksi salah: selalu menyalahkan orang lain.
Reaksi benar: tidak menyalahkan siapa-siapa dan sadar bahwa memang kita sombong. Pada saat kita mengerti dan minta Tuhan untuk mengubah hati kita untuk bertobat, lama-lama tidak sombong dan dapat menghasilkan buah roh. Jika ini dilakukan terus-menerus maka akan timbul karakter yang baik/memiliki buah roh dan buahnya tetap.
Untuk memiliki kerendahan hati ada 5 syarat utama.
1. Mengerti/mengenal diri sendiri
Seringkali kita tidak mengenal hati kita yang paling dalam, sehingga kita perlu Allah sendiri yang membongkarnya.
Contoh: dengan memakai lampu yang biasa, ruangan ini kelihatannya bersih tidak ada debunya; tetapi ketika diganti lampu yang 10 ribu watt, debu yang paling kecil pun akan kelihatan.
Demikian juga ketika kita jauh dari Allah, kita tidak bisa melihat karena gelap. Tetapi ketika semakin dekat dengan Allah, kita tahu kelebihan dan kelemahan kita – hanya Roh Kuduslah yang bisa menerangi hati kita agar kita mengenali hal-hal yang tidak berkenan di hati Allah - Allah akan menegur kita dalam hal-hal yang kecil.
Jika orang merasa hidupnya lebih baik dari pada orang lain/merasa tak berdosa seperti orang Farisi, hidupnya sulit untuk diubahkan karena tidak mau bertobat.
Adakah orang yang merasa sehat memerlukan dokter? Hanya orang merasa sakit yang butuh pertolongan dokter. Karena kita jauh dari kesempurnaan, maka kita sangat membutuhkan Tuhan Yesus.
2. Mau diajar dan belajar dari orang lain
Mau diajar – dapat dilihat ketika kita memandang suatu peristiwa.
Reaksi salah: selalu menyalahkan orang lain, merasa tertekan/malu.
Reaksi benar: selalu bertanya ...Tuhan, kenapa ya ..., ada apa dengan saya – selalu menganalisa/belajar dari setiap kesalahan/kegagalan dan selalu ditanyakan pada Tuhan; tidak pernah menyalahkan orang lain, sekalipun tahu orang lain penyebabnya; selalu lapang dada.
Belajar dari orang lain - kita butuh orang lain untuk menyeimbangkan kehidupan ini.
Kita tidak mempunyai penglihatan yang sempurna, butuh orang lain untuk melihat siapa diri kita sebenarnya. Contoh: kita tidak dapat melihat rambut di kepala bagian belakang, tanpa bantuan orang lain/kaca.
Marilah kita belajar dengan paradigma baru, karena ada hal-hal yang sampai mati tidak bisa kita lakukan tanpa bantuan orang lain.
Contoh: kalau ada orang sharing bahwa ia jatuh di kelemahannya
Reaksi salah: berkomentar: nggak nyangka ya ...; Puji Tuhan saya tidak seperti itu ...; tidak beriman - hal itu akan menimbulkan kepahitan dan merasa yang diajak bicara itu tidak sehati. Dan sebentar lagi dosa yang sama kita lakukan (jangan mendahului Allah dalam penghakiman).
Reaksi benar: Tuhan kasihanilah dan ampunilah dia; apa yang harus saya pelajari dari peristiwa hidupnya.
3. Mendahulukan Tuhan dari pada orang lain, termasuk di dalamnya tidak mempertahankan hak/membela diri - maka masalah tidak mampu menyengkram otak kita.
Hidup kita harus dilatih, bukan digerakan oleh kebutuhan tapi oleh Tuhan (mendahulukan Tuhan, baru kepentingan sendiri).
Orang yang hidupnya tidak digerakan oleh kebutuhan selalu bertanya pada Tuhan. Contoh: jika ada perbedaan pendapat, selalu berdoa dan selebihnya membiarkan Tuhan yang melakukannya. Bukti tidak mendahulukan orang lain: punya ide, tetapi ide itu tidak disetujui – diperjuangkan sampai disetujui; orang lain sharing tidak diperhatikan, ketika ditanya tidak tahu.
4. Segala sesuatu adalah anugerah – tidak merasa paling penting/berjasa/banyak berkorban.
5. Bergantung pada Tuhan dalam segala pekara (besar/kecil).
Tips membuat roh kita berkembang sehingga mendengar suara Tuhan:
- Biasakan bahasa roh berbunyi.
- Ajak terus Tuhan bicara, meskipun tidak mendengar. Suatu saat akan mendengarnya.
Perlu ada perubahan dalam cara berpikir, dan bertindak. Perlu dicari kunci yang pas buat manusia untuk membuka pikiran agar tidak terbelenggu dengan paradigma berpikir yang kurang mendukung dalam pemahaman dan pengenalan akan Allah.
Jadi orang Kristen harus radikal dalam melakukan firman Tuhan. Orang radikal (orang kudus) seperti orang gila yang sangat sulit dibedakan dengan orang kudus.
(Sumber: Warta KPI TL No. 39/VII/2007 » Renungan KPI TL Tgl 21 & 28 Juni 2007 & 4 Juli 2007, Dra Yovita Baskoro, MM).