Zaman dahulu dengan pelbagai cara Allah berulangkali berbicara dengan perantaraan nabi-nabi, sebagai puncaknya Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Ibr 1:1; Yoh 3:16).
Namun seringkali kasih yang Allah berikan pada semua orang itu tidak dapat dinikmati. Karena ada banyak orang menolak kasih Allah itu, mengganggap kehadiran Allah dalam diri Yesus, dilihat sebagai karya Beelzebul, penghulu setan. Yesus menolak bahwa Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul.
Maka Yesus berkata: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh.”
Jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu (Kerajaan Allah sudah ada di tengah-tengah kita/Allah menyertai kita - Luk 11:14-25).
Tetapi Kerajaan Allah itu belum sempurna, maka harus diperjuangkan agar sempurna. Ketika kesempurnaan itu terjadi, kita bisa berhadapan muka dengan Tuhan Allah sendiri, seperti melihat di dalam cermin (1 Kor 13:12).
Di dalam kedekatan Kerajaan Allah itu Yesus hadir di situ dan mempersatukan semua anggota, membuat keanggotaan itu semakin hari semakin lebih besar sehingga terjadilah persaudaraan Kristiani yang semakin hari semakin sejati.
Sakramen adalah tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan.
Jika kita menerima sakramen sebetulnya kita menerima Tuhan Allah sendiri.
Tuhan Allah hadir dilambangkan dengan tanda/simbol.
Pada waktu kita dibaptis dan kita percaya diberi kehidupan baru, sebenarnya kita sudah merasakan kehadiran Kerajaan Allah.
Yang dilambangkan dengan tanda menuang air suci di dahi; air yang memberi hidup baru dan membersihkan segala dosa-dosa kita.
Akan tetapi banyak orang yang tidak menyadarinya, sehingga ketika berdoa, bernyanyi, membaca/mendengar firman Tuhan tidak merasakan kehadiran Roh Kudus yang menyemangati.
Kalau kita hayati dan kita yakini di dalam Sabda-Nya, mendengar/membaca firman Tuhan dengan hati yang penuh iman sebagai tanggapan kasih Allah yang begitu besar akan dunia ini.
Maka Sabda yang menjadi daging itu akan pelan-pelan meresap ke dalam tubuh kita dan merubah daging kita yang bersifat kedagingan duniawi akan menjadi makin hari menjadi daging yang kudus seperti Kristus sendiri.
Demikian juga dalam Sakramen Perkawinan, Tuhan Allah memberikan sukacita kebahagiaan kepada suami dan istri.
Kedua pengantin saling menerimakan sakramen, artinya: pengantin itu saling memberikan tanda kehadiran Allah, Tuhan Allah memberikan kebahagiaan kepada suami/istri lewat pasangannnya.
Maka di gereja Katolik dibuat sedemikian rupa sehingga ‘tidak boleh ada perceraian/poligami’. Kalau kita sungguh-sungguh menyadari sakramen yang kudus itu, maka sebenarnya Kerajaan Allah hadir/berkarya secara nyata, menyatakan cintanya sehingga setiap hari kita dapat hidup penuh kebahagiaan.
Banyak orang yang ingin menghancurkan gereja Katolik dengan:
1. Putuskan hubungan yang universal, karena persatuan Paus di Roma itu merupakan kekuatan yang luar biasa (tidak boleh ada misionaris/bantuan-bantuan dari luar).
2. Hancurkan Sakramen Pengakuan Dosa.
3. Hancurkan lebih dahulu Sakramen Ekaristi yang membuat orang Katolik merasa bersatu/bersaudara satu dengan yang lain.
4. Hancurkan kelompok-kelompok/lingkungan-lingkungan, di mana orang Katolik dihimpun yang satu dan yang lain merasa bersaudara.
5. Usahakan Sakramen Perkawinan cemar, dengan menghamili orang Katolik untuk menghilangkan sakramen itu. Karena inilah inti yang paling luar biasa buat orang Katolik itu bersatu berkembang dari dulu sampai sekarang tidak tergoyahkan.
Marilah kita sebagai orang Katolik menyadari bahwa betapa pentingnya persatuan keluarga/komunitas sehingga kita benar-benar dapat hidup bahagia karena Kerajaan Allah sudah hadir di tengah-tengah kita.
(Sumber: Warta KPI TL No. 47/III/2008; Renungan KPI TL Tgl 28 Februari 2008, Rm Damianus Weru SVD).