Pages

Selasa, 03 November 2015

Mencintai sampai terluka

Ada seorang ibu yang menyerahkan hidupnya bagi TuhanSesudah dia mendapatkan ijazah S2, Master dari Belanda, Tuhan memintanya untuk membakar ijazah itu dan melayani-Nya di tempat pemulung di Jakarta.


Hal ini tidak gampang untuk dilakukannya. Ijazah yang baru dia peroleh dengan susah payah dimana bertahun-tahun di negeri orang, terpisah dari orang tua, menderita, jalan kaki, kadang-kadang tidak mempunyai makanan di negeri orang dan seringkali direndahkan/dipermalukan oleh dosennya, dikatakan paling bodoh di dalam kelas. Dan dia lakukan permintaan itu.

Ketika hamil 5 bulan di USG, ternyata anak yang ada di rahimnya cacat kena virus yang berasal dari tempat sampah. 

Ibu itu langsung pulang mengambil keyboardnya dan menyembahTuhan ... tidak mau berkata sembarangan/memikirkan yang negatif tentang Tuhan, karena dia tahu Bapa itu baik sekali. Satu hal yang dia pelajari dalam kehidupan ini, yaitu: harus takut akan Tuhan.

Ketika menyembah dia berkata: “Tuhan, aku bersyukur untuk setiap apa yang aku alami, aku bersyukur ...”

Tuhan hadir dengan seluruh kemuliaan-Nya dan berkata: “Nak, ucapan syukurmu yang berasal dari penderitaan, baunya wangi sekali dihadapan-Ku, bagaikan dupa narwastu. Aku nggak tahan melihat ucapan syukurmu. Aku nggak tahan, hatiku hancur melihat engkau ..., engkau mau apa nak ... mau apa ...? Kalau engkau mau Aku sembuhkan anak yang ada di rahimmu, Aku lakukan. Apa saja yang engkau minta saat ini, akan Aku lakukan. Pekara menyembuhkan anakmu, perkara kecil.”

Karena ibu itu kenal siapa Bapanya dan terbiasa melatih diri tidak egois, selalu mendahulukan Tuhan di dalam kehidupannya, dia berkata: “Tuhan, sebenarnya apa yang Engkau rencanakan buat hidupku? Sebelum aku minta pada-Mu, aku ingin tahu dulu apa yang Engkau rencanakan buat hidupku dengan peristiwa anakku yang cacat ini.”

Tuhan menjawab: “Aku ingin melukaimu, anak-Ku.” Kemudian dia bertanya: “Mengapa Tuhan?” “Agar engkau menghargai nyawa/jiwa manusia, tahu kesusahan-Ku, ketika melihat satu jiwa terhilang, betapa susahnya Aku. Agar engkau menghargai sama dengan apa yang Aku hargai.” 

Lalu ibu itu berkata: “Bapa, terjadilah padaku menurut apa yang Engkau mau. Kalau bagi-Mu itu baik untuk melukaiku, lakukanlah. Karena hanya Engkaulah yang paling mengenal dan yang tahu sekecil-kecilnya karakterku. Kalau itu adalah cara yang terbaik bagiku, lakukanlah, agar aku bisa tiba di garis akhir, selamat sampai ke seberang sana, tidak menjadi orang yang terbelakang dan selalu berjalan mendapatkan kasih-Mu.” Tuhan tersenyum.

Dan dia tahu harga yang harus dibayar ketika anaknya lahir cacat. Semua orang mencibir dan mengatakan ‘Tuhan tidak menyertaimu karena kamu sudah berbuat dosa besar, tidak mempunyai iman ... tetapi dia diam saja, tidak memberi penjelasan apa pun.

Ketika anaknya sakit panas sampai koma, semua orang datang mengatakan: “Ibu, kalau engkau punya iman, anakmu pasti sembuh.” Akhirnya ... anaknya meninggal.

Setahun sesudah anaknya meninggal, tiba-tiba ada orang yang mengirimi 10 bunga mawar merah muda yang indah yang berasal dari luar negeri yang dikirim naik pesawat. 

Pada waktu itu dia berkata: “Aku nggak ulang tahun ... kenapa aku dapat mawar?” Orang yang mengirimi itu berkata: “Ibu, saya nggak tahu, Tuhan yang menyuruh saya memesan mawar-mawar ini untuk ibu, dan saya tidak tahu kenapa. Jadi, saya beli semuanya di toko itu.”

Lalu ia bertanya pada Tuhan: “Tuhan, ada apa ini ... Engkau mengirimi aku mawar?” Tuhan berkata: “Ingatkah kau hari ini? Hari ini engkau mempersembahkan anakmu kepada-Ku dengan tidak protes, tetapi engkau masih tetap percaya pada-Ku. Aku ingat hari ini, Aku mengirimimu bunga sebagai tanda cinta-Ku padamu. Engkau adalah kekasih-Ku, Aku akan selalu mengingat dan mengasihimu.”

Marilah kita belajar dari ibu itu tentang arti cinta.

Meskipun ibu itu berasal dari anak seorang dokter yang orang kaya, ketika diproses Tuhan, dia tidak protes.

Selain itu kalau kita mengikuti percakapan dia dengan Tuhan, maka kita akan tahu dan tidah mudah mengeluarkan kata-kata menghakimi; karena ada orang yang menderita karena kehendak Allah (1 Ptr 4:19).

Siapakah yang berbuat dosa ... sehingga ia dilahirkan buta? Bukan dia dan juga bukan orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia (Yoh 9:2-3 ).

(Sumber: Warta KPI TL No. 39/VII/2007; Renungan KPI TL Tgl 14 Juni 2007 + 12 Juli 2007, Dra Yovita Baskoro, MM).