Bulan yang lalu saya pernah memberikan 1 zak beras pada suatu keluarga (Bapa dengan lima anaknya yang masih kecil-kecil). Pada waktu saya memberikannya, saya tidak memberi tahukan bahwa beras itu berasal dari saya.
Pada suatu persekutuan doa, Bapa itu bersaksi: “Pada waktu berasnya habis saya tidak berterus terang pada keluarga saya, saya hanya bilang pada anak-anak ‘hari ini marilah kita berpuasa’. Tetapi sungguh luar biasa saya mendapatkan berkat tepat pada waktunya (beras habis ada yang kirim).”
Bulan berikutnya ketika bangun tidur, pembantu saya bilang kalau berasnya habis. Pada waktu pembantu saya pergi ke depan menyuruh sopir untuk membeli beras 1 pak, tiba-tiba saya teringat dengan Bapa itu lagi.
Saya bingung kasih Bapa itu lagi atau yang lainnya. Lalu saya putuskan untuk membeli 2 zak. Ketika sopir saya pulang membawa 2 zak beras, saya heran melihat uang kembaliannya cukup banyak. Ternyata di bon itu ada tulisan ‘yang satu di beri Abah (penjual)’.
Saya kaget dan bersyukur: “Tuhan, Engkau begitu luar biasa, membalasnya dengan spontan.” Mana ada selama ini orang membeli beras satu bonus satu. Akhirnya saya berikan beras itu pada Bapak itu lagi.
Tidak pernah orang benar ditinggalkan anak cucunya meminta-minta (Mzm 37:25).
Tidak pernah orang benar ditinggalkan anak cucunya meminta-minta (Mzm 37:25).
(Sumber: Warta No. 38/VI/2007).