Orang yang mempunyai karunia tetapi tidak diikuti dengan karakter yang baik, seperti kembang api yang dinyalakan. Bagusnya hanya sebentar lalu mati/tidak ada apa-apanya lagi.
Ketika Tuhan mendidiknya, pikirannya tidak mengerti karena dia lebih mendengarkan perasaannya saja. Akhirnya mengalami luka batin yang mengerikan, lalu lari dari masalah - lari dari rumah/komunitas/kehidupan (bunuh diri) dan mengundurkan diri dari Tuhan.
Tetapi kalau orang mempunyai karunia dan mau dididik Tuhan secara luar biasa, akan mempunyai karakter yang baik – pelayanannya akan meluncur seperti roket.
Banyak sekali orang mempunyai konsep yang salah tentang kekristenan (kepahitan dengan Tuhan dan sesamanya) karena dipikirnya kalau sudah rajin berdoa/ke gereja maka akan streril dari segala masalah.
Hidup ini adalah sebuah pilihan. Apakah kita mau menerima kehendak Allah atau tidak. Setiap peristiwa kehidupan banyak sekali yang tidak kita mengerti, maka setiap peristiwa seharusnya kita reflesikan.
Jika kita mampu menyerahkan jiwa kepada Tuhan, maka kita mampu merespon dengan benar apa yang Tuhan minta di dalam kehidupan kita.
Tuhan tidak memberi langsung suatu masalah yang besar, tetapi Dia memberinya yang kecil-kecil dulu. Maka dari itu kita harus belajar dari setiap peristiwa dalam kehidupan ini.
Pada saat kita tidak bisa mengerti peristiwa itu jangan biarkan perasaan kita yang memimpin, simpan saja di dalam hati. Suatu saat kelak Tuhan akan membukakannya.
Ingatlah penelitian air liur orang yang kepahitan – disuntikkan ke tikus, tikus itu 5 menit kemudian mati (menggerogoti jasmaninya, suatu saat hatinya juga tidak berkenan di hadapan Tuhan). Sedangkan air liur orang yang tidak kepahitan ketika disuntikkan pada tikus, tikus tidak mati.
Marilah kita belajar dari spiritual Bunda Maria, salah satunya adalah ‘penyerahan jiwa yang luar biasa’ ketika Allah memanggilnya.
Luk 1:26-37 - “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”
Diberi karunia pasti Tuhan mempunyai maksud tersembunyi (misteri Allah) agar kita mencari Allah lebih serius dan bersungguh-sungguh.
Ketika Tuhan berbicara pasti ada sesuatu yang ingin Dia ungkapkan tetapi ada juga hal-hal lain yang belum Dia nyatakan (Allah tidak pernah berkata sia-sia – Bdk. Mat 12:36-37). Reaksi Bunda Maria: ‘terkejut’ ... lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.
Hanya orang yang mempunyai kedekatan dengan Allah akan bertanya seperti Bunda Maria. Orang yang dekat dengan Allah tahu bahwa kemuliaan Allah merahasiakan segala sesuatu.
“Jangan takut...sebab engkau beroleh kasih karunia dihadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung...”
Ada zona kenyamanan di dalam hidupnya yang hilang (harga diri dan jiwanya terkoyak). Selain itu ia tidak bisa mencari peneguhan karena saat itu tidak ada nabi-nabi besar antara kelahiran Yesus dengan nubuatan nabi Yesaya (700 th).
Reaksi Bunda Maria menyerahkan hal itu sepenuhnya pada kehendak Allah, tidak bertanya/protes, menyerahkan sorga kecilnya – ‘jadilah padaku menurut perkataanmu itu.’
Inilah awal dari perjalanan rohani; kalau tidak hati-hati/waspada, ujung-ujungnya akan membawa kepada kepahitan/kekecewaan yang luar biasa akhirnya sampai murtad kepada Allah.
Apakah Bunda Maria boleh perlakuan khusus dari Allah pada waktu mengandung? Tidak! Ketika hamil besar malah disuruh pergi dari kota Nasaret ke Betlehem naik keledai (binatang yang paling lamban); mencari penginapan pun ditolak manusia - padahal Tuhan berjanji ‘beroleh kasih karunia dan akan menyertainya”.
Mat 2:16-18 - Ketika Yesus berusia 2 tahun mau dibunuh oleh Herodes. Maka Tuhan meminta mereka mengungsi ke Mesir. Ketika Tuhan memberikan hak istimewa, belum tentu hidup kita mengalami kenyamanan.
Yoh 19: 16 b-27 - Ketika melihat anaknya di kayu salib (merobek-robek jiwanya); Pada waktu di kayu salib Yesus berkata pada Yohanes, murid yang paling dikasihi-Nya: “Ibu, inilah anakmu” – adat Yahudi menyerahkan ibunya kepada orang lain itu suatu aib besar jika ada saudaranya (kesimpulan: Yesus tidak punya saudara).
Adakalanya hidup berjalan bersama Tuhan, kita jumpai sukacita yang luar biasa dalam pekerjaan/pelayanan, tetapi kadang-kadang juga ada peristiwa-peristiwa yang membuat akal kita tidak bisa mengerti.
Banyak orang merasa berjasa ketika dipakai oleh Tuhan, tetapi ketika Roh Kudus memintanya untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain dan diabaikan - dia mengalami kepahitan yang luar biasa.
Marilah sekali lagi kita belajar dari Bunda Maria. Dia melihat kemuliaan Allah yang luar biasa, Roh Kudus berbicara, tetapi ketika dia sampaikan pada Yesus, hanya penolakan yang terjadi. Meskipun pikirannya tidak bisa mengerti perkataan-perkataan anaknya, dia selalu menyimpannya dalam hati (tidak mengizinkan peristiwa kehidupan itu membuat terluka/menggerogoti hatinya).
Luk 2:41-52 - Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Ketika Yesus berumur 12 tahun, tanpa diketahui orang tua-Nya, Ia tinggal di Yerusalem. Orang tua-Nya mencari Dia selama tiga hari di antara keluarga dan kenalan mereka, tetapi tidak ditemukannya. Kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari Dia; akhirnya mereka menemukan Dia dalam Bait Allah.
“Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami?” Jawab-Nya: “Mengapa kamu mencari Aku?
Yoh 2:1-11 - Bunda Maria belum pernah melihat Yesus membuat mujizat, tetapi Roh Kudus mendorongnya untuk meminta mujizat (Bunda Maria – orang karismatik yang pertama karena mengandung Roh Kudus). Reaksi Yesus: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu?” Meskipun ditolak di depan orang banyak, Bunda Maria taat pada permintaan Roh Kudus yang lainnya.
Mrk 3:20-35 - Ketika mendengar orang banyak berkata bahwa Yesus ‘tidak waras’; ibu dan saudara-saudaranya menyuruh orang memanggil Dia, tetapi apa jawab-Nya: “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?”
Banyak orang yang ingin menerima simpati/belas kasihan manusia ketika menderita. Hanya orang-orang yang mengenal detak jantung Tuhan yang mau menderita karena kehendak Allah - tidak membutuhkan simpati dari manusia. Karena mereka tahu, justru dengan menerima simpati manusia tidak akan mengobati tetapi merupakan racun yang mengerikan buat kehidupannya.
Ketika sedang mengalami berbagai macam kehidupan yang membuat kita tidak mengerti, jangan pernah memaksa Tuhan untuk menjelaskan pada kita. Terima saja segala sesuatu sejauh mana Allah mau menunjukkan dan membukakan buat kita, sisanya berjalanlah dengan iman.
Ketika hatiku merasa pahit ... dan tak mengerti ... Aku tetap di dekat-Mu Engkau memegang tangan kananku. Dengan nasehat-Mu Engkau menuntun aku, mengangkat aku ke dalam kemuliaan (Mzm 73:21-24)
(Sumber: Warta No. 38/VI/2007; Renungan KPI TL Tgl 31 Mei 2007, Dra Yovita Baskoro, MM).