Cara menghindari api penyucian:
I. Menyingkirkan penyebab dosa
Dosa yang mematikan
- Menghujat Roh Kudus (Mrk 3:29)
- Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga (Mrk 16:19; Bdk. Mat 18:21-35).
- Kesombongan (lih. warta No. 39/VII/2007).
Dosa-dosa yang disengaja tapi dapat diampuni. Unsur kesengajaan sangat memperberat kadar suatu dosa dan ini merupakan penghinaan yang jauh lebih besar dibanding kesalahan-kesalahan akibat kelemahan kita atau dosa-dosa yang kita perbuat disaat kita lengah.
Maka jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak (Mat 5:37). Jadi masalah/hidup itu sederhana, jika kita berani berterus terang.
Kebiasaan-kebiasaan yang menghasilkan dosa - diperlukan penyangkalan diri yang luar biasa; manusia berjuang dengan dirinya sendiri tidak bisa, kecuali mohon rahmat dari Tuhan.
Perjuangan itulah yang diperhitungkan Tuhan.
Seorang wanita suatu ketika bercerita bahwa dimasa mudanya ia memiliki kebiasaan membicarakan keburukan tetangganya. Setelah mendengar kotbah mengenai hal ini, ia berusaha keras untuk tidak mengulanginya lagi dan ia tetap setia kepada tekadnya itu.
Upaya sederhana yang keras ini telah mengubah seluruh hidupnya dan menyelamatkan dia dari ribuan dosa berikutnya yang mungkin akan dilakukannya, dan tentu saja, dia akan menyelamatkan dirinya dari siksaan Api Penyucian yang lama.
II. Melakukan silih
Banyak orang menganggap bahwa silih adalah sesuatu yang mengerikan. Mungkin mereka membayangkan tindakan silih yang berat yang dialami oleh para kudus sehingga mereka takut untuk mencobanya. Ketakutan ini mirip dengan ketakutan anak-anak kepada hantu, suatu jenis ketakutan besar yang tanpa alasan.
Perlu diingat bahwa Allah tidak meminta kita sesuatu yang luar biasa. Tetapi bila Allah menghendakinya, Ia akan memberi kita kekuatan yang diperlukan, sebagaimana yang terjadi pada orang kudus.
Allah meminta kita masing-masing untuk melakukan hal-hal yang kecil. Jika kita takut melakukan sesuatu yang besar, dan ini wajar, kita bisa memilih hal-hal yang kecil saja.
Hanya seorang pengecut yang takut melakukan hal-hal kecil, apalagi bila ia akan mendapat banyak ganjaran dari hal-hal kecil tersebut.
Allah sangat senang dengan perbuatan kecil seorang janda (Luk 21:1-4). Dia juga akan senang menerima silih-silih kecil dari kita.
Sebagai hasil dari silih-silih kecil ini, kita dapat terhindar dari Api Penyucian yang mengerikan itu dan mendapat ganjaran yang berlimpah dari Sorga (tentu saja kita harus berada dalam keadaan rahmat agar silih yang kita jalani itu bisa diterima untuk mengurangi masa hukuman kita di Api Penyucian atau untuk memenangkan rahmat untuk menuju Sorga).
Dalam prakteknya, setiap orang di dunia ini tanpa disadari telah menjalankan silih. Contoh yang pertama adalah kesopanan dan tata krama.
Kesopanan dan tata krama adalah sikap berkurban demi kepentingan orang lain. Orang yang egois dianggap tidak tahu adat dan orang yang murah hati menjadi teladan semua orang.
Contoh-contoh silih yang sangat praktis:
- Dengan menjauhkan diri dari makanan-makanan lezat yang merugikan kesehatan dengan memilih jenis makanan biasa yang menyehatkan. Makan secara berlebihan merupakan penyebab dari sebagian penyakit serta kematian dini.
- Kemurahan hati, penyangkalan diri, pengingkaran diri, cara bertindak yang benar, melakukannya dengan teratur. Bahkan tidak ada seorangpun yang dapat hidup tanpa hal-hal tersebut. Bersikap ngotot atas dasar suka atau tidak suka, dan bertindak hanya dengan cara yang disenangi saja, justru akan membawa hidup kita semakin sulit, di mana setiap kewajiban atau tugas terasa sebagai beban dan setiap perbuatan baik dirasakan sebagai suatu kerja keras.
III. Menerima penderitaan dengan sukacita
Kesedihan yang kebanyakan ingin kita hindari, justru merupakan rahmat terbesar dari Allah.
Salib-salib itu adalah bagian kecil yang Dia tawarkan kepada kita sebagai bentuk kasih-Nya dan yang harus kita pikul sebagai wujud cinta kita kepada-Nya serta sebagai silih bagi dosa-dosa kita sendiri.
Cukup menyedihkan begitu banyak orang Katolik yang cara berpikirnya keliru, menganggap penderitaan mereka 1000 kali lebih buruk dari pada yang sesungguhnya, dengan demikian mereka kehilangan semua rahmat berlimpah yang mestinya dapat dengan mudah mereka peroleh.
Penderitaan ini jika diterima dengan lapang dada/ketenangan, dijalani dengan sabar demi kepentingan Allah, tidak akan terasa menyakitkan, akan terasa mudah dan ringan.
Tetapi apabila penderitaan ini diterima dengan menggerutu, dengan perasaan ingin berontak dan melawan, penderitaan itu justru akan terasa sangat pahit dan hampir tak tertahankan.
Penghayatan akan semangat ini akan mengurangi banyak waktu hukuman di Api Penyucian dan bahkan tidak mustahil akan menghapus sama sekali hukuman tersebut.
Tetapi perlu dicatat bahwa hukuman di Api Penyucian, bahkan yang memakan waktu hingga 50 atau 100 tahun, tidak akan memberikan tambahan ganjaran di Sorga, sedangkan setiap penderitaan dan kesedihan serta kekecewaan di dunia ini akan mengurangi penderitaan kita di Api Penyucian, dan juga memberikan kebahagiaan dan kemuliaan yang lebih besar di Sorga.
IV. Pengakuan Dosa, Komuni dan Ekaristi Kudus
Untuk mengurangi masa pembersihan di Api Penyucian atau untuk menghindarinya sama sekali adalah sesering mungkin menjalani pengakuan dosa, menerima Komuni Kudus dan menghadiri Misa Kudus setiap hari.
- Pengakuan dosa memberi jiwa kita Darah Kristus Yang Berharga, menghapus dosa-dosa kita, memberi kita terang untuk melihat kebusukan dari dosa, mengisi jiwa kita dengan rasa takut akan dosa, dan yang paling penting, memberi kita kekuatan untuk menghindari dosa.
- Di dalam Komuni Kudus kita menerima Tuhan Yang Maha Kasih dan Maha Rahim, Tuhan Yang Maha Kudus, yang dengan segera menghampiri kita untuk mengampuni dosa-dosa kita dan membantu kita untuk tidak berbuat dosa lagi (tentu saja jika kita melakukan satu dosa yang mematikan atau lebih, kita harus terlebih dahulu menerima pengampunan di dalam Sakramen Pengakuan Dosa).
Akan tetapi banyak orang yang tidak pernah merasakan atau memahami sukacita dan penghiburan yang amat besar dari Komuni Kudus ini.
- Misa Kudus identik dengan kurban di Kalvari, baik dalam esensi, nilai maupun rahmat yang dianugerahkan kepada kita. Kurban di Kalvari sudah cukup untuk menyelamatkan seluruh dunia yang terdiri dari berjuta-juta jiwa, serta cukup untuk menyelamatkan dunia-dunia lain yang berdosa, kalau ada.
Dengan menghadiri Misa Kudus, kita mendapatkan semua rahmat bagi jiwa kita dan tidak hanya sekali saja dalam seminggu, tetapi setiap hari.
V. Memohon Kepada Tuhan
Doa memiliki dua syarat agar menjadi ampuh, yakni ketekunan dan iman.
Beberapa umat Katolik yang bijak, setiap hari seumur hidupnya memohon kepada Tuhan untuk mendapatkan rahmat di dalam setiap doa yang mereka daraskan, di dalam setiap Misa Kudus yang mereka ikuti, di dalam setiap tindakan yang mereka lakukan, pertama-tama mereka selalu memohon kepada Allah dengan segenap hati agar dibebaskan dari Api Penyucian.
Contoh: mendaraskan doa Rosario, Jalan Salib atau doa pendek (Hati Kudus Yesus, Engkaulah andalanku; Bapa yang kekal, kami mempersembahkan kepada-Mu Darah Yesus yang paling berharga, bersama dengan semua Misa Kudus di seluruh dunia hari ini demi jiwa-jiwa di Api Penyucian dll.
VI. Mempersembahkan/mempersiapkan Kematian
Kematian adalah hukuman bagi dosa dan bila kita menerimanya, sebagaimana yang seharusnya kita lakukan, dengan penuh kepasrahan, tindakan kita ini begitu menyenangkan Allah sehingga tindakan ini bisa menghapuskan semua dosa kita.
Apabila seseorang yang menderita sakit menyadari kematiannya sudah dekat dan ia mempersembahkan kematiannya kepada Tuhan dengan penuh kepasrahan, maka kemungkinan besar ia akan langsung menuju ke Sorga.
Orang dalam menghadapi sakratul maut mengalami 3 fase:
1. fase pemberontakan/penyangkalan diri, semua manusia akan melewati fase itu. Meskipun mengaku dosa dan mendapat Sakramen Perminyakan, dia tidak dalam keadaan rahmat secara penuh.
Misalnya: umurku masih ...; anakku masih kecil; tugasku belum selesai. Tanpa dia sadari, jiwanya protes terhadap Tuhan. Hal ini melukai hati Allah.
2. fase menyadari/mulai berdamai dengan penyakitnya.
3. fase kepasrahan/menerima kematian itu.
St. Paus Pius X – memberikan indulgensi penuh
Bila doa ini selalu kita ucapkan setelah kita menerima Komuni Kudus.
Bapa yang kekal, Mulai hari ini aku menerima dengan hati yang gembira dan gairah, kematian yang akan menyenangkan Diri-Mu yang Kau berikan kepadaku, dengan segala rasa sakit dan penderitaan yang harus kutanggung. Amin.
VII. Sakramen Minyak Suci – kalau sakramen pengurapan orang sakit ini diberikan dalam keadaan sadar, ada ritual pengakuan dosa, kalau sembuh langsung sembuh, kalau mau pulang cepat jalannya dan tidak tersiksa, rahmat ini sempurna; kalau dalam keadaan coma, rahmat ini kurang sempurna.
Allah sendiri telah memberi kita satu Sakramen yang tujuannya adalah untuk membawa kita langsung ke Sorga.
Sakramen itu adalah Sakramen Perminyakan, yang menurut St. Thomas dan St. Albertus, khusus dilembagakan untuk mendapatkan rahmat kematian yang bahagia dan suci serta menyiapkan kita untuk segera memasuki Sorga.
Banyak orang Katolik tidak memahami dokrin yang amat melegakan ini, karena mereka tidak memahaminya/mereka kurang mempersiapkan diri untuk menerima Sakramen ini sehingga mereka kehilangan banyak rahmat-rahmat utama yang terkandung di dalamnya.
Oleh sebab itu sayang sekali bila Sakramen ini ditunda pemberiannya sampai mendekati ajal, yaitu ketika orang yang sekarat sudah terlalu lemah untuk menerimanya dengan penuh kesadaran akan apa yang sedang dilakukannya dan dengan penuh ketulusan serta kepasrahan.
Saat kematian adalah saat-saat yang agung dalam kehidupan kita. Saat kematianlah yang menentukan nasib kita dalam kehidupan abadi kelak.
VIII. Kita bisa masuk menjadi anggota kelompok ke ordo III - untuk memperoleh kelimpahan rahmat, untuk menjadi orang suci.
Contoh: Ordo Ketiga St.Dominikus. Para anggota Ordo ini selama hidupnya paling banyak mendaraskan doa permohonan bagi jiwa-jiwa yang telah meninggal dunia dan perbuatan-perbuatan baik yang dipersembahkan kepada Allah untuk mengurangi penderitaan jiwa-jiwa di Api Penyucian, baik bagi para anggotanya maupun orang yang telah dilupakan oleh sanak saudaranya. Sehingga mereka setiap hari mendapat bagian pahala dari ribuan Misa Kudus dan doa-doa ini semua diterima mereka selama berada di dalam Api Penyucian.
IX. Mendoakan jiwa-jiwa di Api Penyucian akan mendatangkan ganjaran bagi kita
Jiwa-jiwa yang telah diringankan penderitaannya atau telah dilepaskan dari Api Penyucian karena adanya banyak Misa Kudus dan perbuatan baik kita, akan berdoa bagi kita di Sorga dengan ketulusan yang luar biasa sehingga Allah tidak dapat menutup telinga-Nya terhadap doa-doa mereka.
Salah satu dari rahmat-rahmat yang mereka minta bagi sahabat-sahabat mereka adalah agar sahabat-sahabat mereka secepat mungkin terlepas dari Api Penyucian atau setidak-tidaknya diringankan penderitaannya. Selain mereka, tidak ada seorangpun yang tahu betapa beratnya penderitaan di Api Penyucian. Oleh sebab itu selain mereka tidak seorangpun yang dapat berdoa sebaik mereka.
Marilah kita sungguh-sungguh bertobat seperti orang Niniwe, siapa tahu Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang menyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa.
(Sumber: Warta KPI TL No. 48/IV/2008; Renungan KPI TL Tgl 27 Maret 2008, Dra Yovita Baskoro, MM)