Pages

Kamis, 29 Oktober 2015

Orang-orang Majus





Nama Kaspar, Melkior dan Balthasar (ketiga orang Majus) tidak ada di dalam naskah-naskah Kitab Suci. 



Maksud Matius 2:1-18 dengan kisah orang-orang Majus itu ialah


Seperti orang-orang Majus, semua orang harus mencari dan menemukan Kristus yang datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia dari segala bangsa dan zaman.

Kristus datang tidak hanya untuk orang Yahudi/Israel tetapi juga untuk semua orang dari segala bangsa yang merindukan keselamatan dari Allah.

Pesta Kaspar, Melkior dan Balthasar, Tiga Raja – 6 Januari

(Sumber: Warta KPI TL No. 34/II/2007; Orang Kudus Sepanjang Tahun, Mgr. Nicolaas Martinus Schneiders, CICM).

Belajar Dari Orang Majus

Yesus lahir ke muka bumi untuk mempersatukan hubungan manusia dengan Allah sebagai cinta-Nya pada manusia (Ef 2:14).

Kemuliaan Allah yang Maha Tinggi terpancar di dalam diri Yesus. Kasih karunia itu membawa kita kepada kehidupan baru, yang akan membawa damai sejahtera yang mempersatukan kita dengan Bapa dan kita diangkat menjadi anak-Nya – suatu karunia yang luar biasa yang Tuhan berikan (tidak dapat dibeli dengan uang, dibayar dengan darah Kristus).

Tetapi seringkali karena gratisan kita kurang menghargainya. Padahal anugerah ini harus kita pertanggung-jawabkan dalam kehidupan kita.

Kenapa Tuhan memilih untuk lahir di tengah-tengah keluarga yang sederhana bukan di istana raja? Karena keluarga adalah lembaga buatan Allah dan basis yang kokoh bagi gereja Tuhan.

Hanya orang yang memiliki kesederhanaan hati (tidak pernah curiga terhadap sesama - selalu di hadirat Allah) yang mampu melihat terang cahaya dalam kegelapan dan kegelapan tidak menguasai dia.

Firman itu telah menjadi manusia, hadir dalam kesederhanaan dan kehinaan dalam sebuah kandang yang paling hina di Betlehem (kasih-Nya tidak mengenal status). Hal ini menggambarkan akan adanya penolakan terhadap Sang Firman.

Motivasi

Gembala-gembala sederhanamemuji dan memuliakan Allah karena telah lahir Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan sesuai yang dikatakan malaikat kepada mereka (Luk 2:20, 11). Para gembala yang sederhana hatinya mampu membawa manusia pada kepekaan untuk menangkap pewahyuan dari Tuhan.

Para Majus - menyembah Allah memberikan persembahan, berarti Raja-raja dari Timur ini mengakui otoritas Yesus lebih dari pada mereka. Karena hanya orang yang memberi persembahan pada raja bukti tunduk pada raja. Mereka mencari Tuhan karena dalam diri mereka sudah mempunyai semuanya, tetapi masih ada yang kosong yaitu damai sejahtera yang sempurna (mencari pribadi yang bisa memberikan jaminan keselamatan jiwa).

Herodes lambang kejahatan (pura-pura mau menyembah padahal mau membunuh), ketamakan hati manusia – dimulut manis dibelakang hatinya jahat luar biasa .

Para Majus dipilih Allah hadir menyaksikan kemuliaan Allah yang mengubah seluruh dunia. Mereka mengadakan perjalanan yang jauh meninggalkan keluarganya/pekerjaannya untuk mencari Yesus Juruselamat (Raja-raja dari Timur - mewakili kekayaan, kepandaian, jabatan, yang beriman).

Mereka dituntun oleh sebuah bintang (Mat 2:2), ketika bintang itu hilang dari hidupnya mereka gelisah (redup di radius kekuasaan Herodes – bilamana bintang itu nampak – Mat 2:7).

Bintang penuntun para Majus itu muncul sesudah mereka keluar dari kekuasaan Herodes. Kegelisahan para Majus berubah menjadi kegembiraan ketika mereka tiba di Betlehem – dengan sukacita mereka mencari dan menemukan Raja Damai (Mat 2:10).

Sebagai orang percaya, dalam kehidupan kita juga dalam proses pencarian Tuhan. Ketika hati kita melekat dengan seluruh isi dunia (harta benda, kekuasaan, jabatan – dengan semua yang dunia berikan), maka bintang penuntunkasihakan redup dan tak menyala lagi.

Apabila kita melepaskan diri dari kelekatan akan dunia, maka bintang penuntun akan menuntun kehidupan kita lagi.

Tidak seorangpun dari orang fasik itu akan memahaminya,
tetapi orang-orang bijaksana akan memahaminya.
(Dan 12:10)

Marilah kita memiliki kesederhanaan hati/merasa tidak memiliki apa-apa sekalipun Tuhan menganugerahkan begitu banyak hal di dalam kehidupan kita. Karena status yang dimiliki manusia tidak dapat membawa dia kepada keselamatan.

(Sumber: Warta KPI TL No. 34/II/2007; Renungan KPI TL Tgl 4 Januari 2007, Dra Yovita Baskoro, MM).