Dalam kehidupan ini banyak misteri, tetapi dari sekian banyak yang cukup menarik untuk kita renungkan adalah misteri kelahiran dan kematian.
Tidak seorang pun yang bisa bercerita tentang pengalaman pribadinya waktu ia dilahirkan berdasarkan ingatan pribadinya. Inilah keagungan dan keadilan Tuhan.
Karena pengalaman ini dapat menyebabkan orang trauma – kalau ingat bagaimana perjuangan ibunya yang berani mempertaruhkan nyawanya waktu melahirkannya, bagaimana para perawat membantu kelahirannya, dsb. – mungkin ia akan stres dalam perjalanan hidupnya setiap kali mengingat semua itu.
Dalam dunia sekuler seperti sekarang ini, hampir bisa dipastikan bahwa setiap orang akan mengelak berbicara soal kematian – didominasi oleh rasa takut terhadap realitas itu. Sikap menolak ini bukanlah sesuatu yang baru sama sekali. Sebab para murid Yesus pun berbuat yang sama. “Kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali tidak akan menimpa Engkau.” (Mat 16:22).
Sebaliknya dalam dunia religius, pembicaraan soal kematian sungguh bukan hal tabu, mengapa? Karena justru melalui peristiwa kematian, semua pembicaraan eskatologis menjadi mungkin dan mendapat tempat, pembicaraan tentang hidup sesudah hidup ini memperoleh jembatannya (lih. Peta Iman).
Pintu satu-satunya untuk sampai kepada kehidupan sejati, yakni kematian - sungguh-sungguh sesuatu yang riel dan tak terhindarkan.
Oleh karena itu, perlulah dikembangsuburkan dua hal berikut:
- Mau akrab dengan kematian – kehidupan ini rapuh, maka perlu dirawat dengan doa. Dengannya kita boleh berharap, bahwa begitu saat kematian tiba; kita ada dalam keadaan siap sebagaimana didoakan pada bagian doa “Salam Maria - ... sekarang dan pada waktu kami mati. Amin”.
- Jujur dengan kematian – semata-mata karena hidup/mati kita adalah milik Allah dan hanya lewat kematian sajalah orang sampai kepada kebahagiaan abadi (Doa Siap Menghadapi Kematian – PS 148).
Makna kematian bagi hidup (Martin Heidegger):
- Suatu kemungkinan yang unik – suatu peristiwa yang tidak bisa terulangi/tidak ada bandingnya/tidak bisa tergantikan.
- Suatu peristiwa individual – tidak bisa dialami secara bersama. Misalnya: dalam kecelakaan pesawat, setiap orang tetap mengalami mautnya secara pribadi pula.
- Suatu kemungkinan permanen yang tak bisa dilewatkan – suatu fase hidup yang harus dialami oleh setiap orang.
- Suatu peristiwa yang pasti dan akan terjadi - memunculkan kesadaran bahwa hidup kita setiap saat selalu terancam maut. Dengan ini, kita dituntut untuk selalu waspada dalam hidup.
- Sesuatu hal yang pasti tetapi sekaligus tidak pasti menyangkut saatnya.
(Sumber: Warta KPI TL No. 24/IV/2006; Makna Kematian Bagi Hidup, Suara No. 12/Th II Okt-Nov 2005).