Pages

Sabtu, 24 Oktober 2015

Api Penyucian

Apakah Api Penyucian itu ada? Api penyucian (Purgatorium) itu tidak direka-reka oleh Paus Gregorius pada tahun 600; dokrin ini telah ada sejak jaman para rasul.

Bukti adanya api penyucian dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan Gereja Perdana, antara lain: Trifani mengajak Tekla ke rumah bersamanya dan mereka pun tidur. Dan lihatlah, anak perempuan Trifani, yang telah meninggal dunia, menampakkan diri kepada ibunya dan berkata, “Ibu, biarlah wanita muda Tekla ini engkau ambil sebagai putrimu untuk menggantikan aku; mintalah padanya untuk berdoa bagiku, agar aku dapat dipindahkan ke kebahagiaan kekal (Kisah Paulus dan Tekla, 8:5-6: 160 A.D.); dalam Prasasti Abercius (190 A.D.); kemartiran Perpetua dan Felisitas 2:3-4; 202 A.D.); Tertulianus dalam Mahkota 3:3; 211 A.D.) dll. 

Dokrin gereja Katolik mengenapi Api Penyucian dapat ditemukan dalam Konsili Firence dan Trente, dipertegas lagi dalam Konsili Lyons II, dan terakhir ditetapkan secara final dalam Konsili Vatikan II, 2 Mak 12:38-45, Mat 12:32, 1 Pet 3:19 , Credo (...ke tempat penantian ...), KGK 1030 (siapa yang mati dalam rahmat dan dalam persahabatan dengan Allah, namun belum disucikan sepenuhnya, memang sudah dipastikan keselamatan abadinya, tetapi ia masih harus menjalani satu penyucian untuk memperoleh kekudusan yang perlu, supaya dapat masuk dalam kegembiraan sorga).

Tujuan api penyucian adalah untuk memurnikan kita dari segala noda dosa, silih atas segala hutang dosa sepanjang hidup kita, serta melepaskan kita dari segala keterikatan duniawi agar kita dapat sepenuhnya mengasihi Tuhan dan sesama. 

Setelah noda dosa sepenuhnya dibersihkan, maka jiwa akan segera masuk dalam kemuliaan dan persekutuan penuh dengan Tuhan di sorga. 

Jiwa-jiwa menderita memiliki kerinduan yang kuat untuk berada di sorga, tetapi mereka tak layak. Walaupun jiwa-jiwa di sana sangat kesakitan secara rohani, namun terdapat sukacita besar, sebab dijamin keselamatannya.

Berdoa bagi mereka yang telah meninggal sangat bermanfaat dan penting. Sayang sekali kebiasaan ini hampir terabaikan. 

Kita telah lupa Gereja Katolik terdiri dari tiga bagian yang tak terpisahkan

1. Gereja Pejuang – kita di dunia, yang setiap hari berjuang demi keselamatan kita.

2. Gereja Menderita/Gereja dalam Penantian – jiwa-jiwa di api penyucian.

3. Gereja Jaya/Gereja Mulia – para malaikat dan para kudus di surga.

Ketiga gereja tersebut membentuk Tubuh Mistik Kristus dan saling bekerja sama dalam mempertahankan pondasi gereja. Jika kita, Gereja Pejuang, lalai berdoa bagi jiwa-jiwa para saudara kita di api penyucian (Gereja Menderita), berarti kita ikut melemahkan pondasi gereja.

Sebagai warga Gereja Pejuang, sungguh sangat penting bagi kita untuk membangkitkan kembali praktek saleh “Devosi bagi Jiwa-jiwa di Api Penyucian”, karena jiwa-jiwa menderita tidak lagi dapat berdoa bagi diri mereka sendiri – mereka bergantung pada kita. 

Ketika pada akhirnya jiwa-jiwa di api penyucian telah terbebas dari penderitaan dan menikmati sukacita sorgawi, mereka tidak melupakan/tidak henti-hentinya berdoa bagi kita yang telah mendoakan. Dengan doa-doanya, melindungi kita dari mara-bahaya/kalau kelak tiba masa tinggal kita di Api Penyucian dapat diperingan (dipercepat) atau bahkan dapat memperoleh pengampunan seutuhnya.

Orang yang menyelamatkan satu jiwatelah menyelamatkan jiwanya sendiri serta membersihkan banyak dosa (St. Yakobus).

Ada berbagai cara kita dapat menolong jiwa-jiwa di api penyucian:

Misa Kudus – merupakan sarana yang mujarab dan paling tepat. Sebab dalam Misa Kudus kita merayakan kembali kenangan sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus demi penebusan dosa segenap umat manusia, baik yang masih hidup, yang telah meninggal dunia maupun yang masih tinggal di api penyucian. 

Rosario Arwah – doa Rosario bagi keselamatan jiwa-jiwa di api penyucian.

- Rosario Koronka – Devosi Kerahiman Ilahi – wahyu pribadi Yesus kepada St Faustina Kowalska “Hari ini bawalah kepada-Ku jiwa-jiwa yang berada dalam kurungan api penyucian, dan benamkanlah mereka ke dalam samudera kerahiman-Ku. Biarlah aliran-aliran Darah-Ku menyejukkan mereka yang kepanasan. Semua jiwa itu sangat Kukasihi. Mereka sedang menebus keadilan-Ku. Engkau mampu memberi kelegaan kepada mereka. Ambillah dari perbendaharaan Gereja segala indulgensi dan persembahkanlah itu bagi mereka. Oh, seandainya engkau mengetahui sengsara mereka, tentu tanpa henti-hentinya, demi mereka itu, akan mempersembahkan amal rohani serta membayar lunas hutang-hutang mereka terhadap keadilan-Ku.”

- Ibadat/Renungan Sengsara Yesus – Jalan Salib.

- Indulgensi bagi jiwa-jiwa di purgatorium – sesuai ketentuan Gereja.

- Sebagian kecil doa-doa singkat bagi pembebasan jiwa-jiwa:

* “Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami, selamatkanlah kami dari api neraka, hantarlah jiwa-jiwa ke sorga, terlebih mereka yang sangat membutuhkan kerahiman-Mu.” – doa ini diajarkan Bunda Maria kepada Lucia, Yasinta dan Fransesko di Fatima pada tanggal 13 Juli 1917.

* “Bapa yang kekal, aku persembahkan kepada-Mu, Darah Kristus yang tak ternilai harganya, bersama dengan semua misa yang di adakan di seluruh dunia hari ini, untuk jiwa-jiwa dalam Api Penyucian.” – Tuhan memperlihatkan kepada St Gertrude Agung sekelompok jiwa-jiwa yang meninggalkan Api Penyucian dan naik ke sorga sebagai hasil dari doa yang sering diucapkan sebagai kebiasaannya sehari-hari.

* “Yesus, Maria, aku mengasihiMu, selamatkan jiwa-jiwa.”; gabungkanlah dalam tindakan kasih tak kunjung henti. Dengan doa ini engkau mempersembahkan segalanya bagi-Ku – kata-kata ini diajarkan Yesus kepada Sr M. Consolata.

Suatu tindakan amal kasih yang dilakukan dengan cinta kasih murni dapat menutup dosa dan mengurangi masa tinggal di api penyucian secara menakjubkan!

Bunda Maria sering mengunjungi api penyucian - memegang peranan penting dalam pembebasan jiwa-jiwa dari api penyucian, sebab dia mendapatkan rahmat dan kuasa dari Tuhan untuk membebaskan jiwa-jiwa yang ada di sana.

Akulah Bunda dari jiwa-jiwa di api penyucian dan setiap doa yang ditujukan kepadaku meringankan penderitaan anak-anakku (ungkapan Bunda Maria kepada Beato Alain de la Roche).

Selama berabad-abad, Kristus telah menganugerahkan kepada banyak orang kudus dan pribadi-pribadi kudus yang dipilih-Nya, karunia karisma yang memungkinkan seseorang mendapat kunjungan dari jiwa-jiwa di Api Penyucian (St Gertrude Agung, St Katarina dari Genovena, Maryam dari Yesus, St Margareta Maria dari Paray-Ie-Monial, St Yohanes Maria Vianney, St Faustina Kowaska, St Yohanes Bosco, Maria Simma dan banyak lagi yang lainnya). 

Kristus menganugerahkan karunia ini guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya berdoa bagi jiwa-jiwa menderita. Pribadi-pribadi terpilih ini memperoleh kunjungan-kunjungan dari jiwa-jiwa di api penyucian, yang menyampaikan informasi kepada mereka tentang api penyucian, yang hingga kini masih tetap misteri bagi kita.

Karisma ini merupakan sesuatu kodrati di luar kendali pribadi yang bersangkutan – ia tidak dapat memanggil jiwa-jiwa atas kehendaknya sendiri. 

Jadi harap tidak menyamakan karisma ini dengan praktek okultisme memanggil arwah-arwah yang sudah meninggal.

(Sumber: Warta KPI TL No. 24/IV/2006; Segala Sesuatu Tentang Api Penyucian, Seminar Jiwa-jiwa di Api Penyucian oleh Rm Yosef Tarong, Pr dan berbagai sumber).