Ada sebuah cerita termasyur setelah Perang
Dunia II tentang patung Yesus di gereja di Jerman yang dibom. Figur Yesus dalam
patung itu sedang merentangkan tangan-Nya ke seluruh dunia. Akibat serangan
bom, tangan Yesus itu hancur. Beberapa waktu kemudian, pada tangan yang hancur
itu ditemukan tergantung sebuah tulisan: “Ia tak punya tangan lagi, sekarang
engkaulah tangan-Nya.”
Inilah maksud rencana Allah: Yesus akan
hidup di setiap anggota gereja-Nya. Kita, Gereja, anggota tubuh mistik-Nya,
adalah tangan-tangan, mulut, pikiran dan hati-Nya untuk mewartakan diri dan
cinta-Nya.
Kita sungguh merupakan perpanjangan karya
Yesus dan perpanjangan hidup-Nya.
Misi kedatangan Yesus ke dunia adalah untuk menyelamatkan manusia berdosa dan untuk itu Yesus rela menderita dan mati di kayu salib demi menanggung hukuman dosa manusia.
Yesus menyatakan kebenaran ini dengan
mengambil perumpamaan sebiji benih yang harus mati terlebih dahulu agar ia bisa
menghasilkan ribuan biji lainnya. Kita
tidak akan memperoleh buah kehidupan yang melimpah kalau tidak mau mengalami
kematian/penghancuran terlebih dahulu.
Tugas kerasulan seharusnya melekat pada
setiap orang Kristen yang mengarah pada keselamatan dalam persatuan dengan
Allah.
(Warta KPI TL No. 08/XI1/2004; Sumber:
Renungan Through Seasons of the Heart 28 September, John Powell SJ).