Tepat di hari ulang tahun saya yang ke 24, saya dibaptis, dipanggil menjadi anak angkat Allah yang bernaung di dalam Gereja Katolik. Tetapi setelah dibaptis, saya mengalami kekecewaan yang luar biasa karena melihat ada seorang teman sekerja saya (X) yang begitu akrab dengan para Romo, para Frater dan para Suster tetapi kehidupannya tidak berpadan dengan Injil Kristus.
Rupanya Tuhan tidak ingin saya seperti "kapal selam". Lalu Dia memanggil saya menjadi pengurus lingkungan. Karena begitu besar kasih-Nya kepada saya, maka Dia juga memanggil saya dalam sebuah komunitas, yaitu KPI TL.
Melalui pengajaran dalam komunitas inilah saya baru mengerti bahwa seorang Kristiani tidak dapat menjadi berkat bagi sesamanya karena mereka "mengenakan pakaian yang baru" "tanpa menanggalkan yang lama" (2 Kor 5:4). Hal inilah yang menyebabkan mereka menjadi "batu sandungan" bagi sesamanya karena mereka "hanya melakukan kegiatan rohani" tanpa mempunyai "kehidupan rohani".
Pada waktu saya mengikuti "Extension Course of Theology" di UK Darma Cendika, yang bekerja sama dengan STFT Widya Sasana, saya melihat banyak harta karun yang masih terpendam dalam Gereja Katolik.
Sebagai seorang Katolik seharusnya kita bersyukur karena telah berada di jalan yang benar. Karena begitu ada "ajaran sesat" yang mengguncangkan iman, Gereja mengadakan "Konsili". Konsili menghasilkan "Magisterium (Wewenang Mengajar) Gereja". Melalui Magisterium kita bisa mengunduh ajaran-ajaran Gereja tanpa harus membuat definisi sendiri.
Ketika sedang membuat blog, tiba-tiba saya mendapat hikmat Tuhan tentang ikan kecil dalam air.
Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang di tepi sungai. Sang Ayah berkata kepada anaknya, “Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati.”
Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengar percakapan itu dari bawah permukaan air, ikan kecil itu mendadak gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini.
Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya: “Hai tahukah kamu di mana tempat air berada? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati.”
Ternyata semua ikan yang telah ditanya tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil itu semakin kebingungan, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal yang sama, “Di manakah air?”
Ikan sepuh itu menjawab dengan bijak: “Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita semua akan mati.”
Dalam kehidupan, seringkali kita seperti ikan kecil ini. Kita sudah mendapatkan pengajaran tentang kebenaran, tetapi masih mencari kebenaran dengan jajan ke tempat lain. Akhirnya tanpa sadar kita tersesat.
Dengan berjalannya waktu saya merasakan kebenaran firman Tuhan dan kebenaran pengajaran Gereja.
Pada waktu melihat "gambar hadiah sepeda motor" di pengumuman multilevel yang saya ikuti, dalam hati saya berkata: "Tuhan, betapa senangnya hatiku jika aku mendapat hadiah tersebut. Kakakku yang kehilangan sepeda motor tidak bingung untuk membeli lagi."
Sepulang dari mengirim guasa (alat kerok dari tanduk kerbau), saya merasa lelah sekali (saat puasa) karena waktu mengirim tuan rumah memperkenalkan guasa pada teman-temannya yang datang ke rumahnya. Mereka ingin merasakan kasiat terapi guasa tersebut.
Dalam hati saya berkata: "Tuhan, seandainya aku punya budget, betapa enaknya mempunyai "matras bio" tenaga saya bisa cepat pulih."
Pada hari "H" pengundian hadiah, upline saya yang di Jakarta menelpon memberitahu bahwa saya memenangkan undian, dia mengatakan: "Belum pernah seseorang mendapatkan hadiah pertama dan kedua sekaligus. Tuhan memberikan hadiah itu karena kamu menolong orang lain tanpa pamrih."
Mendengar hal itu itu saya menangis sepanjang hari karena tidak menyangka kalau Tuhan mengabulkan keinginan saya meskipun keinginan itu hanya dalam hati.
Roh Kudus dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia (Kis 5:32). Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan (Rm 8:26).
Ketika saya ke rumah ibu Phang, kawan seperjalanan saya tiba-tiba dia berkata: "Aku mendapat hikmat kamu harus makan empedu ikan."
Keesokan harinya saya makan empedu ikan karena saya yakin bahwa empedu ikan itu dapat menyembuhkan mata saya yang sedang sakit.
Sungguh luar biasa hasilnya, setelah saya makan, tubuh saya terasa lentur kembali, otot-otot yang kaku menjadi normal kembali. Cairan empedu yang tercecer di piring kecil, saya oleskan juga di kelopak mata, mata saya langsung terasa nyaman, tidak terasa tegang lagi.
Sebelum makan empedu ikan tersebut saya berdoa dan mendapatkan hikmat agar memberikan "jantung dan hati ikan" tersebut ke teman saya (A) yang sedang sakit herpes dan tidak sembuh-sembuh meskipun sudah berobat ke berbagai dokter.
Saya langsung meluncur ke rumahnya memberikan "jantung dan hati ikan" tersebut. A berdoa sambil membakar jantung dan hati ikan tersebut. Karena baunya harum, kucing-kucing yang berada di rumahnya berisik. Karena doanya tidak khusuk maka A tidak mengalami kesembuhan secara sempurna.
Empedu, jantung dan hati ikan adalah obat mujarab. Empedu diurapkan pada orang yang matanya kena bintik-bintik putih, niscaya bintik-bintik itupun hanya tinggal ditiupi saja lalu sembuh pulalah orang itu.
Jantung dan hati ikan diasapkan di depan laki-laki atau perempuan yang kerasukan setan atau roh jahat. Lalu segenap gangguan lenyap dari padanya dan tidak tinggal lagi padanya untuk selama-lamanya (Tob 6:4, 8-9).
Tidak semua adalah baik bagi setiap orang (Sir 37:28).
Suami saya flu berat, sebagai istri saya mendampinginya di ranjang. Tetapi dia mengusir saya ke luar dari kamar karena anak saya yang masih kecil berceloteh terus. Mendengar perkataan itu saya tidak marah, tetapi bersyukur karena bisa mengerjakan warta yang harus segera terbit.
Di hadapan Tuhan satu hari sama seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari (2 Ptr 3:8).
Ketika saya ke rumah ibu Phang, kawan seperjalanan saya tiba-tiba dia berkata: "Besok kamu harus ke Misa Pagi. Sesudah misa kamu minta berkat pada pastornya, siapapun dia kamu harus minta berkat khusus."
Saya melaksanakan apa yang dikatakan oleh kawan seperjalanan saya Sesudah misa, saya kejar pastornya dan meminta berkat padanya. Sungguh luar biasa, seluruh tubuh saya yang sakit dipulihkannya seperti sediakala.
Sakramen tidak dilaksanakan oleh kesucian manusia yang memberi atau menerima (Sakramen), tetapi oleh kekuasaan Allah (Tomas Aqu, s.th, 3, 68, 8). Pada saat Sakramen dirayakan sesuai dengan maksud Gereja, bekerjalah di dalam dia dan oleh dia kekuasaan Kristus dan Roh-Nya, tidak bergantung pada kekudusan pribadi pemberi. buah-buah Sakramen juga bergantung pada sikap hati orang yang menerimanya (KGK 1128).
Pada dasarnya Kristus sendiri yang mendatangkan keselamatan dengan perantaraan pelayan yang ditahbis dan bekerja melalui dia. Ketidaklayakannya tidak dapat menghalang-halangi Kristus untuk bertindak (KGK 1584).
Tanggal 17 Mei 2004, ibu Yovita mengusulkan kepada saya untuk membuat "warta" agar anggota tidak kebingungan di mana pertemuan persekutuan diadakan.
Saya menanggapi hal ini dengan sukacita walaupun saya belum pernah membaca Kitab Suci dan belum pernah menulis artikel. Modal saya hanya satu, yaitu taat pada pimpinan.
Moderator komunitas ini adalah Romo Gregorius Kaha, SVD (ketika beliau masih bertugas pastoral di Gereja Roh Kudus). Puji Tuhan, beliau dengan sabar membimbing komunitas ini, khususnya terhadap saya. Jika saya kurang memahami suatu artikel, beliau dengan sabar membimbing saya.
Sahabat-sahabat di komunitas ini mendukung saya dalam doa dan ada juga yang memberikan makalah-makalah yang saya butuhkan untuk pembuatan Warta KPI TL.
Awal mulanya saya kebingungan, artikel apa yang akan diterbitkan pada warta. Selain itu saya juga mengalami stres ketika mencari ayat-ayat Kitab Suci yang diinginkan tetapi tidak menemukannya. Saya bertanya pada orang yang saya anggap mengerti, tetapi jawaban mereka sungguh mengecewakan hati saya.
Tiba-tiba di batin saya mendengar suara: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!” Begitu diingatkan ayat dari Yeremia 17:5-7 ini, saya langsung minta ampun pada Tuhan.
Sejak saat itu saya selalu memohon bimbingan-Nya dalam membuat warta. Sungguh luar biasa, berkat bimbingan-Nya terjadilah sebuah artikel singkat yang mudah dimengerti. Mengalami hal ini, saya benar-benar merasakan bimbingan dan penyertaan-Nya yang luar biasa.
Tanggal 1 Februari 2014 ketika berada di jalan raya, tiba-tiba ada perasaan prihatin dengan grup BBM BIAK lingkungan, grupnya sepi tidak ada komunikasi antar anggotanya. Lalu saya mendapatkan ide untuk membuat renungan kecil berdasarkan penanggalan Liturgi.
Tanggal 5 Februari 2014 saya mewakili ketua wilayah saya untuk ikut rapat Rebo-an di Gereja. Secara kebetulan saya duduk di samping Romo Joseph Purwo, SVD. Lalu saya bercerita tentang renungan yang saya buat, beliau menyarankan untuk mengirimkan artikel tersebut ke tempat lain juga. Keesokan harinya saya melaksanakan amanat beliau. Saya kirim renungan melalui BBM, Line, WA atau email kepada teman-teman saya.
Rencana Allah muncul dari hati dalam bentuk keprihatinan/belas kasihan/terharu.
Meskipun di tahun 2014 ada banyak kegiatan ke luar kota bersama keluarga atau komunitas, saya tetap setia membuat renungan kecil setiap hari. Namun pada suatu hari saya mengalami stres berat karena tidak menemukan ide, apa yang hendak saya tulis.
Ini kisahnya: saya mendapat telpon dari tante saya yang berada di Malang, beliau mengatakan bahwa om saya meninggal. Sebelum berangkat ke Malang, saya melihat sekilas bacaan untuk keesokan harinya. Karena bacaan tersebut sudah pernah saya tulis di warta, maka pikiran saya tenang.
Namun ketika saya hendak merenungkan artikel tersebut, batin saya merasa ada sesuatu yang kurang pas. Pada saat itu saya benar-benar stres, tiba-tiba saya mendengar suara di batin saya: “Jika hendak membuat renungan,janganlah memakai pikiran sendiri, pakailah pikiran Kristus!” Mendengar teguran ini saya sangat kaget.
Melalui peristiwa ini saya mendapatkan hikmat, “jika membuat renungan berdasarkan pikiran, maka artikel itu hanya sekedar pengetahuan saja, tidak menjadi berkat bagi pembacanya.” Hal ini saya ketahui dari pembaca yang aktif memberi komentar mengenai keadaan hidupnya yang bersesuaian dengan artikel yang saya tulis. Sejak saat itu saya belajar mengosongkan pikiran saya, saya tidak lagi berfokus pada artikel yang sudah pernah terbit.
Sungguh luar biasa hasilnya, sekarang aku sudah tidak stres lagi meskipun harus membuat renungan yang hampir sama dan berurutan. Misalnya tentang "Roti Hidup". Rahasianya: mau membuka diri untuk menerima artikel-artikel lain.
Suatu hari ibu Oentari, salah satu pembaca renungan "Sarapan Pagi Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya" mengusulkan agar renungan ini dimasukkan ke dalam "blog" agar bisa dilihat lagi jika membutuhkannya.
Beliau dengan penuh semangat memberikan makalah tentang cara pembuatan blog yang sederhana. Karena gaptek, blog ini tidak segera terealisasi. Untuk “bentuk” dan “alamat” blog inipun saya juga mengalami kebingungan. Meskipun demikian saya tidak berputus asa. Akhirnya saya menemukan bentuk dan alamat blog yang klik dengan batin saya, semua ini terjadi berkat hikmat-Nya.
Persoalan selanjutnya yaitu: siapa yang bisa membimbing saya membuat blog yang sudah ada dalam pikiran saya? Akhirnya, Tuhan kirimkan Muhammad Faris, keponakan saya yang datang dari Jakarta untuk membimbing membuatnya (Juni 2014). Karena gaptek, saya tidak bisa melanjutkan membuat blog tersebut.
Tanggal 14 September 2013 saya merasa jengkel sekali pada diri saya sendiri karena tidak menemukan ayat yang saya butuhkan ("Allah Bapa begitu peduli akan kebutuhan-kebutuhan terkecil anak-anak-Nya"), padahal waktu saya membacanya sudah saya beri tanda. Karena jengkel, komputer langsung aku matikan dan berangkat membeli Kitab Suci baru.
Sejak saat itu hati saya begitu berkobar-kobar ketika membaca Kitab Suci. Entah roh apa yang menguasai saya pada saat itu. Dengan berjalannya waktu, saya menemukan ayat yang saya cari, ternyata kata-kata itu ada di Katekismus Gereja Katolik No. 305 ("Allah Bapa begitu peduli akan kebutuhan-kebutuhan terkecil anak-anak-Nya". Contoh: tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang - Luk 21:18).
Ketika saya mendengar sekilas tentang Santo Ignatius Loyola, di hati saya ada keinginan yang meluap-luap untuk segera membagikannya di Warta KPI TL. Namun saya tidak mempunyai bukunya. Saya berencana meminjam artikel tersebut kepada beberapa sahabat saya yang bernaung di komunitas tersebut, namun mereka patuh pada komunitasnya untuk tidak membagikannya di luar komunitas.
Puji Tuhan, suatu hari ada beberapa mahasiswa Sanata Dharma yang melakukan KBP (Karya Bakti Paroki) di paroki saya. Saya berkenalan dengan salah satu mahasiswa itu dan mohon dibelikan buku Ignatius Loyola. Melalui temannya yang ada di Yogyakarta, buku tersebut dikirimkan ke Surabaya.
Allah menuntun anak-anak yang dikasihi-Nya selangkah demi selangkah. Adakalanya tuntunan Allah terasa sulit dipahami, kita seolah hanya berjalan memutar dan tidak ke mana-mana. Namun, ketika kita mempercayakan hidup kita kepada Tuhan, Dia akan mengarahkan langkah kita. Allah setia kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya (Jim Townsend)
Saya adalah seorang ibu rumah tangga, tugas saya setiap hari mengurus rumah, antar jemput anak sekolah dan les. Akibat semangat yang berkobar-kobar untuk membaca Kitab Suci dan 7 buku tentang St. Ignatius Loyola maka tubuh saya mengalami kelelahan yang luar biasa sehingga saya berangan-angan pergi jauh ke suatu tempat yang tidak ada yang mengganggu. Pada tanggal 14 Maret 2015, saya benar-benar beristirahat akibat kecelakaan.
Jika di hati kita ada semangat yang berkobar-kobar, belajarlah untuk discerment. Apakah itu memang kehendak Allah atau kehendak sendiri karena pengaruh bisikan si jahat sehingga merusak Bait Allah.
Malam pertama setelah saya kecelakaan, saya mendengar doa suami saya: “Tuhan, mengapa musibah ini menimpa istriku? Selama ini istriku lebih melayani-Mu daripada melayaniku dan anak-anakku.”
Mendengar doanya hati saya sangat sedih, sambil berurai air mata saya berkata dalam hati: “Tuhan, ampunilah suamiku, dia tidak tahu apa yang dikatakannya. Aku tidak pernah melalaikan kewajibanku sebagai istri maupun sebagai ibu.”
Ketika bangun tidur suami saya berkata: “Ma, dalam perkawinan kita harus ingat janji perkawinan. Masakan aku hanya mau menerimamu dalam keadaan sehat saja?
Tadi malam tiba-tiba aku teringat cerita tentang tukang bangunan dan mandornya. Mandornya berada di lantai lima ingin mengingatkan bahwa ada bahaya yang mengancamnya.
Sang mandor berkali-kali berteriak memanggil, si tukang tidak dapat mendengar karena fokus pada pekerjaannya dan bisingnya alat bangunan.
Sang mandor terus berusaha agar si tukang mau menoleh ke atas, dilemparnya uang seribu rupiah yang jatuh tepat di sebelah si tukang. Si tukang mengambil uang itu dan melanjutkan pekerjaannya.
Sang mandor akhirnya melemparkan uang seratus ribu dan berharap si pekerja mau menoleh "sebentar saja" ke atas. Akan tetapi si tukang hanya melompat kegirangan karena menemukan uang seratus ribu dan kembali asyik bekerja.
Pada akhirnya sang mandor melemparkan batu kecil yang tepat mengenai kepala si tukang tersebut. Merasa kesakitan akhirnya si tukang tersebut baru mau menoleh ke atas dan dapat berkomunikasi dengan sang mandor.”
Mendengar cerita itu saya sungguh bersyukur, karena Tuhan telah berpekara dengan suami saya danmemberi hikmat padanya. Tuhan sungguh telah menyelamatkan saya.
Keluarga saya membawa saya ke sangkal putung. Namun saya tidak mengalami kesembuhan. Akhirnya saya dibawa ke dokter dan kaki kiri saya yang patah tulangnya dipen dan ditambah jaringan lunak dari tulang sapi.
Kawan seperjalanan saya, ibu Magiati merasa saya memanggil namanya sebanyak dua kali (satu kali ketika berada di rumah saya dan satu kali ketika dia berada di rumahnya), padahal saya sama sekali tidak memanggilnya.
Mengalami kejadian ini, dia berdoa memohon hikmat dari Tuhan. Hikmat-Nya: “Sahabatmu telah menolak Aku.”
Ketika mendengar itu, saya juga diberi-Nya hikmat bahwa saya telah salah jalan, tidak berobat sesuai dengan iman yang saya yakini. Selain itu saya tidak mau menerima Komuni di rumah, pikir saya: “Kasihan AI-nya repot menghadapi Paskah”
Saya menyadari kesalahan saya, maka saya langsung menghubungi AI agar saya bisa menyambut Komuni di rumah. Selain itu saya juga memohon ampun pada Tuhan karena telah mendukakan hati-Nya.
Sungguh luar biasa, setelah selesai menyambut Komuni Kudus, sukacita saya kembali lagi seperti dulu, perasaan hampa disingkirkannya dalam hidup saya.
Sebagai kurban, Ekaristi itu dipersembahkan juga untuk pengampunan dosa orang-orang hidup dan mati dan untuk memperoleh karunia rohani dan jasmani dari Tuhan (KGK 1414).
Selama saya sakit, saya merasakan kasih Tuhan yang luar biasa dalam hidup saya. Keluarga saya, suami dan kedua anak saya begitu peduli pada saya. Segala sesuatu yang saya butuhkan mereka sediakan, tanpa bersungut-sungut mereka melayani saya dengan kasih.
Saudara, tetangga maupun teman di komunitas juga begitu peduli pada saya. Saudara saya setiap pagi mengirimi saya makanan. Ada seorang tetangga saya yang setiap hari mengunjungi saya untuk mengompres kaki yang sakit dengan es batu. Ada banyak yang datang mengunjungi saya dengan membawa makanan jadi maupun setengah jadi, mereka takut keluarga saya kelaparan.
Selama tiga bulan, saya benar-benar tidak berdaya, kerja saya hanya tidur di ranjang saja. Meskipun demikian saya tetap setia membuat renungan “Sarapan Pagi” setiap hari.
Di saat saya sakit, tidak bisa mengerjakan apapun, saya berkenalan dengan facebook. Saya mengunduh gambar-gambar yang menarik hati saya dan membaca artikel-artikel Kristen.
Baik keluarga maupun teman-teman saya begitu mencemaskan keadaan saya, mereka takut saya berputus asa. Kecemasan mereka memang beralasan, karena saya biasa melakukan segala sesuatu atau ke mana saja seorang diri, sekarang tidak bisa lagi melakukannya atau pergi seorang diri.
Berkat Paskah, kebangkitan Kristus, saya pun bangkit setelah saya diingatkan dengan janji saya untuk membuat blog. Semangat saya berkobar-kobar lagi untuk segera melaksanakan Amanat Agung-Nya.
Ketika keponakan saya datang dari Jakarta, saya bertanya tentang seluk beluk membuat blog. Saya mengerjakan blog dalam kondisi tubuh masih kurang sehat, tubuh mudah terasa capek. Jadi, kalau sudah hilang capeknya kerja lagi.
Tanggal 14 Agustus 2015, suami saya mengalami kecelakaan sehingga tulang belikat kirinya keluar dari mangkoknya. Suami saya merasa sedih sekali karena saya belum sembuh kakinya, dia sakit tangannya.
Sebagai orang beriman, saya belajar untuk tidak bersungut-sungut. Karena masalah ini berasal dari kesalahan sendiri (jalan gelap, ngebut sehingga tidak melihat polisi tidur dan pasir).
Di dalam kesesakan Dia tidak pernah terlambat menolong kami. Selain itu Tuhan menyadarkan suami saya bahwa sebagai manusia tidak boleh sombong. Hikmat-Nya: "Lihatlah, kamu mau bergeser lima senti saja tidak mampu". Puji Tuhan, berkat imannya suami saya dapat bekerja lagi dan menyetir mobil setelah dua minggu beristirahat.
Jadi, kami berdua kerjanya hanya tidur di ranjang. Disaat inilah kami berdua berbincang-bincang tentang kebersamaan dalam menjalani kehidupan ini dan kami disadarkan lebih dan lebih lagi bahwa Tuhan selalu menyertai kehidupan kami.
Kawan seperjalanan saya yang lainnya, ibu Magiati bertanya kepada Tuhan: "Tuhan, kenapa sahabatku kok mengalami musibah berturut-turut?" Jawab-Nya: "Ucapkan selamat pada sahabatmu. Pekara besar bisa dia lalui, ini hanya pekara kecil."
Dengan perasaan takut, disampaikannya pesan Tuhan ini. Ketika mendengar pesan ini, saya justru merasakan penghiburan dari Tuhan.
Tanggal 21 Januari 2016, bapak Mikael Jatmiko membawakan renungan tantang "Teman yang memberkati". Dengan renungan ini saya sungguh-sungguh terberkati karena merasakan berkat Tuhan mengalir melalui keluarga maupun sahabat-sahabat Yesus.
Ketika beliau mengatakan bahwa "Naaman turun membenamkan dirinya tujuh kali dalam sungai Jordan, sesuai dengan perkataan Abdi Allah itu. Lalu pulihlah tubuhnya kembali seperti tubuh seorang anak dan ia menjadi tahir."
Tiba-tiba saya menangis ketika mendengar janji Tuhan bahwa saya pun akan mengalami penyembuhan ketika blog saya selesai.
Dua minggu sebelum saya operasi melepas pen yang ada di kaki kiri saya, saya cegukan. Akibat dari cegukan ini, dada saya terasa sakit sekali, selain itu leher saya terasa ada yang mencekik. Mengalami hal ini saya tidak berani menceritakan pada keluarga saya karena saya tidak mau mereka kuatir.
Ketika mengalami kejadian di atas, terjadilah pergumulan di dalam batin saya: "Apakah ajalku hampir tiba? Tapi janji Tuhan begitu jelas aku dengar bahwa Dia akan menyembuhkanku." Di sinilah iman benar-benar diuji.
Selama operasi saya selalu memanggil-manggil nama Yesus (Senin, 2 Mei 2016). Ketika telinga saya mendengar suara pen beradu dengan tempatnya, saya langsung merasakan kelegaan yang luar biasa, dada yang terasa sakit, leher yang terasa dicekik, dan sakit yang luar biasa selama satu tahun benar-benar diangkat-Nya. Melalui peristiwa ini, saya sungguh bersyukur mempunyai Allah yang selalu memberikan penghiburan, penyembuhan dan penyelamatan.
[Refleksi: penyebab cegukan-ku (reaksi psikologi) karena stres, mendengar kata orang tentang operasi dan terlalu gembira, menanti janji Tuhan yang akan segera terlaksana (di hatiku ada senandung-senandung kecil yang membuat hatiku gembira)].
Pikir saya, dengan dilepasnya pen di kaki saya mengalami kesembuhan seperti sediakala, ternyata tidak!
Manusia tidak dapat menyelami segala pekerjaan Allah (Pkh 8:17).
Pada saat saya menyetujui untuk membuat blog ini, dalam pikiran saya sudah ada bayangan untuk membagi artikel berdasarkan “kategori” dan “ayat Kitab Suci” agar mudah mencari artikel tersebut. Namun tidak ada seorang pun yang dapat membimbing saya karena kesibukan mereka. Setiap bertemu dengan seseorang atau romo, saya selalu menceritakan “mega proyek Amanat Agung-Nya” dan selalu berusaha mencari berbagai informasi untuk blog saya.
Lima hari sesudah pen dilepas (Sabtu, 7 Mei 2016), saya menghadiri pesta pernikahan anak sahabat saya. Secara kebetulan saya duduk bersebelahan dengan Romo Elenterius Bon, SVD. Seperti biasanya saya bercerita tentang “mega proyek” yang harus saya kerjakan. Beliau menyarankan agar saya mempunyai buku Ensiklopedi Gereja dan Kamus Teologi.
Sesuai dengan saran beliau, saya membeli buku Ensiklopedia Gereja. Namun buku Kamus Teologi tidak ada di mana-mana karena sudah tidak dicetak lagi. Jadi, setiap bertemu dengan sahabat-sahabat yang mencintai kerohanian, saya memesan buku tersebut. Akhirnya saya mendapatkan buku tersebut melalui Bapak Agus Mulyono secara gratis.
Dengan pertolongan-Nya, pikiran saya dibuka-Nya sehingga saya mulai paham apa yang harus saya lakukan. Hikmatnya sungguh luar biasa sehingga saya bisa membagi artikel berdasarkan kategorinya.
Ketika Tuhan memberikan sebuah misi, Dia selalu memasukkan kita ke dalam sebuah proses, sebuah proses pemurnian, sebuah proses kebijakan, sebuah proses ketaatan, sebuah proses doa (Paus Fransiskus).
Tuhan telah memberikan modal sebelum saya diutus untuk melayani-Nya, yaitu: saya gemar membaca cerita bijak dan kata-kata hikmat.
Teladan Ibu saya, beliau seorang yang luar biasa, sangat mengasihi keluarganya, tidak pernah marah atau dendam pada seseorang yang telah menyakiti atau menipunya. Waktu saya kecil, saya marah dalam hati ketika melihat ibu saya masih mau menolong mereka yang telah menyakiti atau menipunya.
Ketika saya dewasa dan menjadi seorang Kristen, saya baru tahu bahwa Tuhan menghendaki setiap orang untuk selalu berbuat baik dan mengampuni setiap kesalahan orang lain.
Sebelum saya membuat (1) Warta KPI TL, (2) Renungan "Sarapan Pagi Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya" dan (3) blog "pengagumataupengikut.blogspot.com" saya mendapatkan tanda perutusan dari Tuhan.
Pada masa Prapaskah, ibu Yovita menganjurkan agar anggota KPI TL melakukan puasa selama empat puluh hari. Saya belajar berpuasa meskipun hanya sampai tengah hari.
Pertemuan terakhir sebelum Paskah, kotbah ditiadakan, kami hanya melakukan Pujian dan Penyembahan. Tiba-tiba ibu Vira berkata: "Saya melihat tiga bunga turun dari sorga. Satu bunga yang mekar diberikan kepada pak Djoko, satu bunga yang sedang mekar diberikan kepada ibu Suliani dan satu bunga lagi tidak jelas diberikan kepada siapa."
Selesai pertemuan, ibu Vira menceritakan penglihatannya kepada saya: "Kamu menerima bunga itu dengan sikap menyembah." Padahal saya tidak bersikap seperti yang dikatakan ibu Vira.
Pengalaman ini menyadarkan saya untuk tidak menghakimi seseorang. Karena penampilan fisik seseorang bisa berbeda dengan penampilan rohnya di hadapan Tuhan.
Sebelum Tuhan memberikan suatu perutusan, Dia memperbaharui kehidupan dan memberikan damai-Nya yang melampaui segala akal.
Suatu hari saya tertarik datang ke PDKK Petrus. Saya berangkat sendiri ke pertemuan itu. Pak Setiadi mengajak saya untuk ikut rekoleksi di Tumpang minggu depannya.
Saat ibadat sore di sesi salam damai, saya berjabat tangan dengan seorang pria berjubah coklat. Malam harinya saya bertanya pada teman saya: "Para Frater tinggal di mana?" Jawabnya: "Frater-frater hanya ada hari Minggu."
Dengan berjalannya waktu, saya baru tahu bahwa Tuhan Yesus telah berkenan menampakkan diri dan memberikan salam damai-Nya kepada saya.
Inilah awal perubahan dalam hidup saya. Sejak saat itu saya tidak mengingini sesuatu dengan menggebu-gebu seperti dulu, kecuali membeli buku sebagai bahan rujukan untuk membuat sebuah artikel. Bagi saya, yang ada dan bisa dimakan atau layak dipakai cukuplah sudah.
Di suatu pertemuan KPI TL, saya mendengar kotbah Romo Goris. Beliau mengatakan bahwa ada beda antara cinta damai dan pembawa damai.
Dulu, saya seorang yang cinta damai. Jika ada suatu persoalan saya tidak mau terjadi pertengkaran. Jadi, saya diam saja. Sampai suatu hari dada saya terasa sakit, dan saya pergi ke dokter jantung.
Setelah diperiksa dokter, saya tidak diberinya resep obat tetapi beliau tertawa-tawa sambil berkata: "Ini bukan sakit jantung, tetapi karena tegang pikiran saja. Nonton aja biar nggak tegang."
[Kemarahan yang ditekan, ekspresi ‘aduh’ tidak diungkapkan untuk sementara waktu. Ketegangan itu dialihkan pada otot-otot di dalam tubuh. Akhirnya, kita bangun dengan punggung yang kaku atau leher yang sakit, ekspresi ‘aduh’ memperoleh jalan keluarnya].
Jadi, sebelum Tuhan mengutus kita, Dia memberikan damai-Nya yang melampaui segala akal agar kita bisa melakukan tugas perutusan itu dengan tanpa bersungut-sungut.
Sejak saat itu saya tidak mau cinta damai lagi. Saya mau menjadi pembawa damai di mana pun saya berada. Sejak saya berkomitmen, saya dijadikan alat-Nya untuk menjadi pendengar yang baik sehingga orang-orang yang telah dikirimkan-Nya kepada saya memperoleh kelegaan.
Orang Kristen sejati
adalah mereka yang memakai pikiran Kristus,
hidup menurut Roh,
mengasihi Allah dengan segenap hati
dengan berani membayar harga
untuk melakukan kehendak-Nya.
(1 Kor 2:16; Rm 8:5; Gal 5:16-25; Yoh 4:34; Flp 2:7-8)
Kelompok Pendalaman Iman
Theresia Lisieux
Visi : Hidup kudus dan sempurna di hadapan Tuhan.
Misi : 1. Menjadikan Sabda Allah sebagai pedoman hidup sehari-hari 2. Mengambil bagian secara aktif dalam hidup menggereja. 3. Membangun kehidupan rohani dan membuka diri untuk dibentuk Tuhan bersama keluarga. 4. Mencintai Yesus yang ada dalam diri sesama.
Dengan mengangkat Theresia Lisieux sebagai pelindung, KPI TL mau mendapatkan rahmat Tuhan, berkat dan perlindungan-Nya dengan perantaraan Theresia Lisieux.
Teladan semangat hidup Theresia Lisieux, yaitu:
1. Kitab Suci sebagai harta terbesar. Ia menghayati sabda Tuhan dalam kenyataan hidupnya sehari-hari.
2. Ia membangun sebuah keselarasan hidup yang indah dengan sesama, karena hidupnya telah dikuasai oleh Yesus, sang Sabda. Theresia melihat Yesus sendiri hadir dalam lubuk hati sesamanya.
3. Ia menyerahkan dirinya seutuhnya kepada kehendak dan rencana Tuhan sendiri.
4. Ia sadar tak mungkin menjadi ”besar”, maka ia ”menerima diri” apa adanya.
5. Bersamaan dengan itu, ia menemukan sebuah jalan kecil menuju kekudusan dan kesempurnaan di hadapan Allah.
Sebagai anggota KPI TL dituntut untuk meneladan semangat hidup Theresia Lisieux, dengan memberikan kesaksian hidup dan memberikan pengharapan pada setiap orang yang dijumpai.
Komunitas ini adalah Kelompok Pendalaman Iman, maka dalam setiap renungan ada banyak rujukan dari ayat Kitab Suci atau ajaran Gereja. Untuk memudahkan pembaca memahami setiap renungan maka ada banyak tanda-tanda angka atau huruf (123/ABC).
1. Ayat Kitab Suci (Firman Tuhan)
Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Rm 10:17).
Firman itu adalah Allah, Firman itu telah menjadi manusia ... Anak Tunggal Bapa (Yoh 1:1, 14). Firman-Mu adalah kebenaran. Jika kamu mengetahui kebenaran maka kebenaran itu akan memerdekakan kamu (Yoh 17:17; 8:32).
Semua firman Allah adalah murni (Ams 30:5), mengajarkan perkataan sehat yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus (1 Tim 6:3; 2 Tim 1:13) yang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim 3:16-17) untuk pembaharuan di dalam roh dan pikiranmu, sehingga kamu mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat, dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Ef 4:23-24; Ibr 5:14; Rm 12:2; Flp 1:9-11).
Sumber pertama dan terutama untuk mengenali kehendak Allah ialah firman Tuhan (Rm 2:17-18; Mzm 40:9). Namun manusia seringkali mengabaikan firman Tuhan sehingga hidupnya dipenuhi dengan segala kekacauan. Oleh karena itu perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat (Ef 5:15).
Juruselamat kita menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Jadi, Tuhan menghendaki semua orang berbalik dan bertobat (1 Ptr 3:9), supaya setiap orang yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal (Yoh 6:40), diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1 Tim 2:4).
Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Mzm 119:105). Jadi, akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu (Ams 3:6); tanamkanlah firman itu di dalam hatimu sehingga firman itu berkuasa menyelamatkan jiwamu (Yak 1:21).
Kitab Suci ditulis dalam Roh Kudus dan harus dibaca dan ditafsirkan dalam Roh itu juga (DV 12, 3).
Untuk penafsiran Kitab Suci sesuai dengan Roh, yang telah mengilhaminya, Konsili Vatikan II memberikan tiga kriteria:
1. Memperhatikan dengan seksama “isi dan kesatuan seluruh Kitab Suci”
Kitab Suci adalah satu kesatuan atas dasar kesatuan rencana Allah yang pusat dan hatinya adalah Yesus Kristus. Sesudah sengsara-Nya Kitab Suci terbuka, agar mereka yang sekarang memahaminya, dapat mempertimbangkan dan membeda-bedakan, bagaimana nubuat-nubuat harus ditafsirkan (Tomas Aquinas).
2. Membaca Kitab Suci “dalam terang tradisi hidup seluruh Gereja”
Kitab Suci lebih dahulu ditulis di dalam hati Gereja daripada di atas pergamen (kertas dari kulit). Gereja menyimpan dalam tradisinya kenangan yang hidup akan Sabda Allah, dan Roh Kudus memberi kepadanya penafsiran rohani mengenai Kitab Suci … “menurut arti rohani yang dikaruniakan Roh kepada Gereja” (Origenes).
3. Memperhatikan “analogi iman”
Dengan “analogi iman” dimaksudkan hubungan kebenaran-kebenaran iman satu sama lain dan dalam rencana keseluruhan wahyu.
Untuk penafsiran Kitab Suci sesuai dengan Roh, yang telah mengilhaminya, Konsili Vatikan II memberikan tiga kriteria:
1. Memperhatikan dengan seksama “isi dan kesatuan seluruh Kitab Suci”
Kitab Suci adalah satu kesatuan atas dasar kesatuan rencana Allah yang pusat dan hatinya adalah Yesus Kristus. Sesudah sengsara-Nya Kitab Suci terbuka, agar mereka yang sekarang memahaminya, dapat mempertimbangkan dan membeda-bedakan, bagaimana nubuat-nubuat harus ditafsirkan (Tomas Aquinas).
2. Membaca Kitab Suci “dalam terang tradisi hidup seluruh Gereja”
Kitab Suci lebih dahulu ditulis di dalam hati Gereja daripada di atas pergamen (kertas dari kulit). Gereja menyimpan dalam tradisinya kenangan yang hidup akan Sabda Allah, dan Roh Kudus memberi kepadanya penafsiran rohani mengenai Kitab Suci … “menurut arti rohani yang dikaruniakan Roh kepada Gereja” (Origenes).
3. Memperhatikan “analogi iman”
Dengan “analogi iman” dimaksudkan hubungan kebenaran-kebenaran iman satu sama lain dan dalam rencana keseluruhan wahyu.
Kalau membaca Kitab Suci, carilah dan kamu akan menemukan dalam renungan; Kalau berdoa, ketuklah dan bagimu akan dibukakan melalui meditasi (KGK 2654).
Selanjutnya, dengan memperhatikan ketiga hal ini, kita perlu juga memahami yang disebut dengan “Tipologi”, untuk melihat kaitan antara Kitab Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru.
2. Ajaran Gereja (Magisterium)
Gereja didirikan oleh Tuhan Yesus sendiri dan dijiwai oleh Roh Kudus. Ia didirikan untuk mengajar dan membimbing para murid serta untuk menafsirkan firman Tuhan secara otentik, artinya secara tepat dan benar. Oleh sebab itu, dengan menerima ajaran Gereja, kita menerima ajaran Tuhan sendiri. Dengan mengikuti petunjuknya, kita mengikuti petunjuk Allah sendiri (Luk 10:16).
Melalui artikel-artikel yang pernah saya renungkan di Warta KPI TL dan Renungan kecil “Sarapan Pagi Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya”, saya memperoleh hikmat-Nya.
Pengetahuan teologi pada umumnya tidak menambah iman seseorang. Sejak semula Tuhan sudah merancang bahwa makanan utama bagi jiwa manusia adalah rangkaian menu yang ada di dalam firman-Nya.
Membaca Alkitab secara teratur berarti memberi makanan bergizi kepada jiwa, sehingga kesehatan jiwa kita terjaga. Firman Tuhan yang hidup akan mengubah pola pikir kita yang pada umumnya dikuasai oleh kedagingan, sehingga kita lebih memilih hidup dipimpin oleh keinginan Roh.
Jadi, bacalah Alkitab secara apa adanya dan terimalah apa yang dikatakan di dalamnya. Firman Allah adalah obat mujarab yang selalu manjur di dalam setiap situasi dan kondisi yang kita hadapi di dalam setiap kehidupan.
Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah (Mat 4:4; Ul 8:3).
Tuhan menciptakan manusia karena cinta, ia diciptakan menurut citra Allah, dalam mata Allah ia lebih bernilai daripada segala makhluk. Diciptakan dalam keadaan kekudusan, manusia ditentukan supaya "di-ilahi-kan" sepenuhnya oleh Allah dalam kemuliaan.
Tujuan Tuhan menciptakan kita untuk kemuliaan-Nya. Bagi Allah, kemulianan-Nya lebih penting daripada apapun (Rm 11:36 » Segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya; Yes 43:7 » semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan).
Setan "adalah pembunuh manusia sejak semula ... ia pendusta dan asal segala dusta" (Yoh 8:44). Dialah "si ular tua yang bernama iblis, yang menyesatkan seluruh dunia" (Why 12:9). Melalui dia dosa dan kematian masuk ke dalam dunia.
Digoda oleh setan, manusia membiarkan kepercayaan akan Penciptanya mati (Kej 3:1-11) di dalam hatinya, menyalah-gunakan kebebasannya dan tidak mematuhi perintah Allah. Di situlah terletak dosa pertama manusia (Rm 5:19).
Akibatnya kehilangan rahmat kekudusan asli (Rm 3:23), keselarasan yang mereka miliki berkat keadilan asli, sudah rusak; kekuasaan kemampuan-kemampuan rohani dari jiwa atas badan, sudah dipatahkan (Kej 3:7); kesatuan antara pria dan wanita mengalami ketegangan (Kej 3:11-13); hubungan mereka ditandai dengan keinginan dan nafsu untuk berkuasa. Juga keselarasan dengan ciptaan rusak: ciptaan kelihatan menjadi asing dan bermusuhan dengan manusia (Kej 3:17.19).
Manusia kehilangan kekudusan asli, namun kodrat manusiawi tidak rusak sama sekali, tetapi hanya dilukai dalam kekuatan alaminya. Ia takluk kepada kelemahan pikiran, kesengsaraan dan kekuasaan maut dan condong kepada dosa; kecondongan kepada yang jahat ini dinamakan "concupiscentia". Maut memasuki sejarah umat manusia (Rm 5:12). Dosa merupakan kematian jiwa. Sesudah itu tiap dosa merupakan ketidak-taatan kepada Allah dan kekurangan kepercayaan akan kebaikan-Nya.
Sesudah jatuh, manusia tidak dibiarkan Allah. Sebaliknya, Allah memanggil dia (Kej 3:9) dan memberitahukan kepadanya atas cara yang penuh rahasia (Kej. 3:15). Allah sebegitu prihatin dengan keselamatannya sehingga Ia tidak menyayangi Putera-Nya yang tunggal untuk dia.
Tuhan adalah pribadi yang memegang “rule of the game”, Dia mempunyai keadilan yang luar biasa, yang berjalan dalam aturan ilahi yang sangat ajaib.
Dia kirimkan Anak-Nya yang tunggal untuk merampas segala kunci maut dan kunci kerajaan maut (Why 1:18). Sekarang semua itu bukan milik Setan lagi, tapi sudah menjadi milik Yesus, kemudian hak itu diberikan-Nya kepada Gereja-Nya.
Oleh karena penebusan Yesus yang luar biasa ini, maka sejak itu ada satu Hukum Roh Kehidupan (The law of the spirit of life; Rm 8:1-2 - istilah “Roh yang memberi hidup” kurang tepat terjemahannya). Hukum ini memerdekakan kita dari hukum dosa dan hukum maut.
Tetapi Setan tidak mau taat hukum, katanya: “Kalau ada manusia yang tidak mengerti kebenaran ini, maka aku akan tetap memiliki hakku.”
Secara legal Iblis sudah dikalahkan, tetapi dia tidak mau menyerahkan hak kita, dia selalu mendakwa/menuduh kita (Why 12:10) ... akhirnya terjadilah peperangan rohani.
Pada saat Yesus menerima kematian dengan sukarela guna memberikan kehidupan-Nya kepada kita, kemenangan diperoleh atas "penguasa dunia" (Yoh 14:30) satu kali untuk selama-lamanya. Itulah pengadilan atas dunia ini, dan penguasa dunia ini "dilemparkan ke luar" (Yoh 12:31).
Dia kirimkan Anak-Nya yang tunggal untuk merampas segala kunci maut dan kunci kerajaan maut (Why 1:18). Sekarang semua itu bukan milik Setan lagi, tapi sudah menjadi milik Yesus, kemudian hak itu diberikan-Nya kepada Gereja-Nya.
Oleh karena penebusan Yesus yang luar biasa ini, maka sejak itu ada satu Hukum Roh Kehidupan (The law of the spirit of life; Rm 8:1-2 - istilah “Roh yang memberi hidup” kurang tepat terjemahannya). Hukum ini memerdekakan kita dari hukum dosa dan hukum maut.
Tetapi Setan tidak mau taat hukum, katanya: “Kalau ada manusia yang tidak mengerti kebenaran ini, maka aku akan tetap memiliki hakku.”
Secara legal Iblis sudah dikalahkan, tetapi dia tidak mau menyerahkan hak kita, dia selalu mendakwa/menuduh kita (Why 12:10) ... akhirnya terjadilah peperangan rohani.
Pada saat Yesus menerima kematian dengan sukarela guna memberikan kehidupan-Nya kepada kita, kemenangan diperoleh atas "penguasa dunia" (Yoh 14:30) satu kali untuk selama-lamanya. Itulah pengadilan atas dunia ini, dan penguasa dunia ini "dilemparkan ke luar" (Yoh 12:31).
Pembaptisan memberikan kehidupan rahmat Kristus, ia menghapus dosa asal dan mengarahkan manusia kepada Allah lagi (KGK 1279 » manusia menjadi anak angkat Allah), tetapi akibat untuk kodrat, yang sudah diperlemah tinggal dalam manusia dan mengharuskan dia untuk berjuang secara rohani.
Pada mulanya Allah menciptakan manusia roh (Kej 2:7), yang memiliki jiwa (roh menguasai jiwa). Sejak manusia jatuh ke dalam dosa (Kej 3), maka rohnya mati (jiwa menguasai roh). Ketika jiwa menguasai roh kita, maka kita tidak bisa mendengar suara Tuhan di dalam kehidupan.
Misalnya: kita ingin membaca Kitab Suci, tetapi tidak jadi karena malas. Hal ini terjadi karena kita jarang memberi makan pada roh kita, maka jiwa kita kekurangan gizi.
Berkat penebusan Kristus, maka roh manusia itu didamaikan kembali dengan Allah. Kita adalah manusia roh yang memiliki jiwa dan tinggal di dalam tubuh.
Firman Tuhan adalah makanan bagi roh, dan juga makanan bergizi bagi jiwa. Jika jiwa kita sehat, maka tubuh kita juga akan sehat. Jika tubuh kita rusak, maka kita akan meninggal.
Tubuh kita terdiri dari 3 unsur yang menyatu, tidak bisa dipisahkan. Ketiga unsur itu membutuhkan makanan.
1. Roh - makan lewat mata (membaca) dan telinga (mendengar). Karena manusia berasal dari Roh Allah (Kej 2:7), maka rohnya hanya bisa makan yang berasal dari Allah, yaitu firman Allah.
Kotbah hanyalah penjelasan firman Tuhan agarjiwa kita mengerti kebenaran yang berasal dari Allah. Roh sifatnya kekal, tidak bisa mati.
2. Jiwa (pikiran, perasaan dan kehendak; hati unsur dari jiwa) - makan lewat mata dan telinga.
Apa saja yang dilihat dan didengar sejak bangun tidur sampai tidur lagi, begitulah diri kita karena jiwa menggerakkan tubuh. Porsi yang paling banyak kita beri makanan adalah jiwa.
Mata kita ibarat jendela. Melalui jendela ini, baik Kristus maupun dunia dapat masuk menerobos ke dalam hati kita (Mother Teresa)
Televisi adalah jendela atau pintu yang kita buka untuk masuknya setan dan neraka. Akan tetapi, kalau kita membaca buku rohani, terlebih lagi tentang Misa Suci, kita bergaul bukan hanya dengan para malaikat dan orang kudus, melainkan dengan Tuhan Yesus sendiri (St. Padre Pio)
3. Tubuh - makan lewat mulut. Misalnya: nasi, bakpao dll. Tubuh sifatnya tidak kekal, pasti mati.
Sejak dibaptis ada peperangan rohani dalam kehidupan kita. Karena kita milik Kristus Yesus, kita harus berjuang menaklukkan dosa kita (Gal 5:24 » menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya,) dengan cara memisahkan diri dari dunia (2 Kor 6:17-18; 1 Yoh 2:16 » semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa).
Berkat menerima katekese, diterangi Roh (KGK 1216) maka pada saat berdoa dan memeriksa batin dengan merenungkan perbuatan kita, kita akan disadarkan bahwa betapa besar kasih Allah kepada kita, dan betapa banyak dosa yang telah kita perbuat melawan Dia.
Ketika kita berdoa, Allah akan terus-menerus memasukkan spirit-Nya sehingga kita mempunyai keinginan seperti apa yang dikehendaki-Nya (Mzm 80:19; Flp 2:13; Rm 8:26-27). Ketika kita menerima kehendak Allah dalam setiap aspek kehidupan kita, kita menemukan bahwa Allah memberikan kita kekuatan, keberanian, dan martabat yang bergema sampai ke sorga (Mother Angelica).
Dosa-dosa kita dahulu dapat berguna bagi pengudusan kita. karena dengan mengingatnya kita dapat menjadi lebih rendah hati dan lebih berterima-kasih atas belaskasih Allah yang begitu besar pada kita meskipun seringkali kita menyakiti-Nya. Di saat itulah kita menyadari bahwa kita hanyalah ciptaan, tidak bisa melakukan apa-apa di luar rahmat Tuhan (Yoh 15:8).
Melalui komunitas, kita dapat bertahan melawan tipu muslihat iblis (Ef 6:11) karena kita mengenal semua senjata perlengkapan Allah (Ef 6:14-17).
Keinginan Roh akan membawa kita menghasilkan buah Roh (KGK 1832 » 1. Kasih 2. Sukacita 3. Damai sejahtera 4. Kesabaran 5. Kemurahan 6. Kebaikan 7. Kesetiaan 8. Kelemahlembutan 9. Penguasaan diri 10. Kerendahan Hati 11. Kesederhanaan 12. Kemurnian)
Orang yang menghidupi buah Roh tentu akan hidup dalam kesehatan yang prima karena jiwa yang kuat menghasilkan tubuh yang sehat.
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, maka Allah menyiapkan jiwa kita agar pantas menjadi Bait/Kenisah Roh Kudus, dengan cara memberikan malaikat pelindung pada setiap orang beriman, ia mendampingi kita sebagai pelindung dan gembala sejak kita dilahirkan sampai kita menghadap Bapa di sorga (Kel 33:2; 23:20; Ibr 3:10; Kis 19:9).
Malaikat tidak memberi penyesalan kepada jiwa, tetapi menunjukkan sumber penyesalan itu (St. Bonaventura). Akhirnya ... kita akan merasa mual melihat diri kita sendiri karena kesalahan-kesalahan kita dan perbuatan-perbuatan kita yang keji (Yeh 36:31).
Berkat bimbingan Roh Kudus, kita disadarkan bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah. Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah (Yak 4:4).
Janji Tuhan jika kita berjalan sesuai dengan kecepatan-Nya (tidak berjalan lebih cepat atau ketinggalan di belakang tetapi kita tinggal dekat dengan-Nya).
Dalam segala kesesakan, Aku sendiri hendak membimbing engkau dan memberikan ketenteraman kepadamu. Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya. Ia mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala. (Kel 33:14; Yes 63:9)
Sejak dari kandungan ... sampai masa tuamu Aku tetap Dia ... Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu (Yes 46:3-4).
Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku. Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau. Sebab Akulah Tuhan, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu (Yes 43:1-3).
Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya ... kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu (Yeh 36:26-28)
Oleh karena itu berjalanlah bersama Tuhan sesuai dengan waktu-Nya, janganlah mendikte Tuhan ketika kita masuk dalam berbagai-bagai pencobaan. Karena maksud dari pencobaan itu untuk membuktikan kemurnian iman kita (1 Ptr 1:6-7). Sadarilah bahwa kita seperti tanah liat di tangan tukang periuk, kita akan dibentuk-Nya menjadi bejana yang indah sesuai dengan kehendak-Nya (Yer 18:4-6).
Percayalah pada Sang Pencipta, Dia mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Nya mengenai kita, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepada kita hari depan yang penuh harapan (Yer 29:11).
Dengan adanya sarana blog ini, saya sungguh bersyukur karena bisa mengumpulkan ajaran Gereja dan ayat-ayat Kitab Suci sehingga memudahkan saya mencarinya dan sarana ini bisa juga menjadi berkat bagi sahabat-sahabat Yesus di luar komunitas saya.
Sahabat-sahabat Yesus yang terkasih, doakan saya ya ... agar diberi kesehatan, waktu, dan hikmat-Nya sehingga misi yang telah diberikan Tuhan ini dapat segera memberkati sahabat-sahabat Yesus yang lainnya.
Marilah kita menyebarkan iman Katolik kita agar dunia mengetahui kebenaran firman-Nya sehingga semakin banyak orang yang mengikuti jalan-Nya dan mereka juga memperoleh keselamatan.