Di kisahkan, adalah seorang tua yang bijak bertemu dengan dua orang musafir. Musafir yang pertama sangat rakus, serakah, tamak dan loba. Sedangkan musafir yang ke dua adalah seorang pengiri dengki dan selalu tidak senang jika melihat orang memiliki sesuatu yang lebih darinya.
Seorang bijak berkata kepada kedua musafir ini: “Aku ingin memberikan sesuatu kepada kalian berdua. Siapa yang minta pertamakali, maka apapun keinginannya pasti akan dikabulkan. Dan orang lainnya akan menerima dua kali lipat dari apa yang diperoleh orang pertama.”
Musafir pengiri berpikir, jika ia sebutkan permintaannya, maka ia akan rugi karena temannya akan lebih untung daripadanya. Kemudian ia berpikir cepat, bagaimana agar temannya menderita kerugian lebih banyak darinya.
“Aku minta mataku buta satu”, jawab musafir pengiri dengan tegas. Dan apa yang dimintanya segera terjadi, matanya jadi buta satu dan temannya buta keduanya.
Begitulah akhir hidup orang yang serakah dan pengiri, kedua-duanya tidak pernah terbayangkan olehnya sebelumnya.
Orang serakah dan kejam selalu melihat siapapun sebagai ancaman atas dirinya karena hatinya dipenuhi oleh kuasa kegelapan.
Bagaimanakah dengan hati anda?
(Warta No. 07/XI/2004: Sumber: Mansor ...)
Karena serakah … hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda (2 Ptr 2:3).
Iri hati karena tidak mencapai tujuan (Yak 4:2).
Di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat (Yak 3:16).
Perasaan iri hati, bukanlah hikmat yang berasal dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu-nafsu manusia, dari setan-setan (Yak 3:14-15).