Pengampunan dari Tuhan membutuhkan dua elemen penting:
1. Dosa yang diampuni.
2. Seseorang yang mau mengampuni.
Disini Yesuslah yang menjadi pengantara bagi kita di hadapan Bapa (1 Yoh 2:1) – membantu kita menyatakan kasih-Nya kepada kita semua. Tidak ada satu dosapun yang tidak dapat diampuni-Nya jika kita benar-benar bertobat. Begitu kita menerima rahmat pengampunan dari-Nya, Ia akan memulihkan hidup kita dan memberi pengharapan baru yaitu keselamatan kekal.
Walaupun demikian kita sering gagal dalam hal satu ini. Kita sering merasa puas jika melihat orang yang bersalah kepada kita menderita. Dendam ini akan menimbulkan berbagai masalah, baik emosional, spiritual, maupun fisik.
Akibat dari roh dendam:
1. Terjadinya ikatan emosional yang negatif terhadap orang yang kita benci. Kita akan merasa semakin pahit, mudah tersinggung, marah, frustasi.
2. Hubungan dengan orang lain hancur. Ketika kita menolak mengampuni, kita sudah membangun sebuah tembok yang menyulitkan kita untuk mengasihi dan dikasihi orang lain.
3. Persekutuan dengan Allah rusak. Sikap tidak mau mengampuni membangun tembok-tembok emosi dan menutup aliran sukacita, kasih dan berkat-berkat lain dari Allah.
4. Munculnya kelemahan fisik. Kepahitan dan kegeraman akan mempunyai akibat buruk terhadap tubuh kita – insomnia, depresi, jantung, menurunnya produktivitas kerja.
Pengampunan akan membebaskan kita dari segala masalah di atas sehingga kita dapat menikmati hidup yang melampaui ikatan emosional yang membelenggu. Dengan adanya pengampunan di dalam hidup kita, maka kasih karunia Allah selalu mewarnai perjalanan hidup kita.
(Warta KPI TL No. 07/XI/2004; Sumber: Makna Pengampunan, HDR Juli-Agustus 2004).