Pages

Kamis, 11 Juni 2020

Musibah yang membawa berkat

Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh (Yoh 15:5-11). 


Di akhir bulan Maret, ada kerinduan di hati saya untuk memberikan hadiah yang terbaik untuk ulang tahun, anak pertama saya. Lalu saya menanyakan pada istri saya apa yang kira-kira dibutuhkan. Dia menjawab: “Sepatu.” 

Sesudah itu saya berselancar di online untuk mencari sepatu. Saya menemukan sepatu yang saya inginkan, namun saya memikirkan selama dua hari untuk memutuskan membelinya karena saat itu keadaan ekonomi saya benar-benar terpuruk akibat dari Covid-19. Jadi, sekarang, jika menginginkan segala sesuatu harus difilter terlebih dahulu harganya sebelum memutuskan. Kalau dulu, hendak membeli bukan hanya melihat modelnya saja, tapi juga mereknya. 

Sebelum memutuskan itu, saya berdoa: “Tuhan, saya punya keinginan untuk memberikan hadiah ulang yang terbaik buat anak saya yang pertama. Jika Engkau berkenan, saya akan membelinya.” Saya juga berunding dengan istri saya mengenai keinginan saya untuk membeli dua sepatu memakai kartu kredit, satu untuk anak pertama dan satunya lagi untuk anak ke dua. Istri saya pun menyerahkan keputusan tersebut kepada saya. 

Suatu hari mobil yang saya kendarai ditabrak oleh sebuah truk. Kami sepakat untuk membawa masalah itu ke kantor polisi. Sesampainya di sana, kami dianjurkan untuk berdamai. Akhirnya kami berdua ke bengkel untuk memperbaiki mobil yang rusak tersebut. Karena kerusakannya agak berat, maka biaya perbaikannya cukup besar. Si penabrak mau bertanggung jawab dan dia hanya mampu membayar 950 ribu, maklumlah dia hanya seorang sopir bukan pemilik truk tersebut. Semua masalah ini saya ceritakan sejujur-jujurnya pada pemimpin perusahaan di tempat saya bekerja, bahkan tentang uang dari si penabrak itu juga saya serahkan padanya. 

Dua minggu kemudian, saya dipanggil oleh bagian transportasi di kantor, katanya: “Mobil ini masih dalam tanggungan asuransi. Jadi kita hanya membayar 300 ribu untuk membayar biaya resiko sendiri. Oleh karena penabrak membayar kamu sebesar 950 ribu, maka sisanya adalah berkat buat kamu.” 

Di sinilah saya melihat kemurahan Tuhan yang luar biasa, uang sisa hasil ganti rugi tersebut dapat untuk membayar kartu kredit sepatu anak saya yang habis 450 ribu, bahkan masih ada sisanya, yaitu: 200 ribu. 

Melalui peristiwa ini saya sungguh sangat bersyukur karena sejak kecil saya di-didik oleh ibu saya untuk selalu melibatkan Tuhan dalam segala sesuatu yang akan saya jalani dalam kehidupan ini. 

Tuhan tidak jauh dari kita, Ia ada di samping kita untuk menjaga kita, Ia selalu ada dalam setiap helaan nafas kehidupan kita. Asal kita selalu berharap dan mengandalkan-Nya

Pada tahun 2009, saat saya mulai bekerja, Tuhan mulai menarik hati saya untuk mengenal-Nya. Sejak saat itu saya merasa sangat beruntung karena benih ilahi telah ditanamkan ibu saya sejak kecil. Saya sungguh bersyukur, para malaikat melindungi saya, Roh Kudus juga terus-menerus menarik jiwa saya, hidup saya diarahkan kembali kepada Allah sehingga hidup saya selaras dengan firman-Nya. 

Bahkan saya juga dimampukan oleh-Nya untuk berani bersikap sejujur-jujurnya tentang keadaan saya pada keluarga saya. Jadi, saat berada dalam keadaan terpuruk, baik ibu maupun kakak saya adalah pendoa bagi saya. Melalui dukungan doa mereka, saya beroleh kekuatan dalam menjalani kehidupan. 

Terlebih lagi sejak tahun 2017, saya ditarik-Nya lebih dan lebih dalam lagi untuk mengenal-Nya. Melalui pertobatan ini, saya berjuang hidup melekat pada-Nya sehingga dalam keadaan terpuruk saya dimampukan oleh-Nya untuk tetap bangkit dan tetap dapat bersukacita meskipun menghadapi kehidupan yang berat ini. 

(Sumber: GPM, Bertibole).