Martha Louise Robin hanya memakan Ekaristi selama lebih dari 50 tahun. Dia membuktikan bahwa adalah mungkin untuk hidup hanya dengan kasih.
Martha Robin lahir pada 13 Maret 1902, di Drome, Prancis. Dia adalah anak keenam dan terakhir dari pasangan Joseph dan Amelie-Celestine Robin, yang merupakan seorang petani. Orang tuanya pekerja keras dan bisa dianggap kelas menengah di masa sekarang.
Ibu dan ayahnya seorang Katolik tetapi tidak menghadiri misa di gereja. Ini memengaruhi iman anak-anak mereka yang lain tetapi tidak memengaruhi Martha. Dia tertarik kepada Tuhan dan berdoa sendiri pada usia yang sangat dini.
Penyakit menyerang Martha di tahun kedua kehidupannya. Dia dan saudara perempuannya, Clemence, keduanya terserang demam penyakit Tifus. Clemence tidak selamat. Martha memang hidup tetapi lemah dan mulai melemah sejak saat itu. Dia meninggalkan sekolah pada usia 13 tahun untuk membantu pertanian keluarga.
Namun, ia menghadiri kelas-kelas katekismusnya (menjadi katekumen) dan dibaptis pada tahun 1911. Ia menerima Komuni Suci pertamanya pada 15 Agustus 1912.
Pada usia 16 tahun (tahun 1918) ia jatuh sakit yang membuatnya coma selama 20 bulan. Setelah ia sadar, penyakitnya tidaklah membaik, malahan memburuk, yang membuatnya tidak dapat menggerakkan kakinya. Pada tanggal 2 Januari 1929 sampai wafatnya 6 Feb 1981, ia lumpuh, tidak dapat menggerakkan kaki, lengan, bahu dan tenggorokannya, sehingga ia tidak dapat menelan, tidak dapat makan dan minum.
Martha tinggal di rumah di kamar gelap karena hipersensitivitasnya terhadap cahaya. Pada awalnya dia masih bisa menggunakan ibu jari dan telunjuknya dan bisa menggunakan rosario. Akhirnya dia kehilangan kemampuan untuk melakukan hal itu.
Yang bisa dia lakukan hanyalah menggerakkan kepalanya. Dia tidak bisa lagi makan atau bahkan menelan air. Dokter mencoba untuk memasukkan air tetapi itu akan keluar lubang hidungnya. Namun, ada satu hal yang bisa dan akan dia konsumsi. Itu adalah EKARISTI KUDUS.
Pada awal sakitnya, Martha dikunjungi oleh Bunda Maria yang sangat menghiburnya. Suatu saat selama tahun 1928 (usia 26 tahun), Kristus sendiri menampakkan diri kepadanya dan penampakan ini mengubah dirinya selamanya. Saat itulah dia memutuskan untuk "mempersembahkan dirinya sepenuhnya kepada Tuhan" dan "menawarkan penderitaannya dalam persatuan dengan-Nya dengan doa dan cinta." Dia menjadi lebih fokus pada Penderitaan Kristus sambil menjadi sangat dekat dengan Bunda Maria.
Sejak 1930-an dan seterusnya, satu-satunya makanan Martha adalah Kristus dalam Ekaristi. Tidak ada makanan atau air yang akan melewati bibirnya.
Pada hari Jumat, ketika dia menerima Komuni Suci, dia "menghidupkan kembali" Sengsara Kristus. Pada awalnya itu secara rohani tetapi kemudian menjadi fisik.
Pada diri Martha mulai tampak STIGMATA. Tuhan telah memasukkannya di antara orang-orang pilihan seperti St. Francis, St. Catherine dari Siena dan St. Padre Pio.
Ketika triduum Penderitaan Tuhan kita, Kematian dan Kebangkitan juga terjadi di dalam diri Martha, darah yang segar keluar pada hari Jumat, kering pada hari Sabtu dan hilang pada hari Minggu. Memang, Martha Robin mengalami Ekaristi Kudus dengan cara yang luar biasa. Ini akan menjadi hidupnya sampai dia meninggal pada 1981, periode 51 tahun.
Selama sakitnya itu, kondisinya ini kemudian diperiksa oleh dokter, seorang profesor dari fakultas kedokteran di Lyons, Dr Jan Dechaume, da Dr. Andre Ricard. Adalah suatu misteri tersendiri bahwa Martha Robin ini dapat hidup tanpa makanan selama 50 tahun, kecuali dari Ekaristi.
Suatu hari seorang FILSUF ATHEIS dan dokter bernama Paul Louis Chouchoud mengunjunginya, untuk memeriksanya. Gereja Katolik tidak menghalanginya, dan Dr. Chouchoud mendapat ijin dari uskup setempat untuk menyelidiki keadaan Martha Robin.
Dr. Chouchoud mengkonfirmasi bahwa Martha mengalami lumpuh/ paralysis total sehingga ia bahkan tidak dapat menelan air walaupun hanya setetes saja. Yang ajaib adalah, apa yang dituliskan oleh Chouchoud, pada saat Martha menerima Komuni kudus. Dia tidak dapat menelan ‘Hosti’ tersebut, sebab otot tenggorakannya tidak dapat bergerak. Namun Hosti itu lewat secara misterius melalui bibirnya yang tertutup dan menuju saluran kerongkongannya. Martha tidak dapat makan makanan atau minuman duniawi apapun, karena ketidakmampuannya menelan dan membuka mulutnya, namun ia tidak dapat hidup tanpa Ekaristi.
Mereka dalam komunitas sains, mengungkapkan keheranan mereka bahwa sejak masa kelumpuhan totalnya tahun 1929 sampai wafatnya tahun 1981 selama lebih dari 50 tahun, Martha tidak makan dan minum (dan tidak tidur juga), namun organ dalam tubuhnya masih dapat berfungsi. Ekaristi merupakan satu- satunya makanan yang menguatkan bagi Martha.
Dengan mujizat ini Yesus ingin menunjukkan kekuatan Ekaristi yang luar biasa, jika diterima dengan iman yang dalam dan teguh. Keadaan yang dialami oleh Martha ini menggenapi apa yang dikatakan oleh Yesus dalam Injil Yohanes, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.” (Yoh 6:53-54).
Meskipun Martha tidak pernah lulus sekolah dasar, ia dapat menasihati banyak orang yang mengunjunginya dengan kata-kata bijak. Dia memiliki rasa kasih yang meluap-luap dan memiliki ingatan yang luar biasa.
Selama masa hidupnya diperkirakan lebih dari 100.000 orang mengunjunginya dan menerima bimbingan darinya. Dia menghormati ribuan permintaan doa dan pengaruhnya mencapai jauh melampaui kamar kecilnya.
Paus Fransiskus menyatakan Martha Robin "Yang dihormati" 7 November 2014. Hari ini rata-rata 40.000 orang berkunjung dan berdoa di rumah di mana Yang Dihormati Martha tinggal dan mati.
Martha dikutip mengatakan, “I want to cry out to those who ask me if I eat, that I eat more than them, for I am fed by the Eucharist of the blood and flesh of Jesus. I would like to tell them that it is they who arrest and block the effects of this food in themselves.”
Demikianlah kisah Martha Robin, yang merupakan salah satu dari kisah mujizat Ekaristi. Gereja Katolik tidak pernah melarang diperiksanya keadaan atau bukti- bukti yang menunjukkan tentang keajaiban Ekaristi.
Sebab jika itu rekayasa, akan terlihat dengan sendirinya, namun jika itu fakta, maka juga akan bersinar dengan nyata. Prinsipnya Gereja Katolik tidak menghalang- halangi pemeriksaan apapun, karena percaya bahwa "Truth will speak for itself".
Memang bagi orang yang sudah percaya, mujizat-mujizat tidaklah penting; namun bagi orang yang memutuskan untuk tidak percaya, bahkan mujizat yang terbesar sekalipun tidak akan pernah cukup. Jadi akhirnya terpulang pada kita masing- masing bagaimana kita menyikapinya, sebab Tuhan juga tidak pernah memaksa.
Semoga kita yang sudah percaya akan kehadiran Yesus dalam Ekaristi, dibimbing oleh Roh Kudus sehingga kita dapat semakin menghayatinya. Semoga setiap kali kita menyambut Ekaristi, kita dapat juga menyebutkan doa ini, yang diucapkan oleh Martha Robin,
"Tuhan ada di dalamku, betapa dalamnya misteri ini!… O Yesus, semoga suatu saat nanti kasih-Mu menyalakan aku, bukan karena hasil usahaku, tetapi karena rahmat-Mu. Tuhan, jika Engkau memberikan damai sejahtera dan kebahagiaan semacam ini di dunia, bagaimanakah indahnya nanti kebahagiaan di surga?"