Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Minggu, 6 Mei 2018: Minggu Paskah VI - Tahun B/II (Putih)
Bacaan: Kis 10:25-26, 34-35, 44-48; Mzm 98:1, 2-3ab, 3cd-4; 1 Yoh 4:7-10; Yoh 15:9-17
Senin, 14 Mei 2018: Pesta St. Matias, Rasul - Tahun B/II (Merah)
Bacaan: Kis 1:15-17, 20-26; Mzm 113:1-2, 3-4, 5-6, 7-8; Yoh 15:9-17
"Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. (*) Jikalau kamu menuruti perintah-ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.
Inilah perintah-ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.
Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain."
Renungan
1. Didalam kasih ada sukacita
Yesus bukan hanya mengasihi, tetapi Dia adalah “Sang Kasih” itu sendiri. Di dalam Dia, Bapa menunjukkan perhatian-Nya kepada semua manusia tanpa terkecuali. Bahkan orang-orang berdosa pun tidak luput dari sentuhan kasih-Nya. Pengampunan ditawarkan kepada semua yang bersedia untuk bertobat.
Dunia menawarkan kebahagiaan menurut versinya sendiri yang sifatnya sementara namun ternyata ujungnya maut. Kesenangan duniawi cenderung berpusat pada ego pribadi. Kebahagiaan semacam ini bukanlah solusi untuk sukacita sejati dalam hidup kita.
Tuhan rindu memberikan yang terbaik untuk kita. Sukacita yang tidak tergantung dari situasi diri kita, namun sukacita karena Yesus sendiri yang memberikan kita segala kemampuan, jalan keluar dan hasil yang terbaik dari setiap masalah yang kita alami. Syaratnya tidaklah sulit yakni tinggal dalam kasih Yesus dan menuruti segala perintah-Nya.
Didalam kasih ada sukacita dan sukacita itu akan menjadi penuh jika kita tinggal dalam cinta kasih Yesus dan Bapa. Bagi dunia yang sedang dibelit oleh individualisme, pewartaan kristiani tentang cinta kasih menghadapi tantangan berat, tetapi sekaligus juga amat relevan. Kalau mau jujur, setiap manusia di lubuk hatinya mendambakan cinta kasih dari Allah maupun sesamanya.
2. Buah kasih adalah sukacita
(*) Saat kita mengikuti apa yang Tuhan ajarkan maka sukacita kita pun menjadi penuh. Mengikuti dan menjalankan apa yang diperintahkan Tuhan, hal itu sama artinya kita mau menjaga relasi kita dengan Tuhan.
Selama kita mempunyai relasi yang baik dengan Tuhan, tinggal dalam kasih-Nya, maka hidup kita pun akan tenang, akan penuh dengan kebaikan dan sukacita. Karena ketenangan, kebaikan dan sukacita adalah buah dari kasih.
Setiap kebaikan dan sukacita tidak akan pernah berhenti pada diri kita sendiri, karena sukacita dan kebaikan pada dasarnya adalah pemberian dari Tuhan. Sudah layak dan sepantasnya bila kita pun mau membagikan kebaikan dan sukacita kepada sesama kita.
Jika kita terpancing untuk tidak mau berbagi kebaikan dan sukacita, maka kita pun tahu bahwa bukan Tuhan yang berkarya dalam diri kita, namun egoisme kita.
Marilah kita selalu tinggal dalam kasih Tuhan dan melakukan apa yang diperintahkan-Nya kepada kita agar sukacita kita penuh dalam hidup ini.