Meskipun sudah berusia lanjut, nenek masih tetap mengirim makanan ke paroki bahkan suka berbagi botok alur ke tetangga. Beliau suka naik becak mengunjungi rumah teman-temannya, bahkan yang berada di panti jompo pun dikunjunginya.
Meskipun sudah berusia sembilan puluh lima tahun, beliau tetap merawat wajahnya dan menata rambutnya sendiri. Suatu hari, sesudah memakai make up dan mengeset rambutnya, beliau terjatuh dan kepalanya mengalami pendarahan. Kami membawanya ke Rumah Sakit, namun keesokan harinya beliau meninggal.
Sebagai cucunya, saya percaya bahwa nenek saya tahu tujuan hidupnya. Oleh karena itu beliau selalu tinggal di dalam Kristus sehingga mempunyai suatu kekuatan yang luar biasa dalam hidup ini.
Marilah kita belajar dari Yoh 15:1-16:
"Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang (1A) tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang (2A) berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah (2C) bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.
Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu (1B) tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa (3B) tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.
(4B) Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."
"Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu (3A) menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.
Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.
(4A) Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.
Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi (2B) Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, (4C) supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.
» (1AB, 2A) Kita masuk kategori yang mana? (2BC) Sesungguhnya, pembaptisan membersihkan kita dari semua dosa (ketika menerima Sakramen Baptis). Tritunggal Mahakudus menganugerahkan rahmat pengudusan, rahmat pembenaran, yang menyanggupkan percaya kepada Allah, berharap kepada-Nya, dan mencintai-Nya; hidup dan bekerja di bawah dorongan Roh Kudus; bertumbuh dalam kebaikan (KGK 1265-1266).
(3AB) Seringkali kita mengira dengan “mengikuti Kristus” maka segala masalah, baik itu masalah keluarga, keuangan atau sakit penyakit akan terbebas dengan sendirinya oleh karena Kristus. Tidak!
Yang dimaksud dalam perikop ini adalah adanya “relasi” dengan Kristus (tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia), maka kita akan terhubung dengan Kristus secara terus-menerus seperti “colokan listrik” pada alat-alat elektronik sehingga dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.
Allah adalah kasih (1 Yoh 4:8, 16). Ketika kita tinggal dalam kasih-Nya, maka karakter Kristus akan tertrasfer kepada kita sehingga hidup kita menghasilkan buah Roh (KGK 1832: 1. Kasih 2. Sukacita 3. Damai sejahtera 4. Kesabaran 5. Kemurahan 6. Kebaikan 7. Kesetiaan 8. Kelemahlembutan 9. Penguasaan diri 10. Kerendahan Hati 11. Kesederhanaan 12. Kemurnian).
Oleh karena itu kita harus berusaha untuk menambahkan kepada iman: 1. kebajikan (menggenapi rancangan Tuhan untuk hidup dengan menjunjung tinggi nilai-nilai moral) 2. pengetahuan (mempelajari firman Tuhan untuk memperoleh hikmat guna melawan kepalsuan) 3. penguasaan diri (mengagungkan Tuhan begitu rupa, sehingga kita memilih untuk berperilaku saleh) 4. ketekunan (memiliki sikap penuh pengharapan, bahkan di masa-masa yang sulit, karena kita percaya pada sifat Tuhan) 5. kesalehan (menghormati Tuhan di setiap hubungan dengan sesama dalam hidup kita) 6. kasih akan saudara-saudara (menunjukkan perhatian yang hangat terhadap saudara seiman), dan (7) kasih akan semua orang (rela berkorban demi kebaikan sesama) (2 Ptr 1: 5-7) sehingga kita bisa menjadi “surat Kristus” di dalam hati manusia (2 Kor 3:3). Maksudnya, kita bisa mengasihi sesama kita, menjadi Kristus kecil, yang memberi pengaruh positif pada sesama kita.
Ada seorang gadis (X) yang diajak pacarnya (Y) untuk berhubungan intim. Karena sangat mencintai pacarnya, maka X menyetujuinya. X tidak menyangka kalau Y lagi bertaruh hanya untuk membuktikan bahwa betapa hebatnya dia di muka teman-temannya, telah berhasil merebut hati dan keperawanannya. Ketika video hubungan mereka tersebar luas, X sangat depresi, dia malu untuk kuliah dan ada juga keinginan untuk bunuh diri.
X mempunyai dua sahabat A dan B. A dengan setia membawanya ke dokter untuk mengobati depresinya. Kadangkala peristiwa itu dapat dilupakan, kadangkala tidak. Jika teringat peristiwa itu, X ingin bunuh diri dengan cara minum semua obat dokter.
B mengajak X pindah kost. Ketika B tidak ada kegiatan kuliah, dia menemaninya, mengajaknya berbincang-bincang, makan bersama, mengingatkan mandi dll. Ketika liburan semesteran, B mengajak X untuk pindah kost ke luar kota agar X memulai hidup baru lagi di kota yang tidak ada seorang pun yang mengetahui masa lalunya. Setiap liburan B mengunjungi X. Dengan berjalannya waktu, masa gelap itu dapat dilupakan dan X memperoleh hidupnya kembali, keceriannya kembali seperti semula.
Siapa yang tinggal dengan X? B, B adalah sahabat sejati, dia selalu menyertai X dan membawa pengaruh positif dalam kehidupan sehingga sukacitanya menjadi penuh. X melihat kasih Tuhan melalui kehidupan B. Jadi, B adalah Yesus kecil bagi X.
Ada seorang guru yang mengajak murid-muridnya untuk memberikan sebuah pita sebagai tanda penghargaan buat orang lain.
Sepulang sekolah, salah satu muridnya (C) memberikan pita tersebut kepada kakak kelasnya (D), eksekutif muda yang sangat dikaguminya, katanya: “Kak, saya merasa bangga boleh mengenal kakak. Keberhasilan kakak menjadi inspirasi hidupku. Berikan pita ini pada orang lain sebagai tanda penghargaan.”
Dengan hati berbunga-bunga karena dikagumi, D memberikan pita tersebut kepada bosnya (E), katanya: “Bos, saya merasa bangga menjadi bawahanmu. Berkat bimbinganmu, saya bisa menjadi eksekutif muda. Engkau telah menjadi inspirasi hidupku. Berikan pita ini pada orang lain sebagai tanda penghargaan.”
Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba E teringat akan anak satu-satunya yang suka membantah, tindakannya menjengkelkan dan gagal sekolah. Sesampainya di rumah, E memberikan pita tersebut kepada anaknya (F) sambil memeluknya, E berkata: “Anakku, engkau adalah satu-satunya harta papa yang sangat berharga. Papa sangat mengasihimu.”
Sambil berderai air mata F menyerahkan sepucuk surat pada E, katanya: “Andaikata papa tidak memberikan penghargaan pada saat ini. Malam ini aku merencanakan bunuh diri, karena aku merasa tak seorangpun yang sungguh-sungguh peduli padaku, termasuk papa. Aku berpikir bahwa papa tidak akan merasa kehilangan. Ternyata hidupku sangat berharga di mata papa.”
Bilamana kita dikatakan tinggal di dalam Yesus? Bila kita merasakan kehadiran Yesus ketika berada dalam kegiatan-kegiatan liturgis. Ia hadir dalam kurban misa, baik dalam pribadi pelayan, karena yang sekarang mempersembahkan diri melalui pelayanan imam sama saja dengan Dia yang ketika itu mengurbankan Diri di kayu salib, maupun terutama dalam (kedua) rupa Ekaristi. Dengan kekuatan-Nya Ia hadir dalam Sakramen-Sakramen sekian rupa, sehingga bila ada orang yang membaptis, Kristus sendirilah yang membaptis. Ia hadir dalam Sabda-Nya, sebab Ia sendiri bersabda bila Kitab Suci dibacakan dalam Gereja. Akhirnya Ia hadir, sementara Gereja memohon dan bermazmur, karena Ia sendiri berjanji: bila dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situlah Aku berada di antara mereka (Mat 18:20 » komunitas kaum beriman)" (SC 7) (KGK 1088). Kita berbicara dengan-Nya bila berdoa; kita mendengarkan-Nya bila membaca amanat-amanat ilahi (KGK 2653). Semua firman-Nya adalah kebenaran dan menguduskan (Yoh 17:17; Mzm 105:42).
(4ABC) Yesus adalah Imanuel, yang berarti Allah menyertai kita (Mat 1:23). Janji-Nya: Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mat 28:20). Jika kita tinggal di dalam kasih-Nya maka kita akan mendapat bonus-Nya.
Kadangkala hidup kita seperti HP yang kehabisan kuota atau tidak dapat terhubung dengan sinyal wifi sehingga karakter Kristus tidak nampak lagi dalam kehidupan kita. Koneksi putus-nyambung ini akibat dari pengaruh dunia sehingga pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik (1 Kor 15:33).
Akibat dari koneksi yang putus-nyambung ini, manusia lama dan kelakuannya yang pingsan bangkit kembali ketika jiwanya mengalami tekanan hidup (Yer 17:5 » Mengandalkan manusia, mengandalkan kekuatannya sendiri; Ayb 36:13 » Hatinya menyimpan kemarahan; Yud 1:16; Mzm 10:7; Ams 15:28 » Menggerutu dan mengeluh tentang nasibnya, mulutnya penuh dengan sumpah serapah, mencurahkan hal-hal yang jahat, mengeluarkan perkataan-perkataan yang bukan-bukan).
Jangan ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang (Ibr 12:15). Marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. Tetapi yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua orang durhaka (Ibr 10:24-27).
(Sumber: Warta KPI TL No. 176/XII/2019 » Renungan KPI TL Tgl 21 November 2019, Ibu Kristina).