Setiap manusia, sejak awal kehidupannya di dalam rahim, memiliki martabat yang tidak dapat dirusak karena sejak kekal Allah menghendaki, mencintai, dan menebus. Manusia ditentukan untuk kebahagiaan kekal (KGK 1699-1715).
Jika martabat manusia hanya dilihat berdasarkan keberhasilan dan prestasi pribadi, mereka yang lemah, sakit, atau tak berdaya tidak memiliki martabat. Orang Kristen percaya bahwa martabat manusia merupakan anugerah Allah sejak awal. Allah melihat pada setiap manusia dan mengasihinya seolah-olah dia adalah satu-satunya makhluk di dunia. Karena Allah memandang, bahkan hingga anak Adam yang paling kecil sekalipun memiliki nilai tak terbatas, yang dapat dirusak manusia lain.
(Sumber: Youcat 280).