Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Jumat, 27 September 2019: PW St. Vinsensius a Paulo, Imam - Tahun C/I (Putih)
Bacaan: Hag 2:1b-9; Mzm 43:1, 2, 3, 4; Luk 9:18-22; RUybs
Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka: "Kata orang banyak, siapakah Aku ini?" Jawab mereka: (1) "Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit."
Yesus bertanya kepada mereka: "Menurut kamu, siapakah Aku ini?" Jawab Petrus: (2) "Mesias dari Allah." Lalu Yesus melarang mereka dengan keras, supaya mereka jangan memberitahukan hal itu kepada siapa pun.
Dan Yesus berkata: (3) "Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga."
Renungan
1. Derita salib membuahkan rahmat damai sejati
(1) Kehadiran Yesus membawa rasa penasaran bagi orang banyak (Luk 4:42-44; 5:15, 25-26; 8:37, 56). Oleh karena itu mulai timbul pertanyaan, siapa sebenarnya Yesus (Luk 4:14-30; 7:16; 8:25; 9:7-9).
(2) Pengakuan Petrus ini menjadi puncak pencarian setiap orang yang ingin mengenal Yesus. Setiap orang yang menerima Yesus sebagai Mesias akan menemukan pengalaman damai yang belum pernah dirasakan sebelumnya.
(3) Setiap orang yang menerima dan mengikuti Yesus, harus berani meneladani-Nya, yaitu: berjalan di jalan salib. Meskipun jalan salib itu banyak derita, di balik derita itu, ada rahmat tersembunyi. Tuhan Yesus akan menjadi daya dan kekuatan bagi orang yang menyatukan derita hidupnya dengan derita salib-Nya.
Derita salib membuahkan rahmat kekuatan dan tahan banting, sarana penebusan bagi dosa-dosa pribadi maupun orang-orang yang kita cintai. Dengan demikian, derita salib membuahkan rahmat damai sejati. Damai sejati itu tidak dapat dirampas oleh apapun dan siapapun.