Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Sabtu, 13 Juli 2019: Hari Biasa XIV - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Kej 49:29-32; 50:15-26a; Mzm 105:1-2, 3-4, 6-7; Mat 10:24-33
(1A) Ketika saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati, berkatalah mereka: "Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita dan membalaskan sepenuhnya kepada kita segala kejahatan yang telah kita lakukan kepadanya."
(1B) Sebab itu mereka menyuruh menyampaikan pesan ini kepada Yusuf: "Sebelum ayahmu mati, ia telah berpesan: Beginilah harus kamu katakan kepada Yusuf: Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu dan dosa mereka, sebab mereka telah berbuat jahat kepadamu. Maka sekarang, ampunilah kiranya kesalahan yang dibuat hamba-hamba Allah ayahmu."
Lalu menangislah Yusuf, ketika orang berkata demikian kepadanya. Juga saudara-saudaranya datang sendiri dan sujud di depannya serta berkata: "Kami datang untuk menjadi budakmu."
Tetapi (2) Yusuf berkata kepada mereka: "Janganlah takut, sebab aku inikah pengganti Allah? Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar. Jadi janganlah takut, aku akan menanggung makanmu dan makan anak-anakmu juga."
Demikianlah ia menghiburkan mereka dan menenangkan hati mereka dengan perkataannya. Adapun Yusuf, ia tetap tinggal di Mesir beserta kaum keluarganya; dan Yusuf hidup seratus sepuluh tahun. Jadi Yusuf sempat melihat anak cucu Efraim sampai keturunan yang ketiga; juga anak-anak Makhir, anak Manasye, lahir di pangkuan Yusuf.
Berkatalah Yusuf kepada saudara-saudaranya: "Tidak lama lagi aku akan mati; tentu Allah akan memperhatikan kamu dan membawa kamu keluar dari negeri ini, ke negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub."
Lalu Yusuf menyuruh anak-anak Israel bersumpah, katanya: "Tentu Allah akan memperhatikan kamu; pada waktu itu kamu harus membawa tulang-tulangku dari sini."
Kemudian matilah Yusuf, berumur seratus sepuluh tahun. Mayatnya dirempah-rempahi, dan ditaruh dalam peti mati di Mesir.
Renungan
1. Mengampuni - bisa melakukan tindakan kasih
(1AB) Saudara-saudara Yusuf mengira bahwa Yusuf masih menyimpan dendam, padahal ia sudah mengampuninya (Kej 45:1-6). Karena mereka belum sepenuhnya bertobat, maka mereka MENGATUR SIASAT dengan mencatut nama Yakub, ayahnya. Perasaan TAKUT ini terjadi KARENA SUARA HATI DAN PIKIRAN mereka MENGHAKIMI segala sesuatu yang tersembunyi (Rm 2:15).
(2) Berkat bimbingan Roh Kudus maka Yusuf tahu bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Rm 8:28).
Orang yang tidak bisa mengampuni orang lain sedang menghancurkan hidupnya sendiri. Akar pahit, kebencian, atau kemarahan merupakan beban yang tidak seharusnya kita pikul dalam hidup kita. Semakin lama kita hidup dengan perasaan-perasaan ini, akan semakin berat kehidupan yang kita lalui. Dari hati yang pahit selalu mengalir aliran-aliran yang pahit juga.
Hanya ada satu ciri orang yang sudah mengampuni, yaitu bisa melakukan tindakan kasih. Dengan adanya pengampunan di dalam hidup kita, maka kita akan dibebaskan dari rusaknya hubungan dengan Tuhan dan sesama (tidak ada roh dendam) sehingga kasih karunia Allah selalu mewarnai perjalanan hidup kita.