Pages

Rabu, 01 Mei 2019

Luk 10:38-42

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Selasa, 9 Oktober 2018: Hari Biasa XXVII - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Gal 1:13-24; Mzm 139:1-3, 13-14ab, 14c-15; Luk 10:38-42

Selasa, 8 Oktober 2019: Hari Biasa XXVII - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Yun 3:1-10; Mzm 130:1-2, 3-4ab, 7-8; Luk 10:38-42

Minggu, 21 Juli 2019: Hari Minggu Biasa XVI - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Kej 18:1-10a; Mzm 15:2-3ab, 3cd-4ab, 5; Kol 1:24-28; Luk 10:38-42


Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: (1) "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku."

Tetapi Tuhan menjawabnya: (2) "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."


Renungan


1. Perbedaan antarauntukdandengan

(2) Apa maksud perkataan-Nya itu? Marta sibuk melayani, tentunya bukan melayani diri sendiri atau melayani orang lain, tetapi melayani Yesus sebagai tamu istimewa mereka. Sedang Maria hanya menemani Yesus untuk bicara. Etisnya memang Maria membantu Marta bukan duduk ngobrol. Tetapi di sini Yesus sedang berbicara sesuatu yang lebih hakiki ketimbang sebuah etika penerimaan tamu.

Kehadiran-Nya di dunia memang berbudaya tetapi tidak berarti Ia terikat atau bahkan terbelenggu oleh budaya. Baginya budaya hanya alat untuk mencapai misi-Nya. Mengedepankan budaya dengan kehilangan inti berita sama artinya membuang air mandi bayi dengan bayinya sekaligus.

Di titik inilah kita diperhadapkan kepada dua keadaan: seperti Marta yang sibuk BAGI atau UNTUK Tuhan atau seperti Maria sibuk DENGAN Tuhan. Keduanya berbeda.

Karena sibuk untuk Tuhan berarti melakukan sesuatu untuk Tuhan tetapi ia belum tentu berada dan punya waktu bersama Tuhan (sekalipun Ia Mahahadir), sedangkan sibuk dengan Tuhan berarti ada sebuah waktu dan kesempatan bagi kita untuk bersama dengan Dia.

Khusus bagi para pelayan, bahwa kesibukan kita yang luar biasa dalam mengerjakan pekerjaan Tuhan tidak sama artinya bahwa kita sedang sibuk dengan-Nya, tetapi sebenarnya kita sedang sibuk untuk-Nya. Bukankah itu sama saja? Tidak sama. Kalau sama, maka Marta pasti tidak ditegur-Nya.


2. Perlunya ada keseimbangan dalam hidup

Dalam banyak hal kita kerap bersikap seperti Marta. Waktu, tenaga dan pikiran kita habiskan untuk mengutamakan hal-hal yang lahiriah semata. Seperti Marta kita kerap kuatir dengan hal-hal yang lahiriah dan duniawi. 

Yesus tidak melarang kita untuk berusaha memenuhi berbagai kebutuhan dalam hidup kita. Namun perlu ada keseimbangan di dalam hidup. Kita hidup bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan jasmani semata. Kita perlu memikirkan keselamatan kita.

Maka kita perlu meneladan Maria, tidak menyia-nyiakan waktu untuk mendengarkan sabda Yesus. Sabda itu akan tersimpan di dalam hatinya yang tidak mungkin diambil oleh siapapun ( Yak 1:21 》firman yang tertanam di dalam hati, berkuasa menyelamatkan jiwamu).

Kita sering memilih untuk melakukan tetap bekerja pada hari Minggu daripada ke Gereja. Kita memilih istirahat di rumah daripada mengikuti pendalaman iman. Kita memilih rekreasi daripada rekoleksi. Tuhan Yesus memberi kebebasan kepada kita untuk memilih di dalam hidup kita.


3. Kasih sejati

Apa yang dilakukan oleh Marta dan Maria itu baik. Mendengarkan dan melayani itu baik. Tetapi, menjadi tidak baik ketika kita mulai membandingkan bahwa yang kulakukan lebih baik dari orang lain. Apa yang aku kerjakan lebih baik dari yang dikerjakan orang lain.

(1, 2) Apa yang salah pada Marta? Pelayanan Marta tidak diresapi oleh kasih sejati. Cinta diri yang sangat kuat menjadikan pelayanannya kurang sempurna.

Melalui Yesus, Sang Tamu, Marta memaksa Maria supaya membantu dirinya. Namanya paksaan, selalu bertentangan dengan kasih sejati dan dari sini tampak bahwa Marta sejatinya kurang mengasihi Maria, saudarinya.

Kasih sejati selalu tenang, tidak berteriak-teriak supaya diperhatikan dan diperhitungkan orang, tidak peduli akan gengsi, bisa menahan diri bila ada sesuatu yang tidak beres dan pasti tidak mau memperalat atau memaksa orang lain (1 Kor 13:4-7).