Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Minggu, 7 April 2019: Hari Minggu Prapaskah V - Tahun C/I (Ungu)
Bacaan: Yes 43:16-21; Mzm 126:1-2ab, 2cd-3, 4-5, 6; Flp 3:8-14; Yoh 8:1-11
Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?"
Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: (1A) "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, (1B) pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?" Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: (2) "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
1. Mengenal diri
(1AB) Kata-kata Yesus menyadarkan mereka bahwa mereka sesungguhnya tidaklah lebih baik daripada perempuan yang sedang mereka hakimi. Mereka juga adalah orang-orang yang rapuh dan lemah, yang begitu mudah jatuh ke dalam dosa.
(2) Dalam diri Yesus dan lewat kata-kata pengampunan-Nya, Allah hadir untuk menyatakan diri-Nya sebagai Bapa Maha Pengasih dan Penyayang, yang suka mengampuni dan tidak mengingat-ingat dosa dan kesalahan anak-Nya.
Sikap pengampunan penuh kerahiman harus menjadi sikap para pengikut Kristus dalam hidup dan pelayanan kita, supaya orang banyak bisa melihat dan mengalami kemurahan dan belaskasih Allah karena kita memang gambaran istimewa Allah.
Tuhan Yesus memberkati.