Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Jumat, 19 April 2019: Hari Jumat Agung - Tahun C/I (Merah)
Bacaan: Yes 52:13 - 53:12; Mzm 31:2, 6, 12-13, 15-16, 17, 25; Ibr 4:14-16; 5:7-9; Yoh 18:1 - 19:42
Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.
Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya.
Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata.
Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: "Siapakah yang kamu cari?"
Jawab mereka: "Yesus dari Nazaret." Kata-Nya kepada mereka: "Akulah Dia." Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka.
Ketika Ia berkata kepada mereka: "Akulah Dia," mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. Maka Ia bertanya pula: "Siapakah yang kamu cari?" Kata mereka: "Yesus dari Nazaret." Jawab Yesus: "Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi."
Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya: "Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorang pun yang Kubiarkan binasa."
Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu Malkhus. Kata Yesus kepada Petrus: "Sarungkan pedangmu itu; bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?"
Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia. Lalu mereka membawa-Nya mula-mula kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu menjadi Imam Besar; dan Kayafaslah yang telah menasihatkan orang-orang Yahudi: "Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa."
Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus. Murid itu mengenal Imam Besar dan ia masuk bersama-sama dengan Yesus ke halaman istana Imam Besar, tetapi Petrus tinggal di luar dekat pintu. Maka murid lain tadi, yang mengenal Imam Besar, kembali ke luar, bercakap-cakap dengan perempuan penjaga pintu lalu membawa Petrus masuk. Maka kata hamba perempuan penjaga pintu kepada Petrus: "Bukankah engkau juga murid orang itu?" Jawab Petrus: "Bukan!"
Sementara itu hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah telah memasang api arang, sebab hawa dingin waktu itu, dan mereka berdiri berdiang di situ. Juga Petrus berdiri berdiang bersama-sama dengan mereka. Maka mulailah Imam Besar menanyai Yesus tentang murid-murid-Nya dan tentang ajaran-Nya.
Jawab Yesus kepadanya: "Aku berbicara terus terang kepada dunia: Aku selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah, tempat semua orang Yahudi berkumpul; Aku tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi. Mengapakah engkau menanyai Aku? Tanyailah mereka, yang telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka; sungguh, mereka tahu apa yang telah Kukatakan."
Ketika Ia mengatakan hal itu, seorang penjaga yang berdiri di situ, menampar muka-Nya sambil berkata: "Begitukah jawab-Mu kepada Imam Besar?" Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?" Maka Hanas mengirim Dia terbelenggu kepada Kayafas, Imam Besar itu.
Simon Petrus masih berdiri berdiang. Kata orang-orang di situ kepadanya: "Bukankah engkau juga seorang murid-Nya?" Ia menyangkalnya, katanya: "Bukan." Kata seorang hamba Imam Besar, seorang keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus: "Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama-sama dengan Dia?" Maka Petrus menyangkalnya pula dan ketika itu berkokoklah ayam.
Maka mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan. Ketika itu hari masih pagi. Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah.
Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata: "Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?" Jawab mereka kepadanya: "Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!"
Kata Pilatus kepada mereka: "Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu." Kata orang-orang Yahudi itu: "Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang."
Demikian hendaknya supaya genaplah firman Yesus, yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.
Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya: "Engkau inikah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?"
Kata Pilatus: "Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?" Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini."
Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku."
Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?" Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: "Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya. Tetapi pada kamu ada kebiasaan, bahwa pada Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi bagimu?" Mereka berteriak pula: "Jangan Dia, melainkan Barabas!" Barabas adalah seorang penyamun.
Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu, dan sambil maju ke depan mereka berkata: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka menampar muka-Nya.
Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya."
Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah Manusia itu!" Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya."
Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah." Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia, lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan dan berkata kepada Yesus: "Dari manakah asal-Mu?" Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya.
Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?" Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya."
Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar." Ketika Pilatus mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa Yesus ke luar, dan ia duduk di kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani Gabata.
Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: "Inilah rajamu!" Maka berteriaklah mereka: "Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Haruskah aku menyalibkan rajamu?" Jawab imam-imam kepala: "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!"
Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. Mereka menerima Yesus. Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota.
Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah.
Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi."
Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani. Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: "Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi."Jawab Pilatus: "Apa yang kutulis, tetap tertulis."
Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian -- dan jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja.
Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: "Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya." Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: "Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku." Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu.
Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.
Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia -- supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci --: "Aku haus!" Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: (*) "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib -- sebab Sabat itu adalah hari yang besar -- maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan.
Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.
Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan." Dan ada pula nas yang mengatakan: "Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam."
Sesudah itu Yusuf dari Arimatea -- ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi -- meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan mayat itu.
Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya.
Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat.
Dekat tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ.
Renungan
1. Kisah sengsara dan kematian Yesus
Apa yang membuat Yesus melakukan semuanya itu? Karena Yesus demikian mengasihi umat-Nya sehingga Ia menyerahkan nyawa-Nya bagi mereka. Ia melakukan semuanya itu atas dasar kasih, kasih yang murni.
Kasih yang demikian itu memberi harapan, memberi kekuatan dalam peziarahan hidup. Orang yang berani memberikan kasihnya pasti akan membahagiakan sesamanya.
Salib yang demikian mengerikan telah berubah menjadi pohon yang membuahkan harapan bagi manusia. Tubuh Yesus yang disiksa di salib menjadi raga yang membawa kehidupan baru. Luka-luka yang menganga menjadi sumber pengampunan, penyembuhan dan pendamaian.
Marilah kita belajar bersyukur bagaimana Tuhan kita adalah yang sungguh baik, yang memberikan Diri-Nya untuk keselamatan kita.
2. Bukti pelayanan kasih Allah
Kisah Kesengsaraan Yesus ini hanya dapat kita tangkap dan pahami, apabila kita membacanya dengan ‘empati’, dengan ‘perasaan ikut mengalami’. Kita baru akan sadar, betapa demikian besar dosa manusia, tetapi sekaligus kita juga menyadari juga begitu agungnya kasih Allah kepada kita manusia.
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh 3:16).
Perutusan Allah Bapa itu dilaksanakan dalam seluruh kehidupan-Nya, sejak Ia dilahirkan dan dengan mewartakan kabar gembira serta mewujudkannya dengan teladan dan perbuatan.
Dalam pelaksanaan perutusan-Nya Yesus mengalami penghinaan, penderitaan dan hukuman mati, yang dieksekusikan di kayu salib. Semua itu telah diselesaikan-Nya. Artinya dilaksanakan sepenuh-penuhnya sampai akhir. Suatu bukti pelayanan kasih sehabis-habisnya: SAMPAI SELESAI! (*).
Dengan demikian, marilah pada Hari Jumat Suci ini kita dengan penuh rasa syukur merayakan wafat Yesus di salib dengan hati yang terbuka, agar kita semua dapat menerima dan mengalami keagungan kasih Allah kepada kita tanpa batas.