Pages

Senin, 29 April 2019

Mrk 6:53-56

Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya


Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)


Penanggalan liturgi

Senin, 5 Februari 2018: PW St. Agata, Perawan dan Martir - Tahun B/II (Merah)
Bacaan: 1 Raj 8:1-7, 9-13; Mzm 132:6-7, 8-10; Mrk 6:53-56; RUybs.

Senin, 11 Februari 2019: Hari Biasa V - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Kej 1:1-19; Mzm 104:1-2a, 5-6, 10, 12, 35c; Mrk 6:53-56


Setibanya di seberang Yesus dan murid-murid-Nya mendarat di Genesaret dan berlabuh di situ. Ketika mereka keluar dari perahu, orang segera mengenal Yesus. Maka berlari-larilah mereka ke seluruh daerah itu dan mulai mengusung orang-orang sakit di atas tilamnya kepada Yesus, di mana saja kabarnya Ia berada.

Ke manapun Ia pergi, ke desa-desa, ke kota-kota, atau ke kampung-kampung, orang meletakkan (1) orang-orang sakit di pasar dan memohon kepada-Nya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan (2) semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.


Renungan



1. Iman yang sederhana dan tidak rumit

Setiap orang sakit tentu ingin sembuh. Segala macam cara dilakukan untuk mencapai maksud itu. Ada yang datang ke dokter atau rumah sakit. Ada juga yang mengusahakan penyembuhan alternatif, dengan mempercayai dukun atau paranormal.

Cara yang terakhir ini bukan hanya naif, tetapi juga dapat membahayakan iman Kristen. Sebagai orang Kristen, seharusnya kita meyakini bahwa Tuhan Yesus dapat menyembuhkan penyakit.

(1) Kita melihat bahwa iman dari orang yang ingin mendapat kesembuhan sangat menentukan. Mereka percaya bahwa hanya dengan menjamah jumbai jubah Tuhan Yesus, mereka akan sembuh. Sederhana bukan?

Meski demikian iman mereka sangat kontras dengan iman murid-murid. Kita lihat bahwa saat itu tidak ada pengajaran firman Tuhan, juga tidak ada mujizat atau pengusiran setan, tetapi mereka percaya pada Yesus. Maka Yesus pun kemudian memberi kesembuhan pada mereka (2).

Tidak semua orang memiliki iman sesederhana itu. Ada orang yang memiliki iman yang rumit, memikirkan banyak pertimbangan dan terlalu memakai logika dalam imannya kepada Tuhan.

Bahkan ada juga yang berpikir apakah Tuhan bersedia mendengar permohonan yang sederhana. Namun kisah ini mengajarkan pada kita bahwa iman sederhana seperti iman seorang anak adalah iman yang berkenan bagi Dia.

Penyembuhan adalah hasil kepercayaan akan Tuhan yang mempunyai kuasa. Tuhan tentu tidak ingin hanya menjadi pembuat mujizat, namun ingin membawa kita sampai pada keselamatan dan kebahagiaan abadi.


1. Hari orang sakit sedunia

Sejak kapan dan apa alasan Gereja menetapkan "Hari orang sakit sedunia? Mengapa dipilih tanggal 11 Februari? Apakah ada kekhususan yang ditawarkan Gereja sebagai bentuk perayaan?

Pertama, Hari orang sakit sedunia (World Day of the Sick) ditetapkan Paus Yohanes Paulus II pada 13 Mei 1992, dan mulai dirayakan pada 11 Februari 1993. Bapa Suci menetapkan Hari Orang Sakit Sedunia (HOSS) hanya setahun setelah beliau sendiri didiagnosa menderita penyakit parkinson awal 1991. Hari itu dibaktikan khusus sebagai “hari khusus untuk doa dan berbagi, untuk mempersembahkan penderitaan kita.”

Pesta Bunda Maria dari Lourdes dipilih menjadi HOSS karena banyak peziarah dan pengunjung ke Lourdes yang telah disembuhkan melalui doa-doa Bunda Perawan. Pemilihan tanggal 11 Februari juga punya makna mengikutsertakan Bunda Maria dalam permohonan akan kesembuhan.

Kedua, alasan Bapa Suci Yohanes Paulus II dalam menetapkan HOSS nampak dari ketiga tema yang terus-menerus didengungkan setiap tahun, yaitu: 1) mengingatkan umat beriman untuk berdoa secara khusuk dan tulus untuk mereka yang sakit; 2) mengundang semua orang Kristiani untuk merefleksikan dan menanggapi penderitaan manusia; 3) mengakui dan menghormati semua orang yang bekerja dan melayani dalam bidang kesehatan dan sebagai pemerhati kesehatan.

Ini berarti bahwa dalam rangka HOSS, seluruh Gereja diundang untuk berdoa secara khusus bagi orang sakit, di samping itu juga untuk merenungkan makna penderitaan dalam peziarahan manusia menuju rumah Bapa.

Paroki-paroki diundang untuk merayakan Hari Orang Sakit Sedunia secara konkret dengan mengadakan Misa untuk Orang Sakit di setiap paroki. Pada kesempatan itu, perlu digalakkan penyadaran tentang peran iman dalam menghadapi penderitaan dan sakit, demikian pula ditingkatkan kesadaran tentang arti kristiani dari penderitaan dan sakit.