Sarapan Pagi
Agar Jiwa Kita Disegarkan Oleh-Nya
Firman yang tertanam di dalam hatimu,
yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yak 1:21)
Penanggalan liturgi
Selasa, 20 November 2018: Hari Biasa XXXIII - Tahun B/II (Hijau)
Bacaan: Why 3:1-6, 14-22; Mzm 15:2-3ab, 3cd-4ab, 5; Luk 19:1-10
Minggu, 3 November 2019: Hari Minggu Biasa XXXI - Tahun C/I (Hijau)
Bacaan: Keb 11:22 - 12:2; Mzm 145:1-2, 8-9, 10-11, 13cd-14; 2 Tes 1:22 - 2:2; Luk 19:1-10
Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. (1) Ia berusaha untuk melihat orang apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya pendek.
Maka (2A) berlarilah ia mendahului orang banyak, lalu (2B) memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ.
Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu." Lalu (3A) Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.
Tetapi semua orang yang melihat hal itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa."
Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: (3B) "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."
Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."
Renungan
1. Perjumpaan yang mengubah orientasi hidup
(3B) Ketika Zakheus bertemu pandang dan berdialog singkat dengan Yesus, terjadi perubahan besar dalam hidupnya. Yesus mengubah orientasi hidupnya. Dari seorang yang hanya tahu mengambil dan meminta, namun sekarang berubah menjadi seorang yang tahu memberi.
Tuhan telah mengubah pemahaman Zakheus tentang kekayaan duniawi menjadi kekayaan abadi, yaitu kekayaan yang tidak dapat dirusak oleh ngengat dan karat (Mat 6:20). Kekayaan yang dia miliki sekarang jauh lebih bernilai dan berharga, sebab kekayaan materinya telah menghasilkan kasih dan keadilan.
Semoga perubahan sikap Zakheus dapat kita maknai di dalam panggilan kita masing-masing.
2. Beriman - soal kesetiaan
Sering kali iman kita hanya menjadikan Yesus sebagai dukun: saat kita butuh, kita datang kepada-Nya dan berharap semuanya selesai dengan cepat. Tindakan iman yang demikian sama dengan anak-anak sekolah yang berdoa hanya saat akan ujian.
Padahal, iman itu pekara kesetiaan. Bagaimana kita hari demi hari belajar untuk percaya bahwa Tuhan menjadikan segalanya baik dalam hidup kita. Belajar yakin bahwa Tuhan senantiasa campur tangan dalam hidup kita saat demi saat, bukan hanya saat kita butuh saja.
(1, 2AB) Apa yang dilakukan oleh Zakheus adalah gambaran bagaimana harusnya hidup beriman. Penasaran akan Yesus membuat kita dekat pada-Nya, saat demi saat, waktu demi waktu.
(3AB) Betapa pentingnya menerima Yesus dengan sukacita bukan dengan keterpaksaan. Ketika Tuhan diterima dengan sukacita akan ada perubahan dalam pribadi yang menerima-Nya. Setiap perjumpaan dengan Yesus kiranya juga membuat jiwa kita menjadi segar dan juga bahkan akan membelokkan jalan hidup kita yang keliru.
Marilah kita berjuang seperti Zakheus, untuk mengetahui lebih banyak tentang Dia dengan cara berdoa, membaca Kitab Suci, mengikuti berbagai kegiatan rohani dan lain sebagainya.